Part 8 : My Boyfriend. My Girlfriend.

5.5K 216 0
                                    

DAVE POV
Kelas sastra kali ini jauh lebih damai. Ariana hari ini tidak masuk. Aku benar-benar senang walaupun ada sebersit perasaan rindu. Namun,semua perasaan rindu itu kutepis jauh-jauh. Saat kelas sudah selesai, aku merapikan bukuku sambil memikirkan alasan Ariana tidak masuk. Saat aku keluar kelas, Len sudah menungguku dengan cengiran khasnya. Cengiran orang bodoh, "Ngapain aja sih lo? Lemot banget keluarnya," "Sorry, abis beresin buku-buku tadi." Kami sedang berjalan menuju kantin dan menemukan Ariana sedang duduk di sana.

"Eh si Ariana lagi di situ tuh." Aku menatapnya heran sambil mengangkat alis bingung, " Terus?" "What? Lo ga inget kalo lo masih PACARAN sama dia?!" katanya dengan muka shock yang lebay, "Males gue ke sono," " Ayolah, Dave." Aku melotot ke arahnya tanda tidak setuju. Tapi mataku menangkap sosok lain dalam kantin. Ada Lucy dan teman-temannya di situ.

"Ok,gue bakal ke sana sekarang." Dan akupun menghampiri Ariana dan kawan-kawan.

ARIANA POV
Aku sedang duduk-duduk di kantin bersama Mentari, Angela, dan Fifiana serta teman-teman Aaron yang masih belum ke kampus. Termasuk Jack yang masih canggung dengan Mentari. Tiba-tiba semua menoleh ke atas kepalaku dan menatapku jail. Aku menyipitkan mataku dengan curiga, "Apa liat-liat rambut gue?" Tiba-tiba pundakku di rangkul oleh seseorang.

"Dave? Lo ngapain ke sini?"

"Udah lupa? Kita kan pacaran."

"HAH?!!" teman-temanku menjerit norak. Aku menatap Dave dengan tatapan bingung. Dave hanya menatapku tanpa ekspresi yang sulit ditebak. Aku menatap mereka pura-pura bosan, "Yep, kenalin pacar gue. Dave Eduardo." Dave tersenyum sopan kepada mereka dan langsung menatapku (sok) mesra, "Kita ke taman aja yuk,"ajaknya sambil menggandengku yang kebingungan setengah mati. Kami pun keluar kantin diiringi 'cie-ciean' dari teman-temanku -- termasuk Len yang SKSD dengan teman-temanku. Lalu, aku melihat Lucy yang menatapku penuh dendam. Aku hanya membentuk mulutku menyerupai 'O' tanda mengerti apa yang sedang Dave lakukan.

Kami sampai di taman belakang yang masih sepi karena masih pada pelajaran. Kami memilih duduk di gazebo, "Lucy ya?" aku memulai pembicaraan. Dia menatapku, "Maksud kamu?" "Karena Lucy ya? Lo jadi mau gandeng gue?" "Aku takut sama dia," "Kenapa harus takut? Kenapa lo harus takut sama perempuan?" "Aku gabisa percaya mereka lagi.Kecuali keluarga kandungku sendiri." Dave mulai gemetar. Sampe segitunya ya? Aku mengelus punggungnya pelan dan berusaha menenangkannya, "Lo boleh ceritain ke gue. Anything. Anytime. Anywhere." Dia tersenyum lembut kepadaku. Aww! Dia belum pernah senyum kayak gitu ke aku. Tuhan, jadikanlah dia jodohku!!! "Mau balik ke kantin?" tanyanya. Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Jam 3! Aku harus ngelesin Elisa! Aduh, lupa! "Gue harus ngelesin murid gue," kataku. Saat aku baru mulai berlari, Dave menangkap pergelangan tanganku, "Mau kuantar?" "Lo sempet?" "Ayo deh." Aku tersenyum girang saat dia menarik tanganku lembut. Aww!

Kami tidak banyak ngobrol di dalam mobil. Tapi suasana itu bukan suasana canggung. Damai. Itu yang kurasakan saat ini. Aku seperti mendapat de ja vu. Tapi tidak tahu dimana. "Hey, udah nyampe. Mau turun ga?" Aku langsung tersadar saat pundakku dipegang seseorang, "Thanks." Aku berjinjit untuk melihat ke atas pagar, "Pak Satpam! Bukain pagernya! PAK SATPAM!!!" "Kayaknya satpamnya lagi gaada. Aku anterin masuk mau ga?" "Disini ketat banget. Lo gatau sih," "Trust me." Dia membuka pagar yang ternyata tidak dikunci. Aku menengok kanan-kiri untuk berjaga-jaga. Takut ternyata ada polisi yang siap menembak kami berdua. Tetapi genggaman tangan Dave membuatku tenang. Dave menekan bel beberapa kali sebelum keluar Mbak Titien yang langsung tersenyum penuh hormat kepada Dave, "Sore, Tuan Dave. Sore, Mbak Ariana. Silakan masuk." Dave kenal Mbak Titien?

"Halo, Ree. And... My beloved brother," kata Elisa sambil memeluk Dave hangat. Aku membelalakkan mataku kaget, "Dave, lo tinggal disini?" "Yep. Ngelesin Elle dulu nanti aku jelasin," katanya sambil melepas genggaman tangannya dan beranjak ke atas.

Unpredicted Love {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang