ARIANA POV
Aku menatap Jordan yang sedang berdiri di depanku sambil tersenyum. "Boleh ga gue duduk disini?" Aku yang sudah membuka mulut langsung menutupnya kembali saat melihat Dave dari kejauhan. Dia berjalan ke arah kami dan entah kenapa,aku ingin sekali memeluknya sambil berteriak minta tolong. "Ada apa ini?" tanyanya santai. Jordan langsung menoleh dan menatap Dave, "Lo? Mantannya Phanie kan?" "Mungkin. Aku gatau. Boleh pergi? Kami sedang ingin makan berdua," usirnya secara halus. Aku merasa suasananya sudab makin tegang sejak Jordan menyebut nama "Phanie" itu. Apa Phanie yang disebutkan itu cewek yang aku lihat bareng Jordan ya? "Jor, gue mau makan dengan damai. Jadi secepatnya lo angkat kaki dari depan kami," ucapan itu mengalir lancar di mulutku. Aku bernafas lega saat akhirnya Jordan pergi setelah memberikan tatapan tidak percaya kepadaku.Aku menatap Dave yang sekarang sedang asik makan, "Phanie mantan lo?" Ia terdiam dan menghentikan aktifitas makannya. Ia menghela napas pelan, "Ree, aku gamau kita bahas masalah ini. Dia ada hubungannya dengan Jordan. Jadi tolong jangan pernah menanyakan dia." Aku mengangguk mendengar ucapannya yang penuh penegasan. Aku memang bisa memaklumi kalau dia memang gasuka membahas masalah ini karena sama sepertiku, kami trauma berdua.
Hari sudah siang dan Dave sudah masuk mobil. Aku menghempaskan tubuhku di kursi empuk mobil mewahnya -- aku ga terlalu ngerti soal mobil -- " dan memejamkan mata untuk istirahat sebentar.
"Kita mau kemana?"
Ucapan itu membuatku mau tidak mau membuka mata dan menatap Dave. Hmmm.
"Kalo ke taman belakang rumah lo mau ga?"
DAVE POV
Aku menatap Ariana dengan pandangan tidak percaya. Maksudku, ayolah dia pasti harus mandi dulu sebelum ke rumahku dan sekarang dia mau ke taman belakang apartemenku. "Kamu ga mau mandi dulu?" tanyaku hati-hati, "Di apartemen lo gaada kamar mandi?" "Ya adalah,Ree," "Yaudah," "Bajunya?" "Gue bawa baju. Takut disuruh pake aneh-aneh kayak kemaren," aku meringis mendapatkan tatapan membunuhnya. "Ok, ok. Kita ke apartemenku." Akupun menjalankan mobilku menuju apartemen.
"Ariana! Ini sudah 1 jam! Kamu ngapain aja di dalem?"
"SABAR, INI LAGI PAKE BAJU!!! AWW!!!!!" "Ree, kamu kenapa?" "Kesengkat gunting kuku. Ehehehe." Aku memutar bola mata dan kembali menggedor pintu kamar mandinya, "Aku tunggu kamu di taman. Okay?" "Iya, iya." Akupun bergegas ke taman apartemen.
ARIANA POV
Aku berjalan ke arah lift sambil sesekali merapikan rambutku dengan tangan. Ok, ini salahku karena udah ngajak berduaan bareng Dave. Taman?!! Oh, b*tch please?! Itu namanya sama aja kayak orang pacaran. Setelah sampai di lantai dasar,aku langsung merapikan anak rambutku dan berjalan ke taman apartemen. Taman apartemen Dave sangat berbeda dengan yang ada di apartemenku. Kalay di apartemenku, taman, kolam renang, playground digabung. Tapi disini? Semuanya punya tempat sendiri-sendiri. Aku tersenyum saat mendapati Dave sedang mengantri di toko es krim. Aku kagetin ah. Aku mengendap-endap seperti pencuri. Aku langsung berdiri di belakang Dave dan saat dia berbalik, aku langsung mengejutkannya.
"Oh, no!"
DAVE POV
Aku menatap bajuku dan es krim yang kupegang. Wajah Ariana sudah menegang tanda- tanda kalau dia ketakutan. Aku menghela napas dan menatapnya lembut, "Udahlah, kita ngobrol di kamarku aja. Bajuku udah kotor begini," "Hah?" Ia terkejut dan akhirnya mengangguk.
Well, sekarang aku sedang menelan ludah untuk yang kesekian kalinya. Gimana ini? Kami cuma berdua disini. Gimana kalau aku kebablasan? Ah, lagipula aku juga sudah tidak pernah menyukai seseorang lagi. Dia sedang memilih film yang akan kami tonton malam ini. Akhirnya aku memilih untuke dapur dan membuat popcorn untuk kami berdua.
"DAVE! NONTON INI YOKKK!!!" Mataku menatap apa yang sedang dipegangnya. Ladda Land? Sejak kapan aku membeli film horror itu?
"ARGGHHH!!!" Ariana berteriak sambil menyembunyikan wajahnya untuk kesekian kalinya di dadaku. Dia ini. Udah ga berani nonton, malah mau dilanjutin aja. Popcorn yang kubuat sudah dihabiskannya. aku tersenyum menatap mata lebarnya yang ketakutan sambil mencengkram pergelangan tanganku dengan pelan. Atau setelah itu ia akan menutup wajahnya sambil sesekali memberikan celah untuknya agar bisa menonton sedikit-sedikit. Aku terkekeh pelan Selama film berlangsung, fokusku hanya tertuju pada Ariana. Ah, mungkin aku akan mimpi indah malam ini.
Kami berjalan ke mobilku. Aku menoleh untuk mengecek keadaan Ariana. Ia sedang mengerjapkan matanya tanda sudah mengantuk. Well, kurasa aku harus segera mengantarnya pulang, "Ayo, kuabtar pulang," kataku sambil melesat dari apartemen.
"Thanks for tonight, Dave," kata Ariana sambil tersenyum ke arahku, "Mungkin gue bakal mimpi buruk malem ini," lanjutnya yang membuatku terkekeh. "Hahahah, bayangin mukaku aja. Pasti langsung mimpi indah. Ehehehe," kataku yang dibalas dengan toyoran di kepalaku. Aku meringis sebentar dan mendorong punggungnya pelan agar segera masuk ke apartemen, "See ya," katanya sambil berlari.
Malam sudah berlalu. Aku langsung mandi dan segera berangkat ke kampus. Orang pertama yang ingin kutemui adalah Ariana. Dia benar-benar membuatku kangen setengah mati kepadanya. Aku membayangkan perdebatan kecil apa lagi yang akan kami buat. Tanpa sadar aku menabrak perempuan berambut blonde yang langsung menatapku sendu. Dan saat ini juga, aku ingin segera berlari ke arah Ariana sambil memeluknya erat.
"Dave?"
#tbc.
Halooo... Akhirnya selesai juga part ini. Thanks buat @phanie34 yang udah nyumbangin namanya buat novel ini hehehehheh #ketawajelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted Love {COMPLETED}
RomanceAriana, gadis riang yang menyimpan masa lalu penuh luka. Ia sudah berkomitmen bahwa tidak akan menyukai lelaki dalam beberapa waktu. Namun, apa yang bisa dilakukannya ketika lelaki itu datang memberikan kepedihan dan pelajaran hidup serta kebahagiaa...