Bab 8

105K 10.7K 1.3K
                                    

8. Kebenaran Yang Menyedihkan.

Loading ...

Start !

***

Laura berjalan dengan langkah yang lemah dikoridor. Vento sudah kembali duluan, sedangkan Laura ... Gadis itu menghabiskan waktu diroof top, menatap langit biru sambil membayangkan sosok Vasilla saat masih hidup.

Laura duduk disalah satu anak tangga, menopang dagu'nya dengan tangan kiri yang dia letakkan diatas paha kanan'nya. Gadis itu melamun lalu tersenyum tipis.

Vasilla pasti baik, pasti polos, dan pasti bodoh ... Bego banget dia, ngorbanin nyawa'nya sendiri demi orang yang udah ngebuang dia layak'nya sampah ...

Laura tertawa renyah, kemudian menghela nafas jenuh. "Vento juga, nyesel sekarang itu udah ga guna. Orang'nya udah meninggal, lo terlambat nyesel. Walaupun lo nangis darah sekalipun, Vasilla ga bakal bisa lo peluk lagi, ga bisa jadi milik lo lagi." gadis itu bergumam sendirian.

Beruntung koridor didekat tangga itu sepi karena masih jam pelajaran. Jika tidak, mungkin Laura akan dikira gila.

Gadis itu kembali menghela nafas jenuh. "Andai Vasilla masih hidup, asik kali ya ..." lanjut gadis itu.

***

"Mama?! Laura pulang!" sapa Laura begitu tiba dirumah'nya.

Fita menyambut putri'nya dengan segelas jus jeruk buatan'nya sendiri. "Gimana sekolah'nya? Udah dapet temen belom?"

Gue ga tau dia bisa dianggep temen atau enggak sih ... but, i don't care ... "Udah ma, cowok ... Nama'nya Vento." sahut Laura lalu tersenyum lebar.

"Cowok? Ganteng? Temen kamu cuma dia? Awas aja kalau nanti kamu jadi tomboy."

Laura terkekeh lalu menyambut jus jeruk yang langsung ia teguk habis. "Nggak mungkin kok ma ... Ganteng sih, tapi dia cowok gamon (Gagal Move-on)."

"Gamon? Baru putus?"

Laura duduk disofa disamping'nya, diikuti oleh Fita yang terlihat kepo. Laura mengangguk pelan. "Iya, mantan'nya udah meninggal. Mama inget cewek yang pernah aku ceritain, yang wajah'nya sama persis kayak wajah aku, itu mantan'nya si Vento."

"Vasilla?"

"Iya itu. Meninggal bunuh diri ..." lirih Laura, gadis itu menunduk tiba-tiba, seolah semangat'nya langsung menghilang.

"Bunuh diri ...? Kasihan ya ... Semoga dia tenang dialam'nya." Fita tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala Laura. "Jangan dipikirin terus ya, kalo kamu mikirin dia terus yang ada kamu malah sedih terus. Makan siang yuk?" Laura bangkit, namun tak melangkah, menunggu Laura ikut bangkit.

Laura mendongak, menatap Fita. "Papa pulang ...?"

Fita kembali duduk lalu mengusap puncak kepala Laura sekali lagi. "Sayang ... Papa lagi sibuk. Kita makan bareng'nya hari minggu aja ya? Papa udah janji, bahkan papa udah pesen tempat direstoran favorite kamu."

"Arts Cafe By Raffles?"

Fita mengangguk cepat sembari tersenyum lebar. "Iya, hari minggu full time kita habisin sama papa, outdoor."

"But mom, hari minggu itu 2 hari lagi, aku mau'nya sekarang ... Lagian papa sibuk terus, ketemu sama papa sendiri itu susah ya? Serasa mau ketemu sama Park Chanyeol, ga akan mungkin bisa kecuali MIMPI!" gadis itu menekankan kata 'Mimpi'.

"Apaan sih kamu sama-samain papa kamu sama Park Chanyeol, beda tau. Gantengan Park Chanyeol kemana-mana tau .." bisik Fita.

"Iyalah. Yakali gantengan papa." gadis itu terkekeh. "Oke, janji ya hari minggu?"

Fita mengangguk semangat. "Yaudah, ayo makan. Mama masak makanan kesukaan kamu, sate kambing ... sama sekalian mama juga beli gado-gado pak Malih, ayo makan."

***

Vento tengah duduk disofa depan televisi, laki-laki itu melamun sembari melihat bayangan diri'nya sendiri dilayar televisi.

"Ven? Vento ...?" suara Vexo membuyarkan lamunan Vento.

Vento menoleh. "Apa bang?"

"Lo ngelamun terus, ngelamunin Silla?"

Vento terkekeh. "Lo tau aja ..."

"Kalo lo kangen Silla, lo temuin Gatha sana."

"Kok kak Gatha?"

"Vasilla pasti lagi jagain kak Gatha." Vexo tersenyum tipis.

"Iyasih bang, tapi ini udah malem, udah jam 10, gila ya?"

"Emang'nya siapa yang suruh sekarang, besok kan bisa!" Vexo geram.

Vento kembali terkekeh. "Lo ikut ya?"

"Kagak kagak, gua kerja." Vexo menggeleng cepat.

"Masa gue sendiri? Kalo kak Gatha nyemprot gue gimana?"

Vexo mengernyit. "Nyemprot?"

"Ngomel. Omelan'nya nyelekit banget, nusuk hati ..."

"Anak'nya Suga kali." Vexo terkikik. "Ajak temen lo, si Laura yang tadi siang lo ceritain ke gue? Siapa tau dia mau ..."

"Masa dia mau? Gue ajak'nya gimana? Laura, kerumah kak Gatha yuk? Ketemu arwah'nya Vasilla, gitu?"

Vexo tertawa terbahak-bahak, menyeka air mata yang keluar sedikit disudut mata'nya. "Pikirin aja sendiri. Dia pasti ngerti, dek ..." Vexo terkikik lalu melangkah pergi.

***

Loading ...

Finish !

Vote + Coment !

[✔] Sixth Sense 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang