6. Tentang Vasilla.
Loading ...
Start !
***
Seminggu Laura sekolah ditempat itu. Tetap tiada satupun orang yang berani mendekati'nya kecuali guru-guru yang kagum akan kepintaran gadis sombong itu.
Laura penasaran dengan sosok Vasilla. Namun tak seorang pun yang bisa ditanyai oleh Laura. Gadis itu terlalu takut untuk bertanya langsung pada guru.
Laura masuk kekelas'nya yang sudah ramai itu. Gadis itu langsung duduk dibangku'nya dengan tangan yang bertumpu pada meja lalu gadis itu melamun.
"Laura? Laura Monica?"
Suara itu membuat anak-anak sekelas langsung menoleh kesumber suara. Bu kepala sekolah tengah berdiri diambang pintu sambil menatap Laura, menunggu Laura merespon panggilan'nya.
Laura langsung bangkit dengan cepat. "Ya bu?"
"Ikut saya ke ruang guru."
1 kalimat yang membuat anak-anak sekelas langsung berbisik-bisik. Namun Laura tidak peduli dan langsung mengikuti bu kepala sekolah dari belakang. Gadis itu mencoba mengingat tentang kesalahan apa yang dia perbuat hingga dia dipanggil keruang kepala sekolah.
Begitu tiba diruang kepala sekolah, gadis itu dipersilahkan duduk dihadapan bu kepala sekolah. Bu kepala sekolah tampak mencari-cari sebuah berkas ditumpukan berkas-berkas lain'nya.
Tak butuh waktu lama, bu kepala sekolah tampak meletakan sebuah berkas keatas meja dihadapan Laura. Laura mengintip sedikit, melirik isi dokumen yang sama sekali tak ia mengerti itu.
Satu dokumen berhasil menarik perhatian Laura. Tertera sebuah nama didokumen yang terletak paling atas, 'Vasilla Agatha'.
Gadis itu melamun, memandangi kertas itu. Namun lamunan'nya buyar saat ibu kepala sekolah menyodorkan sebuah kertas putih. "Ini data yang harus kamu isi. Besok dikumpulkan ya. Sekarang kamu bisa kembali." ibu kepala sekolah itu tersenyum ramah.
Mata Laura kembali tertuju pada dokumen Vasilla. "Ehm... ibu, boleh saya pinjam dokumen milik Vasilla Agatha?"
Bu kepala sekolah mengernyit heran. "Untuk apa?"
"Ibu tau kan kalau wajah saya dan Vasilla itu hampir sama?"
"Bukan hampir, tapi memang persis sama." bu kepala sekolah tampak meneliti wajah Laura. "Kamu yakin kamu bukan Vasilla? Kamu pernah kecelakaan? Lupa ingatan mungkin ..."
"Amnesia maksud ibu? Nggak bu. Bahkan kata mama saya, saya ga punya kembaran. Maka'nya itu saya mau pinjam dokumen Vasilla buat lihat-lihat, kalau sudah selesai pasti saya kembalikan kok." Laura tersenyum manis dengan harapan bu kepala sekolah akan meng'iya'kan permintaan'nya.
Bu kepala sekolah tampak berpikir, namun kemudian dia memberikan dokumen itu pada Laura. "Jangan sampai hilang ya ..."
Laura mengambil dokumen itu sembari tersenyum lebar. "Iya bu. Makasih ya bu!" seru gadis itu kemudian dia berlari keluar.
Sebelah tangan'nya memegang dokumen kosong yang harus dia isi, sebelah tangan'nya lagi sedang memegang dokumen milik gadis bernama Vasilla. Gadis misterius yang sampai sekarang Laura belum tau siapa.
Laura tak memperdulikan anak-anak yang menatap kearah'nya disepanjang koridor. Gadis itu hanya perlu menemukan tempat yang nyaman untuk meneliti dokumen milik Vasilla. Tidak masalah jika dia bolos jam pelajaran, dia hanya ingin membaca dokumen yang sedang menjadi prioritas'nya itu.
Gadis itu berbelok masuk kedalam perpustakaan yang sepi, menyapa perpustakawan yang tengah tersenyum pada'nya lalu berbelok kederetan bangku panjang yang kosong.
Gadis itu menghempaskan bokong'nya dideretan bangku paling ujung, lalu membuka dokumen bersampul merah itu.
"Nama ... Vasilla Agatha ... I know that ..." gadis itu terdiam, pandangan'nya menurun ke foto Vasilla yang berukuran kecil tertempel dibagian paling bawah kertas dokumen itu.
Laura langsung menyentuh wajah'nya, kemudian menampar pipi kanan'nya sendiri dengan kencang, beberapa detik kemudian dia meringis kesakitan. "Aishhh ... I'm not dreaming!" seru gadis itu, mata'nya masih menatap foto Vasilla.
"Ini bukan hampir mirip, tapi emang mirip ..." lirih gadis itu.
Laura meneguk saliva'nya susah payah. "Dia udah meninggal? Wajah gue mirip sama orang yang udah meninggal? Maksud semua ini apa sih? Ini alasan'nya anak-anak sekolahan takut sama gue, ngehindarin gue? Because of this?" wajah Laura langsung memucat.
Tiba-tiba Laura teringat sesuatu. "Vento? Vento cowok itu pasti kenal deket sama Vasilla kan? Gua harus tanya dia!" Laura bangkit, membereskan dokumen itu lalu langsung berlari kembali kekelas.
Bel masuk bahkan belum berbunyi sedari tadi. Laura memasukkan dokumen itu ke-tas'nya lalu dia meneliti seluruh kelas, mencoba mencari Vento.
"Ada yang liat Vento?" tanya Laura dengan suara lantang.
Beberapa anak murid dikelas langsung buru-buru membuang muka, ada yang menunduk dan menggigiti bibir mereka seolah tak mendengar suara Laura.
Gadis itu berdecak sebal lalu berlari keluar kelas, namun saat baru sampai ambang pintu, gadis itu menabrak tubuh seseorang, tubuh tegap itu bahkan tak tumbang sama sekali. Sedangkan Laura, andai dia tidak berpegangan pada lengan orang yang dia tabrak, mungkin dia sudah jatuh dan ditertawakan oleh anak-anak sekelas.
Gadis itu melepas lengan orang itu lalu merapihkan seragam'nya, mendongak kemudian terdiam. "Vento ...?"
Vento hanya mengangkat sebelah alis'nya.
"Gue mau bicara. Lo bisa ikut gue?"
Vento melirik jam tangan coklat dipergelangan tangan kanan'nya. "Sebentar lagi b--" belum selesai bicara, Laura menarik lengan Vento dan menyeret laki-laki itu pergi bersama'nya.
Walau dipandangi beberapa orang disepanjang koridor, Laura tetap menarik lengan Vento dan berhenti didepan gudang yang sepi. "Gue tau lo mau nolak, sorry gua nyeret lo mendadak."
Vento mengusap lengan'nya yang memerah. "Badan lo nipu banget ya? Lo makan apa sih? Tangan gue sakit nih .."
"Lupain soal tangan lo yang merah, sekarang gue mau nanya ..."
Vento menatap Laura dengan tatapan malas, namun laki-laki itu mengulas senyuman tipis karena ia merasa tengah ditatap oleh Vasilla, gadis yang dia rindukan. "Silahkan ..."
"Tentang Vasilla ..? Vasilla Agatha ..."
Senyuman Vento memudar. "Kenapa lo nanyain Vasilla? Lo bilang lo bukan Vasilla kan? Gue tau, lo Laura, dia Vasilla. Kalian beda ..." Vento tertawa, tawa renyah yang menyakitkan.
"Lo kenal deket sama dia? Gue cuma penasaran aja, tadi gue udah liat foto'nya Vasilla dan memang benar kalo dia sama gue itu mirip banget. Tapi gue sama sekali ga punya kembaran atau apapun itu. Gue mau nanya, lo bisa cerita semua'nya yang lo tau tentang Vasilla ke gue?"
"Bel udah mau bu--"
"1 jam pelajaran bolos, it's okay ?" wajah Laura memelas.
Tanpa sadar, Vento tersenyum. Laki-laki itu merasa Vasilla tengah tersenyum pada'nya, walau laki-laki itu sadar Laura bukanlah Vasilla. "Fine ... tapi jangan didepan gudang gini ya?"
"Lo tau tempat yang sepi?"
"Roof top, disana jarang banget ada yang dateng. Kita bisa kesana dan ngobrol soal Vasilla ..." Vento tersenyum lagi.
Vasilla, cinta sejati gue yang pernah gue sia-siain ... Kemudian laki-laki itu kembali tersenyum hambar.
***
Loading ...
Finish !
Vote + Comment !
![](https://img.wattpad.com/cover/160568895-288-k409846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense 2
Terror#3 in Horor [COMPLETED] Kelanjutan dari Sixth Sense sebelumnya. Yang belum baca season 1 nya, bisa dibaca dulu jika berkenan:) Kemunculan seorang gadis manis yang memiliki wajah mirip sekali dengan mendiang Vasilla, namun sifat'nya berbeda 180 dera...