AUTHOR POV
"Hello? Davey?" ulang Ariana yang bingung karena dikacangin cowok di depannya itu. Apa bercanda gue keterlaluan ya? batin Ariana yang mulai deg-degan. Dave mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia menatap Ariana yang membuat orang yang ditatapnya gugup.
"Jangan panggil gue dengan sebutan itu."
"Kenapa?"
"Lo bukan siapa-siapa gue."
Dave langsung berdiri dan pergi meninggalkannya. Kok reaksinya nyebelin banget sih. Kayak monyet. Gue kan cuma bercanda. Lagian, siapa juga yang naksir sama dia?
"Kenapa lo?" tanya Mentari melihat temannya duduk dalam diam. Jarang-jarang temannya yang satu ini duduk anteng tanpa suara. Ariana membalas tatapannya dengan sendu dan tersenyum hangat. Membuat Mentari bingung dalam situasi canggung yang tiba-tiba muncul ini.
ARIANA POV
Aku dan Mentari sedang duduk-duduk di cafè dekat kampus. Jujur, semenjak kejadian tadi si Dave, aku jadi males banget ngobrol. Kulirik Mentari sesekali yang sedang membaca majalah sambil meneriakkan artis Jepang kesukaannya. Aku kembali menyesap caramel frappucino ku yang masih banyak. Aku belum pernah dibentak siapapun. Paling sama ortu. Tapi sama orang yang ga dikenal? Aku ga pernah. Dan dia langsung bilang aku bukan siapa-siapanya. Siapa juga yang mau jadi 'siapa-siapanya' dia? Ok, aku mulai bingung.
Setelah puas berbengong ria di cafe, aku berpamitan dengan Mentari karena harus mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk.
DAVE POV
Aku benar-benar sakit kepala sekarang. Len ternyata masih ada latihan band yang membuatnya harus telat keluar. Akhirnya aku pergi ke kantin yang sudah sepi. Ini udah jam 6 dan dia belom keluar juga. Kuketik dengan cepat WhatsApp untuknya.
gue cabut dluan ya. Ngantuk. Bye.
Setelah itu aku keluar dari kampus.
Jendela apartemen ku sangat besar dan membuat pemandangan Jakarta malam ini benar-benar terlihat. Aku duduk di sofa yang empuk dan mencari tontonan. Mataku memang terpaku pada tv. Tetapi, pikiranku melayang kemana-mana.
Aku benci perempuan. Dari umurku 5 tahun sampai sekarang. Aku takut dengan perempuan. Makanya, sampai sekarang aku belum punya pacar. Takut kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali.
ARIANA POV
Aku cepat-cepat mengganti pakaian tidurku karena jam sudah menunjukkan pukul 8. Aku benar-benar telat. Ah, sialan. Buku sastra itu ilang lagi. Ah bodo amat. Tinggal minjem. Aku berlari keluar apartemen dan langsung menjalankan mobilku.
Kampus mulai ramai dan untungnya aku bisa masuk kelas sebelum dosen masuk. Aku benar-benar sudah berkeringat dan tanpa menyadari sekelilingku, aku membuka buku yang kupinjam dari salah satu temanku, Josephine dengan brutal.Aku nyengir bersalah pada 1 halaman yang sobek dan tetap melakukan kebrutalan itu sampai halaman yang dituju. Aku bernafas lega saat aku melihat tulisan tangan Josephine. Untung aku minjem anak rajin kayak Josephine. Kalo ga? Mati aku. Aku kembali tersasar dari duniaku sendiri dan merasa malu. Di kelas ini bukan cuma aku, tapi aku malah malu-maluin begitu. Untungnya gaada yang melihat aksiku ini. Fiuh, aku mendesah lega. Tapi ternyata ada yang melihat kebrutalanku. Orang disampingku. Dave.
DAVE POV
Aku merasa tingkat keillfeelanku sudah sampai di puncak. Aku benar-benar geli dengan cewek di sebelahku ini, "Kamu tau ga? Kamu orang menggelikan yang pernah kutemui." Aku memang selalu memakai bahasa yang formal. Kecuali pada teman dekatku. Tetapi kemarin, aku tanpa sadar berbicara padanya dengan 'gue-elo'. Dia tampak melongo sebentar dan tertawa dengan sangat kurang ajar
"Lo keren banget deh. Baru sekali ini gue ngeliat cowo ngomong 'aku-kamu' ke orang yang ga dikenalnya," katanya sambil berkedip centil yang membuat aku merinding.
"Itu namanya formalitas."
"Emangnya kantor?" cibirnya kencang.
"Formalitas ga harus di kantor."
"Masa?"
"Iya, dan tolong jangan berisik."
"Emang aku berisik?"
"Iya dan jangan panggil 'aku-kamu denganku."
"Formalitas."
Aku membuang nafas kesal dan kembali fokus pada pelajaran.
"Kamu manis deh kalo lagi serius gitu."
"Aku ga peduli."
"Beneran?" katanya sambil mencoelku dengan najis.
"ARIANA, DAVE! PERHATIKAN KE DEPAN!"Aku kaget dengan teriakan itu dan langsung fokus belajar.
"Tua-tua suaranya gede banget," cibirnya pelan yang membuatku tersenyum. Eh?! Jangan tersenyum. Aku kembali memasang wajah seriusku.
AUTHOR POV
Ariana berjalan dengan ceria sambil bersiul kecil saat pelajaran sudah selesai. Yes, time to eat! batinnya senang. Ia buru-buru memasukkan semua barangnya dengan sembarangan dan langsung berlari menuju kelas Mentari. Dan tanpa ia sadari, buku tulisnya terjatuh begitu saja. Dave memandang buku itu dan Ariana secara bergantian. Hal itu dilakukannya sampai Ariana tidak kelihatan lagi. Ia memutar bola matanya dan mengambil buku itu. Yah, ini terakhir kali berurusan dengannya, ucapnya dalam hati.
"MENTARI SAYANG! IBU MENUNGGUMU LAMAAAA SEKALI!!" kata Ariana dengan ributnya yang membuat orang-orang disekitarnya senyam-senyum. "Ngapain sih lo? Udah gue bilangin tunggu aja di cafetaria. Nanti gue samperin," omel Mentari panjang lebar sambil berjalan. Ariana hanya ketawa garing dan mengalihkan topik.
"Tadi gue sekelas sama si Dape lo."
"Namanya Dave buka Dape."
"Bodo. Orangnya ga asik banget."
"Tapi dia ganteng kan?"
"Percuma kalo ganteng tapi ga punya selera humor."
"Tapi pinter kan?"
"Susah ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta." Mentari memelototi Ariana denga berang. Sekaligus muka merahnya,
"Gue cuma penasaran, Ree. Lebih tepatnya... nge fans."
Cowok itu terkesan cuek dan cool yang membuat banyak perempuan penasaran dengannya.
"Makan disitu yok," ajak Ariana yang langsung menariknya agar duduk di sebelah cowok tinggi dengan rambut di gel rapi. Yang membuatnya tampan.
"Halo, Jake!"
"Hi! Duduk sini!" kata Jake dengan ramah sambil menepuk bagian kyrai yang masih kosong di sebelahnya. Ariana tersenyum senang dan duduk dengan gaya seperti cowok.
"Gaya lo masih aja kayak SMA," kata Aaron dengan nada tak suka.
"Bodo."
"Lo masih cewe ga sih?"
"Gatau nih."
"Gue nanya seriusan."
"Bodo."
"Sama kakak sendiri ya," tegur Aaron sambil menjewer telinga Ariana.
"Sakit!!!"
"Lo berani begitu lagi, gue bilang mama gausah bayarin apartemen lo lagi."ancamnya. Ariana mencabik, "Iya deh,Maaf." Aaron hanya tersenyum yang membuatnya jauh lebih tampan dari aslinya. Dia memang sudah ganteng daridulu dan menjadi idola cewek-cewek kampus nomor satu. Tapi itu dulu. Sebelum ada Dave yang merebut posisinya sebagai The Most Wanted Guy . Teman-teman Aaron langsung ribut menggoda Aaron yang sister complex. Tapi sejak tadi, Mentari dan Jake masih diem-dieman. Pasti ada yang ga beres, batin semua yang ada di meja itu (kecuali Mentari dan Jake tentunya).
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted Love {COMPLETED}
RomanceAriana, gadis riang yang menyimpan masa lalu penuh luka. Ia sudah berkomitmen bahwa tidak akan menyukai lelaki dalam beberapa waktu. Namun, apa yang bisa dilakukannya ketika lelaki itu datang memberikan kepedihan dan pelajaran hidup serta kebahagiaa...