بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم
Happy Reading!
•••
Sepasang kaki jenjang turun dari sebuah mobil jazz merah dengan begitu anggun. Dengan tubuh berbalut dress bermotif bunga serta jas putih lengan panjang khas terlampir di tangan kanannya. Tubuhnya bak model papan atas, kulit putih begitu kontras dengan rambut hitam panjang bergelombang miliknya. Kaum adam bahkan ternganga dengan berkat kecantikan yang dimiliki wanita itu.
Langkah kakinya berpadu dengan aroma rumah sakit. Berjalan sambil memakai jas kebanggannya membuat semua perhatiaan tersorot pada keelokan yang miliki wanita itu. Tak ada satu orang pun yang mampu mengelak dari pesona mautnya. Wanita itu menyampirkan rambut panjang ke belakang membuat pengunjung lelaki di sana menahan napasnya beberapa detik. Waw!
Namun sayangnya tak ada segurat senyuman yang mengembang dari sudut bibirnya. Memiliki mata yang tajam sanggup mengintimidasi siapa saja yang bertatapan langsung dengannya. Ada daya pikat tersendiri dari sorot mata yang tajam itu.
“Pagi Dokter Zoya...” sapa salah satu perawat rumah sakit.
Zoya Raizel begitu nama yang tertera di tag name wanita itu. Dokter dengan pisau bedah sebagai senjatanya.Yah, Zoya Si Wanita Angkuh dengan setuju sejuta pesona yang memikat.
Zoya hanya diam tanpa menganggapinya. Tatapan Zoya tajam ke depan dengan dagu yang terangkat membuat kesan angkuh kental melekat saat orang-orang menyebutkan namanya. Dan siapa yang tak mengenal Zoya?
Zoya, Dokter Residen Bedah Umum tahun ke ketiga di Rumah Sakit Central Medika. Prestasi baik yang dimiliknya membuat namanya semakin naik dikalangan pekerja jas putih itu. Rumah sakit ternama dan berakreditas A ini menjadi rumah kedua bagi seorang wanita seperti Zoya.
Kini wanita yang terkenal dengan keangkuhannya itu duduk di kursi kebanggannya dengan satu kaki tersilang. Suara ketukan pintu membuat mata tajam Zoya menatap sipit pelakunya.
“Pe-permisi Dok,” katanya dengan terbata. Dia Rania, perawat rumah sakit dengan selehai kain yang selalu membungkus kepalanya. Zoya membenci Rania, ah bukan, namun selehai kain yang ada dikepala Rania.
Zoya menyandarkan punggunnya di kursi sejenak. “Masuk.” Nada dingin mengisi setiap kata yang keluar dari bibir Zoya. Rania masuk dengan ragu-ragu dan mendekati Zoya. Entah kesialan, nasib buruk atau apalah yang sedang menerpa Rania saat ini. Sungguh, menyebalkan sekali jika dirinya harus berurusan dengan dokter yang satu ini, pikir Rania.
“Ini cacatan medis pasien, Dok.” Rania menyerahkan hasilnya pada Zoya. Baru beberapa detik Zoya membaca catatan itu tatapannya sudah terlempar pada Rania di depannya. Rania gelagepan.
“Kenapa datanya pasien yang satu ini tidak lengkap?” Telunjuk Zoya menunjuk bagian catatan medis yang kosong. Yah, identitas penghantar pasien gawat darurat. Pasalnya kemarin malam terjadi kecelakaan di pusat kota dan korban dilarikan di RS Central Medika, korban terluka dibagian organ dan butuh operasi saat itu juga, kebetulan sekali Zoya berada sedang berada di rumah sakit.
Mata Rania membulat. Jantungnya berdegub kencang seirama dengan suara dingin Zoya yang menghunus ke dalam jantungnya. Zoya melempar begitu saja catatan itu di atas mejanya membuat Rania terkejut. Kedua tangan Zoya terlipat di dadanya memandang penuh penilaan pada Rania.
“Ma-maaf Dok, pasien it—“
Zoya tersenyum sinis, “Apa itu terlalu sulit untuk kamu kerjakan? Saya ingin tahu siapa yang membawa pasien itu ke sini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Espiritual[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...