بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم
Happy reading!
•••
“Malam Dokter Cantik.”
Zoya masih tak berkedip sama sekali. Jantungnya benar-benar bermasalah sekarang. Siapapun tolong Zoya! Bisa-bisa Zoya mati terduduk detik ini juga. Senyumannya bagai peluru yang menembus dada Zoya. Lelaki itu adalah Haikal. Ah, mengapa Zoya bertemu lagi dengan lelaki ini?
“Jadi ... kalian kakak adik?” tanya Rania.
Mereka berdua saling melirik satu sama lain, “Najis amat! Punya kakak kayak lo!” kata remaja itu sambil melengos kasar dan Haikal berdesis tak suka.
Jika dilihat-lihat wajah mereka memang tak beda jauh. Kesan blasteran amat melekat pada keduanya. Kulit mereka putih bersih dengan manik mata yang indah dan tenang. Perawakan yang begitu menjulang tinggi semakin menunjang kadar ketampanan mereka. Senyum mereka bahkan nyaris sama. Apalagi tingkah laku keduanya. Tak ada bedanya. Urak-urakan, brutal, berisik dan bertingkah sesukanya.
“Gue juga ogah punya adik kayak lo! Jelas-jelas gue ganteng gini disamain sama lo yang buruk rupa! Lo beda tingkat sama gue yang gantengnya diluar batas.” ujar Haikal percaya diri sambil menoyor kepala remaja itu.
Sontak ia meringis kesakitan berusaha menimpuk Haikal. Zoya dan Rania hanya mampu terdiam melihat interaksi Haikal dan remaja itu.
“Oiya, dia gak papa nih?” lanjut Haikal bertanya pada Zoya. Zoya pun melepas handscoon sambil berkata malas, “Dia baik-baik aja.”
“Yah,” desah Haikal kecewa. Mereka semua sontak menautkan alisnya heran.
“Kok lo sedih? Gue baik-baik aja bego!”
“Iya padahal gue tadinya berharap lo masuk ICU atau ruangan operasi. Gue bahkan lebih seneng lo masuk ruang mayat.” tutur Haikal tanpa dosa.
“Haikal lo bener-bener laknat!” cercah remaja itu bersorak mengajak perang Haikal. Sedangkan Haikal tersenyum sambil mengusap lembut rambut remaja yang mirip dengannya, “Uh, gemes deh! Jadi pengen nabok!”
Dan secepat kilat Haikal langsung memberi tepukan gratis pada pipi remaja itu dengan sadis. Remaja itu terus mengumpat Haikal dengan berbagai macam majas dan diksi yang begitu indah.
“Diem lo Wanda. Gue bilang sama Bunda lo ya.”
“Nama gue Joe! J-O-E! Lo gak bisa ngeja ya?”
Haikal memberi toyoran gratis padanya, “Wanda, gue suka manggil lo itu. Terus lo mau apa?”
“Gue berasa jadi cewek setiap lo panggil gue Wanda bangsat! Astaga! Kenapa nyokap gue dulu kasih nama gue Joewanda sih! Lo panggil gue Joe! Joe, Joe dan Joe! Gue sobek mulutmu sekali lagi manggil gue Wanda.”
Haikal mengangguk lalu tersenyum manis, “Wanda ooo Wanda!” ejek Haikal.
Joe naik darah. Dia bergerak ingin menonjok habis wajah Haikal. Tangan sudah terkepal dan siap menyerbu Haikal namun apa daya, lehernya masih sulit digerakan dengan tangannya yang baru dijahit. Sontak Zoya membulatkan matanya, tingkah Joe bisa membuka luka yang Zoya jahit lepas.
“Stop! Kalian berdua berhenti atau saya panggil security?!”
Aura mencengkram langsung tersebar ke seluruh IGD. Sorot mata yang tajam langsung membuat Haikal dan Joe membisu di tempat. Zoya terlihat sangat angker saat ini. Menimang Zoya berada pada zona kawasannya Haikal pun hanya mampu pura-pura bodoh. Sedangkan Joe langsung pura-pura tertidur takut dengan omelan Zoya. Sungguh, Zoya adalah dokter terganas yang pernah Joe temui. Ia berharap ini pertama dan terakhir kalinya bertemu dengan Zoya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zoya
Spiritual[SELESAI] Zoya Raizel Bakri. Zoya, begitu aku dipanggil. Wow, siapa yang tak kenal diriku? Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi mereka lebih mengenalku sebagai tangan kematian. Aku adalah bagian dari tangan Tuhan tapi aku membenci Tuhan. Jika...