Part 11 : The Past.

4.7K 192 3
                                    

Hola! Aku lagi suka banget sama quotes-quotesnya The Book Thief. Kalian harus nonton tuh film. Ada salah satu quotes yang menurutku ngena banget.

The worse thing than a boy who hates you : a boy who loves you.

Sampe situ aja promosinya.
#SelamatMembaca.

ARIANA POV

Aku menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk ke kamar. Kurebahkan tubuhku di kamar yang sederhana ini. Aku jadi teringat dengan orangtuaku. Papa dan Mama sudah cerai waktu aku masih SMP. Papa meningalkan mama utang dan kenangan. Mama jadi ga niat makan, males melakukan apapun. Jadi semenjak aku SMP, aku sudah bekerja menjadi pelayan di restoran kecil dengan gaji yang kecil pula. Aaron bekerja sebagai montir mobil. Aku benar-benar sedih mengingat dulu kami orang susah. 3 kali banyaknya kami digusur pemilik kontrakan. Akhirnya setelah 2 tahun, mama bisa bangkit dari keterpurukan dan berusaha bekerja. Sekarang mama sudah bekerja menjadi manajer suatu perusahaan mobil. Air mataku bergulir dari pipiku. Aku yang dulu adalah adalah anak yang ceria tetapi banyam memendam kesedihan. Aku gamau Elisa dan Hannah menjadi seperti aku. Percuma kaya raya kalau kita kekurangan kasih sayang. Harta yang paling berharga adalah kasih sayang dari orang-orang terdekat kita. Aku menangis dan menangis. Kembali teringat hidupku yang dulu pernah memakai narkoba.

DAVE POV

Aku menatap langit-langit kamarku dengan ganas. Aku benar-benar bodoh. Selama ini, aku terlalu sibuk dengan masalah kantor dan kampus sehingga Elle dan Hannah dinomorduakan. Aku meremas seprai kasur sampai tanganku merah. Aku tetap menatap langit-langit kamar sampai pagi.

MENTARI POV

Aku dan yang lain sedang asik berbincang saat Dave dan Len datang. Len langsung nyerocos ga jelas dengan kawan-kawanku. Namun, obrolan kami terputus saat Dave memukul meja kantin dengan emosi. Kami semua bingung dan terkejut. Karena setahu kami, Dave jarang banget ngeluarin ekspresinya. Ada apaan ya? Belum sempat pertanyaan itu terjawab, Ariana datang dan menghempaskan tubuhnya. Kami menatapnya dengan pandangan ketakuta. Dia udah mirip sama kuntilanak sekarang. Rambutnya digerai dan tampak kusut,bajunya acak-acakan seperti belum disetrika. Mata dan hidungnya merah. Udah kayak serigala. Tiba-tiba dia melotot ke arah kami semua, "APA LIAT-LIAT?!" Pertanyaan itu membuatku merinding seketika. Kurasa yang lain juga merasakan yang sama. Dave langsung menatap Ariana dengan tatapan meminta maaf seperti orang frustasi. Ariana langsung berlari ke taman belakang yang disusul Dave. Aku yang akan bangkit, ditahan oleh Aaron, "Biarin mereka nyelesaiin masalah mereka sendiri." Akupun terduduk kembali.

Jam istirahatku akhirnya datang. Aku berusaha mencari-cari Ariana di kantin dan baru teringat kalau Ariana masih ada mata kuliah sekarang. Aku tidak suka sendirian di kantin. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak ke taman belakang. Hari ini, taman tampak sepi. Aku memilih duduk di bangku dekat air mancur dan mulai merangkum pelajaran.

"Indy, kamu kenapa sih cemburuan terus? Aku sama Nadya gaada hubungan apa-apa... Ih, serius,Dy.... Iya, nanti aku telepon kamu lagi. Bye." Aku menatap orang yang sedang berjalan ke arahku, "Jake?" Lelaki itu menatapku galau dan duduk di sampingku, "Halo," "Tadi itu Indy ya?" "Ya," "Masih suka cemburu?" "Mmm-hmm." Aku terdiam. Kayaknya dia lagi gamau membahas topik ini.

"Lagi ngerangkum apaan?" tanyanya.

"Eh? Oh, ini. Lagi ngerangkum buat ujian besok. Hehehe," kataku sambil nyengir. Dia hanya mengangguk dan mengambil iPod dari kantongnya. "Mau denger?" tanyanya sambil menyodorkan salah satu earphone untukku. Aku menggeleng pelan, "Lagi ga mood denger Avicii sama Calvin Harris sekarang." Ia tertawa pelan lalu mulai mendengar entah lagu apa. Akupun tersenyum karena bisa mulai tidak canggung lagi. Akhirnya, aku melanjutkan acara rangkum-merangkumku.

AUTHOR POV

Selama pelajaran, Ariana hanya diam dan tidak banyak bertanya seperti biasanya. Hal ini membuat para dosen dan murid lainnya bingung. Tidak ada lagi suara berisik yang terus mengalun. Mr. Trevor, dosen bagian bahasa inggris langsung bertanya, "Are you okay, Miss Kurniawan? " tanyanya yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Ia mendongak dengab mata merah yang membuat beberapa orang terkesiap, "I'm okay,Mister," katanya. Belleza yang ada di sebelahnya berkata dengan takut-takut, "Ree, mendingan lo ke UKS deh. Gue anterin deh," katanya. Ariana hanya mengangguk. Setelah mendapat ijin dari Mister Trevor, mereka berjalan ke UKS.

DAVE POV

Aku menendang gumpalan kertas yang ada di lantai kampus. Tadi aku diusir dari kelas karena mukaku pucat. Jadilah sekarang aku sedanf berjalan sendirian menuju UKS. Aku benar-benar kepikiran sama Ariana dan perkataannya kemarin. Kubuka pintu UKS dengan sisa tenaga. Ternyata ada orang lain di sini. Seorang perempuan dengan rambut terurai. Dia sempat kaget melihatku. Namun senyumnya terkembang, "Kamu yang namanya Dave kan?" Aku menahan keinginanku agar tidak memutar bola mata. Aku hanya tersenyum dan ingin berbasa-basi sebentar, "Kamu ngapain disini?" Ternyata jawabannya diluar dugaanku,

"Tadi pacar lo sakit. Jadi gue anterin ke sini. Tapi kayaknya sakit hati deh. Aku pergi dulu ya," katanya. Aku hanya tersenyum dan masuk ke dalam. Kututup pintu UKS dari dalam. Aku berjalan ke arah kasur yang sudah ditempati. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali untuk melihat pemandangan di depanku nyata atau tidak. Ariana sedang tertidur dengan mata bengkak dan hidung merah. Rambutnya acak-acakan. Sepertinya nasibnya sama sepertiku. Aku tersenyum dan membetulkan letak selimut yang sudah berantakan. Akhirnya, aku memilih kasur di sebelahnya dan terlelap.

ARIANA POV

Aku mengucek mataku pelan. Aduh, gaada belek kan nih? Akhirnya setelah yakun gaada iler dan belek, aku bangun dari tempat tidurku. Rencanaku yang tadinya mau keluar malah terhenti karena ada makhluk lain disini. Dave. Sumber dari segala kegalauanku. Aku mendekat untuk melihat keadaannya. Ajigile! Kantong matanya tebel banget! Rambutnya juga acak-acakan tetapi tidak mengurangi ketampanannya. Aku duduk di samping ranjangnya. Nasibnya sama denganku. Aku mengelus tangannya pelan. Tiba-tiba ia tersenyum dan perlahan matanya terbuka.

"ARGHHH!!!" teriakku. Tubuhku langsung oleng dan hampir terjatuh. Kalau saja dia tidak menangkap tubuhku. Dia tertawa pelan, "Aduh, sorry aku gatau kalau kamu bakal sekaget ini. Haahahahah."Aku menatapnya dongkol. Ekspresi datar banget. Eh, malah ngetawain orang lain. Sialan. Aku menjitak kepalanya pelan yang membuatnya berhenti tertawa. "Apa sih jitak-jitak?!" gerutunya sambil mengelus kepalanya. Aku yang sekarang tertawa. Tawaku berhenti saat dia menangkap kepalaku dan menatapku lembut. Wajahnya perlahan mendekat ke arahku. Omaigat! Kejadian waktu itu bakal terjadi lagi!!! Refleks, aku langsung menutup mataku dan meremas celana jeans ku dengan kencang. Lho, kok ga kerasa apa-apa ya? Aku membuka mata dan mendapati dia sedang menatapku dengan senyum usilnya.

"HAHAHAHA! Kamu pengen banget aku cium," katanya di sela-seka tawanya. Aku menggerutu pelan sambil berusaha mencakarnya. Tetapi, usahaku sia-sia karena dari tadi ia sudah memegang tanganku. Ah, sial banget hari ini.

Kami sedang duduk-duduk di taman belakang. Yep, aku dan Dave. Akhirnya, hubungan kami membaik lagi. "Sebelum pertemuan kita yang di gazebo, lo pernah kenal sama gue ga?" Ah, akhirnya pertanyaan itu meluncur dari mulutku juga. Dia menoleh ke arahku dan menatapku secara intens. Kok aku jadi gugup begini ya?

"Aku pernah ngobrol sama kamu waktu pacarku nyelingkuhin aku di kampusnya."

Aku langsung menatapnya kaget.

#tbc.

Hello! Akhirnya ada juga yang comment plus nge vote. Thanks buat kalian semua yang udah nge baca  dan vomment. Kalian bikin aku tambah semangat lagi ;-)

-sabsab123.

Unpredicted Love {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang