Part 24

1.1K 147 12
                                    

Like setiap part!


"Jieun apa-apaan!"

Yoongi segera berlari dan merebut pisau yang Jieun gunakan untuk menyayat-nyayat lengannya, darah segar mengalir sepanjang luka yang terbuka di tangan perempuan itu.

Yoongi segera keluar meninggalkan Jieun untuk menyembunyikan pisau tersebut.

Saat kembali ke kamar—Yoongi melihat bagaimana perempuan itu menundukkan kepala dengan rambut panjang tergerai yang menutupi wajah. Tangan yang berdarah terkulai lemas di samping.

"Ap-apa yang kau lakukan?" Yoongi bertanya dengan suara bergetar.

Tak ada respon. Perempuan itu masih tak bergeming di posisinya sampai Yoongi mendengar isakkan lirih.

Lalu ia lihat lagi tangan yang terluka dan dengan itu Yoongi bergerak menuju tempat penyimpanan p3k. Mengambil beberapa barang yang ia perlukan untuk mengobati luka Jieun dan kembali ke depan perempuan itu.

Yoongi jongkok di depan Jieun. "Aku akan mengobatinya."

Saat akan meraih tangan perempuan di depannya—tangan Yoongi ditepis kasar. Ia tersentak, tetapi begitu melihat bagaimana wajah Jieun yang sudah bengkak karena menangis menatapnya—ia merasa sakit di hatinya.

"Jangan diobati." Perempuan itu berkata.

Yoongi menarik nafasnya dalam. Ia mencoba bersabar menghadapi Jieun yang sekarang. "Itu terluka. Akan berbahaya jika tidak diobati."

"Biarkan saja." Lalu memalingkan wajah.

"Memangnya tidak sakit?" Yoongi masih bersuara lembut.

Jieun bertanya-tanya apakah Yoongi ini sedang bersikap bodoh atau bagaimana. Sekarang ia sudah tahu siapa Yoongi, apa perannya di sini, memiliki ingatan Hara bersamanya membuat ia tahu bahwa ia tak memiliki hubungan baik dengan pria itu. Tetapi bagaimana Yoongi berpura-pura bersikap seolah Hara adalah segalanya bagi pria itu membuat Jieun merasa muak.

Ia ingin pergi dari tubuh itu. Ia tahu bahwa yang Yoongi lakukan adalah semata-mata untuk membuatnya bertahan. Dengan begitu ia tertawa miris kala melihat sosok pria yang kini terlihat khawatir padanya.

"Biar kuobati." Yoongi mencoba lagi.

"Tidak usah!"

Jieun masih mengeras. Mengabaikan rasa nyeri karena darah terus mengalir dari sana.

"Itu akan infeksi kalau dibiarkan." Yoongi terus berusaha meski ia benci Jieun yang keras kepala. Ia memang tidak menyukai Hara tetapi ia lebih tidak suka dengan sikap Jieun.

Terdengar dengusan nafas kasar Jieun. "Itu bukan urusanmu."

Yoongi rasa ucapan Jieun memprovokasi rasa marahnya.

"BIARKAN AKU MENGOBATINYA, JIEUN." Yoongi tanpa sadar membentak. Ia tidak bermaksud begitu, tapi Jieun tidak mau mendengarnya jika ia terus mengalah seperti tadi. Melihat Jieun seperti ini, Yoongi merasa dirinya begitu buruk.

Jieun terkejut. Dapat Yoongi lihat raut ketakutan di wajah Jieun dan hal itu membuat dirinya merasa begitu buruk.

"KENAPA KAU PEDULI?" Jieun berteriak berusaha membalas Yoongi, meski kemudian air meleleh dari matanya. Yoongi merasa jantungnya berada di tenggorokan. Entah kenapa sakitnya berkali lipat. Padahal bukan ia yang terluka.

Dapat ia lihat bagaimana Jieun sesenggukan. Yoongi frustasi jika begini. Apa pun yang dia lakukan atau dia katakan terasa tidak benar dan disalah artikan oleh Jieun.

"Maaf membentakmu. Tapi jangan lakukan ini, tolong." Yoongi membuat nada bicaranya rendah, ia ingin tetap membuat Jieun merasa aman. Bahwa ia tidak akan menyalahkan Jieun untuk apa pun. "Jangan menyakiti tubuh yang kau tinggali okay, dia punya orang-orang yang menginginkannya untuk tetap hidup."

Agust'D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang