بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم
Happy reading!
•••
“Lo pergi sana! Jangan deket-deket gue!”
“Eh Wanda, gue pun ogah nemenin lo kalau kagak permintaan Bunda tercinta gue!”
“Gue mah lebih seneng kalau Bunda yang ada di sini daripada sama lutung kayak lo!”
“Adik durjana lo!”
“Lo Abang bangsat!”
Rania dan Alisha terdiam sambil mendesah kesal melihat perdebatan Haikal dan Joe. Hari ini Joe harus melakukan fisioterapi pada kaki dan lehernya. Jadi, Alisha dan Rania membantunya untuk menghantarkan mereka.
Sejak dirawat di rumah sakit, Haikal selalu menemani Joe walaupun setiap menit bahkan detik harus dihiasi dengan berbagai adu mulut dan pertikaian yang hampir merusak perabotan rumah sakit. Alisha tak menyangka mendapat pasien seperti Joe ini.
“Kalian bisa bawa dia ke ruang mayat aja gak?” tanya Haikal kepalang emosi dengan Joe yang duduk di kursi roda dengan santai. Rania dan Alisha saling bertukar pandang. “Setelah melakukan fisioterapi beberapa kali lagi pasien sudah bisa pulang. Tahap pemulihannya juga tidak akan lama. Semoga lekas sembuh.” ujar Rania sambil meletakan kedua tangannya pada saku jasnya.
“Oh gitu. Kalau enggak biar gue aja yang buat lo ke rumah mayat!” seru Haikal melajukan kursi roda Joe begitu kencang. Joe pun menjerit ketakuan sambil terus mengumpat Haikal dengan berbagai kata. Rania dan Alisha hanya bisa mengelengkan kepala mengikuti keduanya.
Sungguh percayalah, Haikal suka serius dengan ucapannya. Bisa mati terduduk Joe jika sampai Haikal membawanya ke ruang mayat. Dulu saja saat mereka kecil Haikal pernah meninggalkan Joe di rumah hantu sendirian sampai Joe pipis dicelana sanking takutnya. Haikal bahkan pernah menguncinya di gudang bawah tanah saat tengah malam.
Haikal langsung berhenti mendorong kuris roda Joe saat melihat sosok wanita yang memakai sweater putih itu berjalan dari sisi barat. Lengkungan bibirnya langsung mengembang seketika.
“Selamat Siang, Dokter Cantik.” sapa Haikal begitu percaya diri. Zoya melirik mereka singkat lalu berjalan melewati mereka tanpa membalas sapaan Haikal. Zoya benar-benar menganggap Haikal tak ada, apalagi saat mata Zoya bertemu dengan dua manik mata Rania di belakang mereka. Jelas sekali raut wajah Zoya tak suka.
Joe yang melihat itu pun terkekeh, “Lo bilang seorang Haikal Malik kagak pernah ditolak sama cewek di seluruh dunia ini. Tapi, noh, gue barusan liat lo dikacangin sama sebiji cewek tuh! Ckck, kadar buruk rupa lo itu emang udah kagak ketulungan!”
Plak!
Haikal langsung menimpuk kepala Joe sekuat tenaga. “Diem lo kuda lumping!”
Rania yang disembur Zoya dengan tatapan tak suka langsung menciut nyalinya. Sejak kejadian ia ditampar oleh Zoya, ia sama sekali tak pernah bercakap langsung ataupun bertegur sapa. Rania tak punya keberanian berdiri di samping Zoya lagi.
Zoya berhenti di nurse station meminta beberapa berkas pasien yang memang sudah ia titahkan pada salah satu perawat di sana. Saat ia ingin beranjak ke ruangannya seorang remaja laki-laki menghentikannya.
“Tunggu, Dokter.” katanya, “ini buat, Dokter.”
Zoya menautkan alisnya saat disodori sebuah jinjingan berukuran cukup besar. Sontak Zoya pun terkejut. Ia tak mengenal sang anak dan tiba-tiba dia diberi sesuatu yang entah apa isinya oleh orang yang sama sekali tak ia kenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Spiritual[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...