بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم
Happy Reading!
•••
Aku terduduk sendirian dengan tangan yang bergemetar ketakutan. Jantungku berdegub begitu kencang bahkan dadaku sesak memikirkan apa yang telah kulakukan tadi. Ini semua pasti mimpi. Kumohon siapapun tolong bangunkan aku sekarang.“Bodoh. Apa yang telah kulakukan?” gumanku bernada getir.
Bahuku naik turun menghalau setiap isakan. Aku penyebab semuanya. Pak Wahab meninggal karnaku. Tanpa terasa air mataku tumpah. Aku terpejam meresapi setiap rasa sakit yang memukul hatiku begitu keras. Isakan pun lolos dari bibirku. Butiran air mata itu tak ingin berhenti meskipun aku melawan sekuat tenagaku.
“Bunda...” lirihku dalam sela tangisanku.
Aku menutup telingaku berusaha menghentikan semua suara yang berteriak-teriak dalam kesunyian.
Aku bukan pembunuh! Aku berani bersumpah aku tak sengaja. Bukan aku penyebab itu semua. Tapi, aku, tetap bersalah.
Aku kebingungan sekarang. Zoya yang begitu malang. Kesedihan dan penderitaan selalu saja menjadi teman baikku. Air mataku terus mengalir deras tanpa mau berhenti. Aku sungguh bersyukur kantin rumah sakit ini sunyi tanpa ada satu orang pun.
Aku rindu Bunda.
Bunda, bantu aku.
Bukan aku yang menyebabkan semuanya. Bunda, aku ketakutan, peluklah aku. Biarkan aku bersembunyi dalam dekapanmu yang hangat.
Bunda, engkau bilang jika ada yang membuatku takut maka engkau akan menumpasnya. Tapi sekarang dimana Bunda?!
Bunda, aku bukan pembunuh.
Aku ingat bagaimana wajah saat pertama kali bertemu dengannya. Tatapannya yang teduh dan suara yang lemah lembut membuatku semakin merasa bersalah. Aku tak percaya, sungguh-sungguh tak percaya bahwa sekarang ia sudah tiada. Dan itu semua karna tangan sialan ini.
“Nak, semua insan yang hidup adalah milik Allah. Dia adalah penguasa bumi dan langit. Allah yang mengatur apapun di dunia ini. Saya adalah miliknya. Jika nanti ter—“
“Semua akan baik-baik saja.” potongku cepat.
Pak Wahab tersenyum, “Saya amat percaya padamu, Nak. Dengarkanlah ini, jika nanti Allah ingin lelaki tua ini menghadap pada-Nya maka katakan pada putriku bahwa ayahnya ini sangat menyayanginya. Dan aku benar-benar beruntung sempat bertemu dengan dokter berhati mulia sepertimu. Ayahmu beruntung memilikimu, Nak.”
Zoya bodoh!
Apa yang telah kulakukan?
Aku memandang kedua tanganku nanar. Karna kedua tangan inilah aku kehilangan sosok yang sudah kuanggap sebagai ayahku. Karna tangan inilah aku memisahkan seorang ayah dari putrinya dan seorang putri dari ayahnya. Dan karna tangan inilah aku menjadi malaikat maut bagi pasienku sendiri.
Mataku bergerak resah dengan tangan yang bergetar sejak tadi, “Ini semua karnamu Zoya! Aku pembunuh! Seharusnya aku tidak melakukan operasi itu! Seharusnya aku tak pernah bertemu dengan Pak Wahab! Seharusnya aku tak pernah berjanji pada Andriana!”Andriana. Apa yang harus kukatakan padanya?
“Dokter Zoya sendiri yang akan mengoperasi Ayah kan? Tangan Dokter Zoya yang akan menyembuhkan Ayah kan? Iya kan?”
“Ayah bilang Dokter Zoya sangat baik. Berkat Dokter Zoya Ayah memberitahu saya perihal sakitnya. Jika tidak karna Dokter Zoya, pasti sampai sekarang saya tak akan pernah tahu kalau Ayah sakit. Tolong selamatkan Ayah saya. Ayah satu-satunya yang saya miliki di dunia ini.”
![](https://img.wattpad.com/cover/145640600-288-k886870.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Spiritualité[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...