بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Happy Reading!
••••
Terlihat lingkaran hitam di bawah mata Zoya, wajahnya kusam bahkan langkahnya begitu lunglai seolah tak memiliki tulang dalam tubuhnya. Menjalani sebulan masa dispilinernya terasa begitu kejam. Namun inilah hal yang pantas dia terima dari semua kesalahan yang ia perbuat.
“Dokter Zoya pasien kecelakaan motor akan tiba 5 menit lagi.” ujar salah satu seorang perawat yang menghampirinya. Zoya mengedipkan matanya tiga kali, “Kecelakaan lagi???”
Argh! Luar biasa. Sudah hampir semalam Zoya tak tidur dan di pagi hari ini Zoya yang tak belum sempat pulang sudah kebanjiran pasien di IGD. Wajahnya yang tampak judes ditambah dengan angkuh membuat siapa saja segan mendatanginya ditambah lagi kontrol emosi Zoya yang amburadul karna kelelahan.
“Dokter Zoya! Pasien gagal itu jantung!” teriak perawat itu lagi.
Zoya memejamkan matanya, “Aku datang!”
***
Mungkin baru 15 menit Zoya terlelap merasakan nyamannya kasur tidur ia sudah harus terbangun oleh suara ponselnya sendiri. Zoya bisa menjadi mayat hidup jika begini terus menerus. Tangannya meraba sekitar dengan mata yang enggan terbuka sedikitpun. Sampai ia menemukan ponselnya, namun bukan mengangkatnya, Zoya malah menonaktifkan ponselnya tanpa dosa.
“Dokter Zoya...”
Entah suara darimana itu berasal memanggil nama Zoya terus menerus. Merasa terganggu Zoya malah menutupi dirinya dengan selimut kasurnya.
“Dokter Zoya???”
Ini sama saja membangunkan singa yang sedang tertidur!
“Dokter Zoyaaaaaaaaaaaa!!!”
Zoya pun naik darah tidurnya diganggu. Ia bangun dari tidurnya mencoba melirik ke kanan dan ke kiri. Namun nihil, tak ada siapapun. Dia mencoba melihat ponselnya dan tak ada panggilan apapun. Sampai suara pintu digedor mengalihkan perhatiaanya.
“Dokter Zoyaaaaaaa?!!” teriak wanita dari luar.
“Siapa yang berani membangunkanku?!” tanya Zoya geram pada dirinya sendiri. Dengan dandan yang berantakan Zoya melangkah membuka pintu apartemtnya dengan kasar. Dan saat itu juga Zoya terdiam kebinggungan.
“Suprise!”
Rania berdiri di depan Zoya tanpa merasa bersalah. Dan sedetik kemudian Zoya sudah berniat mencekik Rania saat itu juga namun sayangnya Rania mengelak dan berlari bersembunyi dibalik tubuh Alisha.
Zoya terkejut. Dia baru tahu Alisha ada di sini. Dan yang membuatnya kaget bukan kepalang lagi, Bona juga ada berdiri melipat tangannya di saku celana sambil memandangi dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Sejak kejadian itu, Zoya sama sekali tak berinteraksi apapun dengan Rania, Alisha dan Bona. Bahkan setiap kali mereka bertemu, Zoya selalu menghindar. Bona bahkan dengan sengaja membuang wajahnya acap kali bertemu dengan Zoya. Sama sekali tak ada percakapan yang terjadi diantara mereka berempat sampai detik ini.
Bahkan sekarang Zoya membeku di tempat mereka mereka bertiga lengkap berdiri dihadapannya. Jujur, hati Zoya tak mampu berbohong bahwa sesungguhnya Zoya rindu dengan canda tawa mereka. Zoya rindu tingkah kanak-kanak Rania. Zoya rindu polos Alisha. Dan Zoya rindu nada khas batak Bona saat berbicara padanya.
“Aku tunggu diluar.” ujar Bona lalu pergi tanpa senyuman sedikitpun.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Espiritual[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...