리마 블아스

29.7K 2.6K 198
                                    


Malam itu terakhir Joshua nelpon gue. Sudah tujuh hari kami lost contact. Ga ada yang kasih kabar atau apapun.

Dan itu ga bikin gue tenang. Sama sekali.

Doa terus gue panjatkan. Ibadah terus gue lakuin. Gue sangat-sangat memohon sama Allah atas keselamatan mereka yang lagi berjuang disana.

Beberapa hari yang lalu gue sempet mimpi sesuatu yang aneh. Gue mimpi tentang robekan seragam loreng yang tergeletak diteras rumah. Gue nangis histeris sampai orang tua gue berhambur ke kamar buat nenangin gue. Tapi gue ga cerita tentang mimpi itu ke mereka.

Yang jelas, apapun yang terjadi. Gue percaya suami gue, Joshua selalu ada didalam lindungan Allah.

Gue ngejalanin aktivitas gue seperti biasa, berusaha sibuk supaya ga terlalu mikirin rasa cemas gue ke Joshua. Tapi tetap ga bisa. Gue selalu keinget dia dan perasaan gue ga pernah tenang.

Lambat laun, sudah sebulan gue nunggu dia pulang. Tapi ga pernah dapet kabar sekalipun. Dan ternyata bukan cuma gue yang ngerasain hal ini, tapi semua keluarga tentara yang ditinggal. Semuanya tanpa kabar.

Sering gue tanya sama papa -selaku Panglima Kostrad- ataupun yang lain tentang Joshua tapi yang gue dapet abu-abu.

Tring...

Gue kaget waktu ponsel gue berdering. Dan telpon yang masuk adalah telpon dari papa.

Seketika jantung gue berdegup kencang.

"Assalamualaikum..." kata gue perlahan.

"Waalaikum salam,nak." Suara mama yang nyambut. Suara mama yang terdengar kayak orang habis nangis sesenggukan.

"Iya, ma?" Tanya gue yang jadi ikut nahan tangis.

"Kamu lagi dimana?"

"Delia lagi dinas, ma. Ada apa?"

"Kamu bisa sambut suamimu, nak? Dia pengen ngeliat kamu..." kata mama tanpa bisa cegah tangisnya.

Dan jantung gue berdetak.

"Maksud mama?"

"Joshua udah pulang...." kata mama yang bikin gue ngambil kunci motor segera dan pulang.

Gue mengendarai motor secepat yang gue bisa. Di perjalanan gue merapalkan doa dan memantapkan hati buat liat kondisi dari suami gue.

Apa yang bikin mama nangis sanpai segitunya?

Apa arti mimpi gue waktu itu?

Semua bakal terjawab begitu gue sampai dirumah.

Gue parkirin motor di halaman tanpa cabut kunci motornya. Yang pertama gue lihat waktu buka pintu adalah sepatu PDL yang di taruh disamping kursi tamu. Pandangan gue beralih ke kamar dan tanpa pikir panjang langsung gue samperin.

Dan yang gue liat waktu buka pintu kamar adalah sosok pria yang lagi berusaha masang perban di badannya.

Pria yang bikin jantung gue nyaris berhenti.

Suami gue, Joshua.

"Baru pulang?" Tanya dia yang natap gue.

Seketika tangis gue tumpah dan menghambur meluk dia. Joshua juga dengan sigap nerima pelukan gue.

"Joshua! Lo kemana aja, hah?! Lo tau gak gue khawatir! Lo bilang lo pergi cuma dua minggu, tapi kenyataannya apa?! Lo ngilang gitu aja! Lo gak ngabarin gue! Ga ada satupun yang ngabarin gue! Lo bikin gue jadi kayak gini! Lo jahat sama gue! Lo ga sayang sama gue!" Teriak gue sambil mukulin pundak dia. Gue nangis sesenggukan buat ngelampiasin apa yang ada dihati gue.

Kuning Hijau [Joshua Hong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang