Part 8

1.4K 178 1
                                    

"Mana Hara?" Seorang pria paruh baya dengan sedikit lemak mencuat di perutnya mendatangi sebuah perusahaan dengan membawa senjata laras panjang yang siap menghilangkan nyawa siapa saja yang membuatnya marah.

Kedatangan pria itu membuat pegawai menegang di tempat masing-masing tidak mau mengeluarkan sepatah kata. Pasalnya raut wajah pria yang sebenarnya masih merupakan pemilik perusahaan itu benar-benar merah padam. Belum lagi senjata yang dia bawa-bawa. Pria itu telah mengantongi izin atas kepemilikan senjata api yang sebenarnya ilegal tersebut—dengan syarat penggunaan hanya untuk berburu, tetapi mungkin kali ini senjata api itu akan memakan korban nyawa.

Pandangan mata lelaki itu beredar ke seluruh ruangan. Emosinya berada di puncak, itu sebenarnya tidak baik mengingat umurnya sudah tidak muda lagi, tetapi memiliki anak perempuan seperti Hara Dista--membuatnya harus terus berkompromi pada malaikat maut agar tempo hidupnya diberikan lebih lama.

"Dimana Hara Dista!" Kondisi ruangan yang penuh ketegangan membuat suara pria itu terdengar mengerikan.

Para pegawai di perusahaan itu juga sudah mulai cemas di tempat duduk masing-masing. Tidak ada yang berani bergerak barang satu inci pun.

Kring! Kring!

Seorang resepsionis nampak ragu untuk mengangkat telepon dari seseorang. Dia takut jika bergerak sedikit, maka nyawanya akan melayang.

"Angkat telepon itu."

Dengan tergagap wanita itu mengangkat telepon dan mengusahakan agar suaranya kembali normal meski jantungnya berdetak sangat kencang.

Setelahnya telepon ditutup. Tuan Hara Gin tidak berkeinginan menanyakan siapa yang baru saja melakukan panggilan, karena saat ini tidak ada yang lebih penting selain menyeret anak perempuan yang hampir membunuh calon suaminya sendiri ke hadapannya.

"Kutanya sekali lagi! Dimana Hara Dista?"

"Tu-tuan." Seorang laki-laki dengan tubuh gemetar mengangkat suara.

Hara Gin hanya diam menunggu cecunguk itu mengatakan sesuatu.

"Nyonya Ad— maksudku Hara Dista pergi ke klub malam di distrik Jongno."

"Beri aku alamatnya."

"Be-be-baik Tuan." Laki-laki itu dengan masih gemetaran menulis nama klub malam dimana bos perempuannya berada. Untuk hari ini laki-laki bernama Jokwoon itu berhasil menyelamatkan nyawa semua pegawai karena setelahnya Hara Gin pergi dari kantor tanpa melepas satu peluru dari pistol panjangnya.

Sebelumnya,

Seorang kepala polisi datang ke kantor Tuan Hara Gin setelah mengatakan bahwa mereka baru saja melakukan pengusutan di tempat kejadian dimana Min Yoongi kecelakaan.

Kedatangan polisi itu bukan tanpa sebab, dia juga merupakan kaki tangan Hara Gin di bisnis bawah tanah. Berkat kepala polisi itu, semua catatan kejahatan Hara Gin bersih. Begitu cara uang bekerja.

Kembali pada tujuan si kepala polisi datang adalah tidak lain karena ingin menyampaikan temuan bukti penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu sebuah peluru.

Sebagai seorang yang turut andil melegalkan perizinan kepemilikan senjata api pada Hara Gin, kepala polisi bernama Chan Sewook itu tahu betul peluru jenis apa yang digunakan untuk menembak ban belakang mobil milik artis itu. Dia juga tahu bahwa Hara Gin memiliki persediaan peluru pribadi yang hanya digunakan oleh dia dan anaknya ketika akan membunuh musuh mereka, jadi saat dia menemukan peluru itu di tempat kejadian—segera saja dia meminta waktu untuk menemui bosnya yang kaya raya. Dia akan mendapat segelontoran uang untuk membungkam masalah itu.

Agust'D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang