4. Mengungkit Masa Lalu.
Loading ...
Start !
***
Gatha menghentikan mobil'nya didepan sebuah rumah kecil. Laki-laki itu membiarkan bi Raya serta Luna keluar dari mobil'nya, memandang rumah baru yang akan ditempati oleh kedua orang itu.
Luna mengeluarkan koper dari dalam mobil Gatha dengan wajah cemberut. Gatha tau bahwa Luna tak ingin pindah, namun dia sengaja melakukan'nya. Atas dasar 'Jika Vasilla tidak bahagia, Luna juga tidak akan bahagia'.
"Ini rumah baru kalian, kalian bisa langsung tinggal disini. Dan mulai hari ini, yang boleh datang kerumah saya hanya bi Raya. Pintu rumah saya tidak terbuka untuk pelacur rendahan perebut pacar orang." selesai mengucapkan hal yang menyakitkan itu, Gatha langsung melajukan mobil'nya, meninggalkan Luna serta bi Raya yang terdiam dipijakan'nya.
Luna menyeret koper itu dengan kasar lalu melempar koper itu kedalam rumah'nya hingga koper itu terpelanting jauh.
"Luna, kenapa lagi sih?" bi Raya menegur dengan nada ramah.
"Ibu! Ibu ga belain Luna pas Gatha bilang begitu?! Dia itu hina putri ibu, ibu ga kesel?"
"Kita itu sebagai bawahan memang harus tunduk, Luna. Lagipula yang dikatakan mas Gatha itu ga ada salah'nya. Kenapa kamu rebut pacar orang lain sampai Vasilla stress dan bunuh diri? Andai kamu berpikir jernih, kamu pasti bisa mengerti bahwa semua itu gara-gara kamu, Luna."
"IBU--"
"Cukup Luna. Ibu capek berusaha bela kamu, ibu capek belain orang yang jelas-jelas salah tapi tidak mau mengakui kesalahan'nya. Kamu lupa bagaimana ayah dan ibu mendidikmu dulu? Dimana otak kamu, Luna? Susah-susah ibu menyekolahkan kamu, itu yang kamu pelajari disekolah? Cara merebut pacar orang lain? Guru mu mengajarkan itu disekolah?!"
Luna terdiam, memandang bi Raya dengan tatapan kesal lantaran ibu'nya malah balik memarahi'nya dan bukan membela'nya.
Bi Raya meraih koper itu dan menyeret'nya kekamar berukuran kecil yang akan ia tempati bersama Luna, meninggalkan Luna yang masih terdiam pada pijakan'nya.
***
"Kak Vexo? Ga kerja?" tanya Vento sambil melemparkan tas sekolah'nya keatas sofa.
"Nggak ..." sahut Vexo, ketus.
Vento mengangguk pelan lalu duduk diatas sofa, disamping tas'nya.
"Oh iya!" seru Vexo membuat Vento langsung menoleh karena terkejut. "Gue denger-denger, lo jauhin Luna ya?"
Vento tersenyum tipis. "Denger dari siapa?"
"Dari Gatha. Gatha tau dari bi Raya. Cewek lu yang manja itu minta dianter dan lu nolak, bener?"
Vento mengangguk pelan. "Kak, menurut lu ... andai Vasilla masih hidup, dia bakal maafin gue gak? Bakal nerima gue lagi gak?"
"Ga tau. Tapi gue pengen tanya 1 hal, lo beneran nyesel gak nih? Gue curiga kalau ini cuma drama lagi. Lo kan jago akting." sindir Vexo lalu laki-laki itu meneguk segelas kopi yang sedari tadi ada ditangan'nya.
Vento menunduk. "Beneran lah kak. Gue nyesel ... Gue cuma mau Vasilla dateng dan bilang kalau dia maafin gue. Gue tau gue salah. Gue ga tau kenapa waktu itu gue bisa suka sama cewek murahan kayak Luna. Andai Vasilla masih hidup, gue mau kok balikan sama dia."
"Percuma kalau lo mau tapi dia ga mau." Vexo menggeleng pelan.
Vento terdiam, karena Vexo mengatakan hal yang sama sekali tidak salah. Vento menatap Vexo yang meletakkan gelas bekas minum'nya kewastafel lalu langsung pergi masuk kekamar'nya.
Penyesalan memang selalu datang terlambat ...
***
Loading ...
Finish !
Vote + Coment !

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense 2
Horror#3 in Horor [COMPLETED] Kelanjutan dari Sixth Sense sebelumnya. Yang belum baca season 1 nya, bisa dibaca dulu jika berkenan:) Kemunculan seorang gadis manis yang memiliki wajah mirip sekali dengan mendiang Vasilla, namun sifat'nya berbeda 180 dera...