بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم
Happy reading!
***
Tidak!
Kenapa?
Kenapa aku harus memohon pada-Nya?
Mengapa?
Coba jelaskan kepadaku mengapa hal itu harus kulakukan?Tubuhku merosot di tangga darurat lunglai tak berdaya. Kepalaku berdenyut dan perutku terasa mual. Aku menjambak rambutku kasar tak peduli tetapi buruknya keadaanku sekarang. Hatiku begitu kalut. Aku berjalan tanpa arah dan kehilangan peganggan.
Kepada siapakah aku bisa bersandar?
Kepada siapakah aku dapat mencurahkan kekalutanku?
Kepada siapa? Katakan! Tolong jawab aku!Bunda....
Aku rindu. Mendadak aku ingin pelukkanmu. Aku rindu nasihatmu. Kemanakah aku harus pergi sekarang. Aku pembawa kematian bagi sekitarku. Aku adalah maut yang hidup di bumi. Aku benci diriku sendiri. Bunda, mengapa melahirkanku dengan takdir seperti ini?Seharusnya aku mencegah Rania. Harusnya aku menoleh saat dia memanggilku. Rania bodoh! Aku membencinya dengan sepenuh hatiku. Aku tak akan memaafkannya seumur hidupku. Mendadak bayangannya tersenyum menghantuiku. Air mataku kembali berderai. Dadaku sesak dan kejadian beberapa saat yang lalu terasa terputar di kepala.
Pandanganku mendadak buram terhalang air mata. Pelupukku tak lagi mampu menahannya. Kupukul dadaku keras-keras untuk bisa berhenti menangis. Sudah lama sekali aku tak merasa sesakit ini. Isakku keluar tanpa izin. Aku terlihat begitu lemah. Dan aku membencinya.
Kaki lemas tak bertenaga. Aku kehabisan energi untuk bisa bernapas. Hidungku berair dan tanganku bergetar hebat. Aku melihat bekas darah Rania masih melekat pada tanganku. Mataku menatapnya nanar.“Dokter Zoya, Rania lupa bawa data pasien!”
“Dok-ter Zoya ... Rania salah bawa pasien.”
“Dokter Zoya, senyum dong!”
Aku menggusap kasar tanganku. Air mataku terus berguguran tak terbendung. Aku benci celohennya. Benar-benar membenci dirinya. Dia selalu pelupa akan sesuatu, suka termenung tiba-tiba, dan ia suka mencampuri urusanku. Rania juga selalu mengejek diriku tanpa sepengetahuanku. Ia suka menggerutu di belakangku.
Namun, Rania selalu ada di sisiku. Langkahnya selalu berada di belakangku mengikuti kemana pun aku pergi. Dia menemaniku pergi ke setiap kamar pasien. Dia mengunting setiap benang yang dijahit. Dia juga selalu meletakkan secangkir kopi panas di meja kerjaku.
Aku membencimu Rania. Namun kamu tak membiarkan satu orang pun masuk ke ruanganku saat aku sedang tak ingin diganggu. Kamu tahu dan dapat membaca semua keinginanku. Kamu membuatku terbiasa denganmu. Mengapa kamu melakukan ini semua, Rania? Aku baru tersadar kamu satu-satunya yang berada di sisiku setiap saat.
Rania, aku merindukamu.Mendadak aku rindu wajah gelagepanmu menuruti semua perintahku. Terkadang aku ingin merangkulmu sambil berjalan bersama seperti yang Alisha lakukan padamu tapi, egoku melarang semuanya. Aku ingin makan bersama denganmu dan pergi berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama seperti yang orang-orang lakukan tapi aku terlalu sibuk dengan duniaku.
Andai aku dapat memutar waktu, aku tak akan bersikap acuh tak acuh. Andai, sungguh sakit rasanya berharap pada kata andai. Jika aku boleh bertukar nasib, bolehkan aku bernasib bahagia sekali saja?

KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Spiritual[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...