DAVE POV
Aku berlari pelan menuju mobilku. Telepon dari Mentari cukup membuatku terkejut. Baru pertama kalinya, dia terdengar panik seperti itu. Apalagi mendengar penjelasannya. Aku ingin marah dan membentak Mentari. Tapi itu bukan salah dia. Ini salahku. Kenapa aku harus mencari masalah dengannya? Andai aku masih berteman dengannya, pasti dia akan datang kepadaku dan peristiwa perjodohan ini akan ditolak cepat olehnya. Tanpa sadar, mobilku sudah terparkir rapi di basement apartemen Ariana. Aku langsung berlari kencang dan sampai di lantai itu. Aku menatap Mentari yang terduduk di luar. Lebih tepatnya meringkuk di depan pintu apartemen Ree. "Kamu kenapa?" tanyaku. Ia mengangkat kepalanya dan berdiri,
"Tolongin gue,Dave."
"Ree kenapa?"
"Pintunya gabisa dibuka. Dan setau gue, elo nyimpen kunci cadangan kan?"
Aku menepuk jidatku pelan. Saking terburu-buru, aku sampai lupa membawa dompet, "Aku lupa," kataku akhirnya. Ia mengacak rambutnya frustasi dan menatapku dengan tatapan frustasi, "Gimana ini? Gue takut Ree kenapa-napa," "Tenang. Aku panggil satpam dibawah. Kamu tunggu sini aja dulu," "Oke." Aku segera melesat turun dan meminta bantuan dari satpam. 2 satpam sudah membawa kunci cadangan lain dan sudah membukanya. Tapi, pintunya macet mendadak. "Kenapa ini?" tanyaku khawatir. Salah satu satpam menjawab dengan kerutan yang terlihat jelas di wajahnya, "Ini dikonci dari dalem, Mas. Kita harus ngelobangin dindingnya," "Aduh. Yaudah, lubangi aja," kataku akhirnya. Dengan bantuan satu satpam lagi, pintupun akhirnya terbuka. Mentari yang sudah mau berlari langsung kucegat. Dia menatapku kesal,
"Kenapa lagi sih?"
"Jangan masuk. Biar aku aja "
Aku kembali menariknya keluar dan berjalan masuk sendirian. Tidak ada tanda kehidupan disini. Aku membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Tidak ada orang di kamarnya. Dimana dia? Dan mataku terbelalak menatap pemandangan di depanku ini. Ariana lemas tak berdaya. Aku terduduk di depannya dan menangkap kepalanya. "Ree?" panggilku lembut. Kuguncangkan tubuhnya. "Ree, bangun. Please," kataku sambil memeriksa denyut nadinya. Untungnya masih ada. Walaupun sedikit. Derapan kaki terdengar di belakangku. Segera kugendong Ariana. Mata Mentari membulat seketika. "Dia kenapa,Dave?"
"Kita harus bawa dia ke rumah sakit."
"Dia belom meninggal kan?"
"Belom."
Kami segera melesat menuju rumah sakit dekat apartemen Ree. Suster segera membawanya masuk ke dalam UGD. Aku tidak seperti laki-laki yang ada di sinetron-sinetron yang memaksa ingin masuk. Aku tidak sebodoh itu. Aku tidak ingin Ree tidak selamat karena kebodohanku. 2 jam sudah akhirnya pintu UGD terbuka. Aku, Mentari, dan Aaron -- yang datang terlambat -- segera berdiri. "Gimana, Dok?" tanya Aaron dengan wajahnya yang sudah lelah. Dokter tersenyum dan membuat kami tenang, "Dia akan sadar dalam kira-kira setengah jam lagi." Kami mengangguk serempak. Hening sejenak. "Kalian pada mau makan ga?" tanya Mentari, "Mau bangettt!!!" kata Aaron semangat, "Lo gamau Dave?" "Gausah deh. Gue tunggu sini aja, Ar. Lo sama Mentari aja," "Ok deh," katanya. Aku terduduk kembali di kursi tunggu. Aku membuka iPadku untuk bekerja. Sekaligus mengalihkan perhatianku dari Ree. Suster keluar dan menampakkan Ree yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Pandangannya setengah sadar. Aku segera mengikuti ranjang itu. Ree dibawa ke salah satu kamar pribadi. Aku segera membuka BBM dan mengirim pesan kepadanya Aaron
You : Ree udah dibawa ke kamar no 207. Nanti lo sama Mentari langsung cabut ke sini aja.
Aku segera meletakkan iPhoneku di kantong. "Saya udah boleh masuk kan,Dok?" tanyaku. Dokter itu tersenyum dan mengangguk. Aku segera berjalan menuju ranjangnya. Kutatap wajahnya yang pucat. Matanya menatapku. "Halo," sapaku lembut. Ia tersenyum. Hatiku benar-benar sesak saat ini. Di hadapanku, Ree yang ceria telah berganti menjadi Ree yang lemah dan tak berdaya. Ini semua salahku. "Maafin aku,Ree." Ia menggeleng dan menangkap tanganku, "Bukan salah lo," "Ga,Ree. Ini emang salahku. Coba aku lebih per..." Ucapanku terpotong oleh tangannya yang membentuk satu jari menempel di mulutku tanda untukku berhenti. Ia menutup matanya. Aku mengelus rambutnya sampai dia tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted Love {COMPLETED}
RomanceAriana, gadis riang yang menyimpan masa lalu penuh luka. Ia sudah berkomitmen bahwa tidak akan menyukai lelaki dalam beberapa waktu. Namun, apa yang bisa dilakukannya ketika lelaki itu datang memberikan kepedihan dan pelajaran hidup serta kebahagiaa...