ARIANA POV
Aku menatap Dave dengan pandangan tidak percaya. Apa jangan-jangan...?
"Lo..." ucapanku terputus saat dia langsung menimpali,
"Yep, aku cowok berkacamata yang bernasib sama denganmu," "Jadi lo yang ngebopong gue pulang?" "Yep. Ehehehe, sorry ngotak-ngatik dompet kamu," "Gapapa sih. Lagian lo udah bawa gue pulang waktu itu." Suasana hening kembali. "So?" katanya yang sepertinya sengaja membuatku penasaran, "So apa?" "Kamu pacarnya Jordan brengsek itu?" "Jangan panggil dia kayak gitu!" ujarku emosi. Dia sempat kaget dan mengendalikan raut wajahnya kembali, "Kamu masih sayang sama dia?" "Little bit. Maybe," "Kamu tahu? Kalau dia udah brengsek sejak...." kata-katanya terputus, "Mau kuantar pulang?" tanyanya. Dia mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sejak kapan, Dave Eduardo?"
DAVE POV
Aku benar-benar mati kutu sekarang. Untung saja aku tidak melanjutkan topik tadi. Aku tidak mau hubungan kami yang mulai baik malah harus berantakan karena adanya cowok brengsek itu. Apa yang bagus darinya? Aku tidak percaya. Dia tidak lebih bagus dariku. Kenapa Ariana malah lebih memilihnya dibandingkan aku? Eh?!
"Ree, dengar. Kita ga perlu membahas masalah itu lagi. Oke?" Kudengar dia menghela napas pelan, "Okay." Aku tersenyum mendengarnya dan menarik tangannya pelan. Dia membulatkan matanya yang sudah bulat itu dengan terkejut, "Lo mau bawa gue kemana?" Aku hanya nyengir jail dan membawanya ke mobilku.
"Dave, gue serius. Kita mau kemana?!" ucapnya saat kami sudah masuk mobil, "Ikut aja," "Mobil gue masih disana, Oon!" "Kamu bisa ga jangan kasar denganku?" gerutuku kesal. Dia hanya mendengus kesal dan memalingkan wajahnya ke jendela. Aku menghela napas, "Besok mobilnya diambil lagi. Oke?" "Hmm." Aku tersenyum jail saat dia tidak mau menatapku. Aku menyentuh tangannya yang berada di pahanya. Dia membelalakkan matanya dan menatapku marah? "Lo mau apa?!" ujarnya marah. Senyumku semakin terkembang. Aku memasang senyum licik. Dia langsung menatapku takut. Dan tubuhnya langsung merosot ke bawah saat aku mendekat ke arahnya dengan senyum licik di wajahku, "Dave, lo mau ngapain?" Saat itu juga aku tidak tahan untuk tidak tertawa. Aku memegang perutku yang kesakitan karena terlalu banyak tertawa. Dia memandangku kesal, "Ini udah kesekian kalinya lo ngisengin gue," gerutunya. Ah, enak sekali menggodanya. Akupun menancapkan gas dan beranjak pergi dari kampus.
ARIANA POV
Aku mengernyitkan alisku bingung. Dia mau bawa aku ke mana sih? "Dave, kita mau kemana sih sebenernya? Perasaan rumah gue ga semewah ini deh. "Dia tersenyum misterius dan menatapku penuh arti. Aku langsung panik mendadak, "Jangan bilang ini rumah lo. Kan rumah lo yang deket kampus," "Ini bukan rumahku," katanya. Aku menghela napas lega, "Tapi ini rumah nenekku dan hari ini keluargaku berkumpul disini." HAH?!!! Tanpa memberikan aku kesempatan untuk berbicara, ia langsung membuka pintu mobilnya dan memutari mobil untuk membuka pintu untukku. Aww! Aku kagum deh.
"Ngapain bengong? Ayo." Aku tersentak mendengar perkataannya. Ia langsung menarikku lembut dan mengajakku masuk. "Dave, baju gue bagus ga? Atau lusuh? Gue harus ganti baju nih," kataku yang disambut tawa kecilnya, "Gausah,Ree. Mereka baik kok. Yuk." Aku mengikutinya berjalan masuk ke pintu yang kayaknya mahal. Baru PINTU lho padahal. Dia menekan bel dan menunggu sampai ada yang membukakan. Pintu terbuka dan menampakkan sosok pelayan tua yang tersenyum hangat pada kita semua. Kurasa dia pelayan yang sudah lama sehingga senyumnya bisa sehangat itu. Aku kembali mengikuti Dave dan mataku terbelalak kaget saat melihat pemandangan di depanku. Wah, ini sih bukan rumah. Ini SURGA! "Wah!" kata-kata itu meluncur tanpa bisa kutahan. Dave melirikku geli dan membawaku ke ruang keluarganya. Wuidih! Keren gila! Sontak,semua keluarga besarnya langsung menatapku penasaran.
"Kenalin. Ini Ariana. Sahabat dan pacarku."
DAVE POV
Aku mengulum senyum saat Ariana melongo menatapku. Sama seperti keluarga besarku. Mereka melongo. Aku menarik pinggang Ariana agar mendekat ke arahku. Kami berjalan menuju sofa berwarna merah marun dan duduk disana.
"Jadi, akhirnya si Bang Dave punya pacar juga," kata Edgar, sepupuku yang paling bengal. Aku menggerutu saat mendengar Ariana tertawa pelan, "Jadi, Dave ini jomblo dari lahir ya?"
"Iya. Gue aje sampe bingung. Kok lo mau sama dia."
"Ahaahahaha. Dia yang maksa gue. Gue sih ga tertarik. Dianya aja ga peka. Ngapain gue naksir."
"Udah, lo sama gue aja."
"Pengennya sih sama player. Lebih menantang."
Aku menatap mereka. Pembicaraan ini harus dihentikan. Lama-lama pembicaraannya melenceng. Dan parahnya lagi, semua keluargaku sedang seru-serunya berbicang dengannya. Aku tersenyum membayangkan kalau dia beneran jadi pacarku.
ARIANA POV
Keluarga Dave asik-asik banget. Apalagi Edgar itu. Kami selalu ngegodain Dave yang akhirnya membuat Dave kesal. Dave yang tadi lebih ekspresif. Dia lebih terbuka kepada siapa saja. Mungkin karena itu keluarganya kali ya?
"Tadi itu asik banget lho, Dave," kataku. Sekarang,kami sedang berada di mobil. Dave sengaja memarkirkan mobilnya di lobby apartemenku. "Iya dan kamu ga berhenti menggodaku," katanya. Aku terkikik san mencoel dagunya centil,"Godain pacar boleh kan?" Aku nyesel banget nanya ini. Situasi hening mendadak. Mengheningkan cipta.
"Kamu tahu kenapa aku mengklaim kamu sebagai pacarmu?"
"Eh? Enggak."
"Karena Elle ngadu kalau aku sama kamu ada hubungan selain teman."
"Ah, kalo itu sih, gue tau."
"Jadi mereka ribut mau ketemu kamu. Kamu keberatan?"
Aku menatapnya sesaat dan menggeleng, "Ga kok," "Kamu udah 2 kali ngebantuin aku," "Emm, kapan ya?" "Pertama, waktu Lucy ngejar-ngejar aku. Kedua, sekarang." Dia tersenyum ke arahku. Kok suasananya kayak orang pacaran ya? Aku tersenyum lembut padanya dan menepuk pundaknya pelan, "Aku balik ya?" Dia mengangguk dan tersenyum. Saat aku akan membuka pintu, ia menahan tanganku dan nyengir gugup. Tumben.
"Besok kan malam minggu. Kamu ada acara ga?"
"Ngajakin satnite nih ceritanya?"
"Gitu deh. Ada acara ga?"
"Well, kayaknya ga ada deh. Tapi gatau juga ya."
"Telepon aku kalau kamu ada waktu."
Aku mengangguk dan tersenyum. Aha! Akal licikku muncul lagi entah darimana. Aku berpura-pura senyum dan membuka pintu mobil. Seperti di film-film, aku berpura-pura melakukan sesuatu dan masuk kembali, "Ada apa?" tanyanya. Aku memasang acting untuk malu-malu kucing dan mencium pipinya. Ahahahaha, He's blushing. Akupun segera keluar dan tidak lupa menggodanya lagi,
"Thanks for tonight," kataku dan berlari dramatis ke dalam apartemen.
Part ini terlalu sedikit ya? Gapapa deh. Lagi kehilangan inspirasi. Thanks buat yang udah vomment! Ditunggu kritikan dan saran ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted Love {COMPLETED}
RomanceAriana, gadis riang yang menyimpan masa lalu penuh luka. Ia sudah berkomitmen bahwa tidak akan menyukai lelaki dalam beberapa waktu. Namun, apa yang bisa dilakukannya ketika lelaki itu datang memberikan kepedihan dan pelajaran hidup serta kebahagiaa...