Bab 14

96K 9.2K 589
                                        

14. Kejutan?

Loading ...

Start !

***

2 Weeks Later*

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.37 pagi, namun Laura justru keluar dari kamar'nya dengan piyama tidur berwarna hijau tosca, dan melangkah dengan santai seolah hari ini sekolah telah diliburkan.

"Laura, kamu ga sekolah?" tanya Fita, terkejut.

Laura menggeleng pelan. "Sekolahan sih ga libur, tapi aku lagi males sekolah ma."

"Males? Kenapa? Ga boleh males, Laura. Kalau sampe kamu ga naik kelas? Gimana??"

Laura terdiam tanpa minat menyahut pertanyaan Fita. Gadis itu malah menyambar segelas jus strawberry yang kemudian ia teguk habis. "Bolos sehari ga akan bikin aku ga lulus, mom."

Fita mendesah lelah. "Mama ga suka kalau kamu bertindak bodoh sama kayak pas kamu SMP, Laura ..."

"Itu masa lalu, mama. Dan semua'nya terjadi karena papa ... Aku cuma butuh perhatian dari papa doang. Susah ya ngobrol sama anak sendiri? Susah luangin waktu buat anak sendiri? Susah buat senyum sama anak sendiri? Sesusah itukah?"

"Mama ngerti perasaan kamu, Laura. Tapi mama ga suka kalau kamu lampiasin emosi kamu kayak gini. Sekolah sana ..." pinta Fita, lembut.

Nada Fita membuat Laura merasa tak tega menolak permintaan mama'nya kali ini. Gadis itu melirik jam dinding menggunakan ekor mata'nya. Sudah terlambat, Laura malas untuk datang kesekolah jika sudah terlambat, namun menolak permintaan mama'nya sekarang membuat hati'nya merasa tak enak.

"Iya ma, aku siap-siap sebentar .." gadis itu bangkit, melangkah cepat dan langsung melesat masuk kamar'nya.

Seumur hidup'nya, gadis itu tidak pernah datang terlambat kesekolahan. Kira-kira bagaimana rasa'nya datang telat kesekolah? Laura penasaran.

***

Laura melangkah menelusuri koridor dengan nafas terengah-engah karena sehabis memanjat gerbang yang ditutup oleh satpam yang entah pergi kemana.

Gadis itu melirik jam tangan'nya. "07.32 ... Let's make a fucking shit clap, Laura Monica. Rekor, lo telat dateng sekolah buat pertama kali'nya, dan telat 1 jam 32 menit." gadis itu tersenyum sinis lalu memelankan langkah'nya. "Oh my god, gua belom kerjain pr Kimia, Kimia pelajaran pertama right?"

Gadis itu menghentikan langkah'nya, kelas'nya masih terletak jauh dilantai 3. Dan dia? Masih berdiri didepan pintu kaca masuk sekolah, tepat'nya dihadapan loket SPP.

"Bodoamat lah, sengajain telat aja. Biar dihukum sekalian, jadi ga usah ngumpulin pr." gadis itu tersenyum jahil kemudian dengan sengaja melangkah dengan pelan dan lembut tanpa memperdulikan sekitaran'nya.

Sepi memang, tapi gadis itu tampak seperti orang gila karena bicara dengan diri'nya sendiri. Gadis itu melangkah pelan-pelan sambil melantunkan nada lagu favorite'nya, Airplane Mode - Limbo.

Tanpa ia sadari, ia sudah tiba dilantai 3. Kira-kira 4 langkah lagi, dia akan tiba tepat didepan kelas'nya. "Tumben sepi ... pelajaran kimia kan? Biasa'nya ribut ..." gadis itu bergumam dan melangkah berhati-hati, mengintip kedalam isi kelas'nya.

Anak-anak sekelas tampak duduk manis dan rapih, dengan pak Nizam yang tengah mencorat-coret papan tulis dengan karya seni yang membuat Laura langsung mengingat tentang PR yang lupa ia kerjakan.

Gadis itu menelan saliva'nya susah payah, mengetuk pintu kayu berwarna biru muda itu hingga pak Nizam dan anak-anak sekelas langsung menoleh kearah'nya. Gadis itu melangkah perlahan menghampiri pak Nizam, meraih tangan bapak guru itu dan menempelkan punggung tangan pria itu didahi'nya sekilas.

"Telat?" tanya pak Nizam dengan nada berat.

Laura mengangguk pelan lalu menyengir lebar. "Saya mau dihukum pak?"

Pak Nizam menarik nafas panjang, tatapan'nya menatap lurus kearah Laura. Namun tatapan'nya langsung teralihkan oleh seorang murid laki-laki dibelakang Laura, yang tengah berdiri tegap tepat diambang pintu.

Laura berbalik, menatap sosok laki-laki itu. Gadis itu terdiam lalucepat-cepat menyembunyikan wajah'nya sebelum laki-laki itu berhasil menatap'nya, kemudian Laura menggigiti bibir bawah'nya sendiri.

Jantung'nya berdebar kencang, entah karena apa. Laki-laki itu melangkah mendekati pak Nizam sambil tersenyum manis. "Pagi pak ..." sapa laki-laki itu.

"Kamu siapa? Salah kelas?"

"Saya murid baru disini pak. Kata kepala sekolah, saya masuk kelas ini. Kelas dilantai 3 yang letak'nya paling ujung. Bener kan pak?"

"Murid baru?"

Senyuman hangat khas laki-laki itu kembali ditunjukan. Senyuman yang juga dihiasi lesung pipit itu membuat anak-anak sekelas terdiam, bahkan deru nafas pun tak terdengar. "Iya pak, saya Nendra Aldebaron."

***

Loading ...

Finish !

Vote + Coment !

[✔] Sixth Sense 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang