23. Akhir Dari Segalanya. (END)
Loading..
Start!
***
Vasilla masih terduduk sambil menangis deras. "Yaka kasih tau aku!! Siapa yang nyamar jadi aku? Kasih tau aku, Yakaa... Kasih tau!!" teriakan gadis itu sangat menyedihkan.
Yaka terdiam kemudian berjongkok disamping Vasilla. "Jangan nangis, Vasilla. Aku juga gatau, tapi nanti pasti kebongkar semuanya kok.."
Vasilla menggeleng cepat, tangisannya semakin deras. "Siapa.. Yaka? Siapa yang sejahat itu? Aku salah apa? Kenapa hidup aku menderita banget.." gadis itu terisak. "Ga bisakah dia lihat aku bahagia, Ka? Aku sama sekali ga pernah bahagia, Yaka. Aku mohon, setidaknya jangan bikin kak Gatha dan Vento ikut terseret. Yaka..."
Yaka terdiam saat Vasilla memohon padanya. Laki-laki itu tak mampu berbuat apapun selain menunggu Vasilla palsu datang.
"Sasaran gue, bukan lo.. Vasilla Agatha.."
Vasilla dan Yaka menoleh kearah asal suara itu. Tampak sosok Vasilla dengan rambut panjang berdiri tak jauh dari Yaka dan Vasilla asli.
Vasilla segera bangkit, menatap sosok dirinya yang lain kemudian menghapus air matanya. "Kamu! Kamu siapa? Salah aku apa?!"
Vasilla palsu menyeringai seram. Perlahan wajahnya berubah menjadi orang lain. Tentu saja, Yaka dan Vasilla sangat-sangat terkejut.
"P-Pinkan...?!" Vasilla menatap sosok dirinya yang sudah berubah menjadi wujud aslinya.
"Iya. Gue.. Kenapa? Ga nyangka ya?"
"Kenapa..?" Vasilla bertanya dengan nada lemah, dia sangat tidak menyangka.
Pinkan, adalah hantu perempuan yang sempat menempeli Vento (Di Sixth Sense season sebelumnya). Saat itu, Pinkan menempeli Vento karna Vento tak sengaja menginjak makamnya, dan Vasilla telah membantu untuk memperindah makam Pinkan.
Namun gadis itu tak menyangka, sosok Pinkan yang sudah hilang justru malah kembali sambil membawa dendam. "Ga segampang itu buat ngusir gue, Silla!"
"T-tapi Vento udah minta maaf kan. Kita juga udah mempercantik makam kamu. Kenapa kamu datang lagi?"
"Segampang itu lo pikir cara ngusir gue?" Pinkan tertawa. "Gue dateng bukan cuma buat bales dendam." Pinkan menyeringai lagi. "Gue suka, sama Vento. Dia laki-laki yang baik kan?"
Kali ini, bukan hanya Yaka yang terdiam, Vasilla ikut terdiam. Semuanya sudah jelas, Vasilla kesal tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menatap sosok Gatha, Vento dan Laura yang tengah duduk diruang tamu dengan raut wajah sedih.
"Kamu..." Vasilla menatap Pinkan. "Kamu, udah bikin kak Gatha nangis.. Dan kamu, hampir nyuri tubuh gadis itu.. atas nama aku!" Vasilla menunjuk Laura, namun tatapannya masih tertuju pada Pinkan. Tatapan kekesalan itu sama sekali tak membuat Pinkan mundur.
Sosok wanita itu justru malah semakin tertawa sambil menatap Vento. "Ini semua salah lo, Silla! Tadi gue hampir aja bawa dia kealam kita! Kenapa lo malah batalin rencana gue?!"
"Cukup, Pinkan! Aku muak atas segala hal yang kamu lakuin atas nama aku!!" Vasilla berteriak marah, disisi lain, Yaka masih terpaku.
"Terserah lo. Gue ga akan berhenti, karna semua ini emang salah lo. Sejak awal harusnya lo ga usah ikut campur urusan gue sama Vento."
Vasilla mengeratkan kepalannya, telapak tangannya terasa sangat perih. Bahkan, telapak tangannya melepuh dan hampir terbakar. Yaka menatap tangan Vasilla yang gadis itu sembunyikan dibelakang pinggangnya.
Yaka diam saat Vasilla menatapnya. Gadis itu kembali menatap Pinkan. Vasilla melangkah mendekati Pinkan. "Aku juga ga akan berhenti, karna kamu udah bikin kak Gatha nangis.." Vasilla membalas senyuman Pinkan.
Disaat itu juga, Vasilla melempar garam yang sedari tadi mengisi kepalan tangannya kewajah Pinkan. Pinkan terhenyak kemudian berteriak kesakitan sembari menutupi daerah wajahnya yang terbakar oleh garam yang dilemparkan Vasilla.
Vasilla menatap telapak tangannya, perih dan sakit. "Kalau mau musnah, aku mau musnah barengan sama kamu, Pinkan!"
"Aku ga akan musnah sebelum Vento ikut aku!!" Pinkan meringis dan kemudian berteriak kesakitan.
Yaka terdiam, dia mematung dan tak bisa berkata-kata. "V-vasilla.." lirih laki-laki itu.
Vasilla menoleh sekilas. "Yaka.." Vasilla tersenyum manis. "Jaga kak Gatha baik-baik, ya..?"
Setelah menyelesaikan kalimat itu, Vasilla tiba-tiba menghilang. Arwahnya musnah bersama dengan Pinkan, arwah mereka musnah dan tandanya mereka tidak akan bisa reinkarnasi lagi.
Yaka terdiam, dia tak bisa apa-apa selain terdiam. Namun air mata turun membasahi pipi Yaka. Yaka kehilangan seorang teman. Teman yang berhasil membuat sosok Yaka jatuh cinta. Tapi Yaka dan Vasilla, tak lebih dari teman, bukan..?
***
Yaka memandangi Gatha, Laura dan Vento. Laki-laki itu baru saja menceritakan semuanya pada Gatha, Vento dan Laura.
Reaksi tak terduga dari ketiga orang itu, mereka bertiga hanya diam sambil mendengar cerita Yaka.
"Aku juga mau kembali. Kembali kealamku... Karena sejujurnya, aku disini karena Vasilla." Yaka tersenyum tipis. "Vento, kamu beruntung ya.. Kamu dicintai gadis semanis Vasilla." Yaka tersenyum manis. "Dan kak Gatha, aku harap kakak jaga diri baik-baik, Vasilla akan marah besar padaku jika kakak menangis lagi seperti tadi." Yaka tertawa hambar, hatinya pedih namun apa yang bisa ia lakukan selain ini.
"Jadi, Vasilla udah ga akan ada lagi..?" Gatha bersuara, nadanya jauh lebih lemah daripada sebelumnya.
Yaka tersenyum lembut. "Dia udah pergi untuk ke dua kalinya. Kesatu kalinya, dia masih bisa kembali. Namun setelah kedua kalinya, udah ga bisa lagi. Karena bagi kami, tidak ada yang ketiga kalinya."
Tiba-tiba saja, Vento menangis. Laki-laki itu menangis didepan Gatha, Yaka dan Laura tentunya. Tangisannya sangat menyedihkan, sedari tadi laki-laki itu sudah menahan tangisannya agar tidak jatuh namun ia sudah tidak mampu lagi.
Vento mengusap air matanya dengan kasar. "Makasih Yaka, buat segalanya.. Makasih juga udah bikin gue sadar kalau Vasilla itu satu-satunya yang ada dihati gue, ga ada yang lain."
***
Vento menaburi bunga diatas gundukan tanah itu. Menatap batu nisan bertuliskan nama lengkap gadis yang ia cintai, 'Vasilla Agatha'.
Laki-laki itu bangkit kemudian menatap langit biru yang cerah. "Silla. Gue ga akan nikahin siapapun, ga akan buka hati buat siapapun selain lo. Tapi kali ini, gue ga akan janji, La.."
Vento tersenyum manis. "Karna Vasilla kesayangan gue ga butuh janji, lo butuh bukti, kan? Gue bakal buktiin, gue mampu hidup sendirian. Karena jauh didalam lubuk hati gue, masih ada lo. Lo masih hidup dan selamanya, lo akan ada dihati gue. Ini saatnya buat gue buktiin ke lo, Vasilla. Lo satu-satunya dihati gue. Ga ada yang lain.. selain lo. Silla.. Jangan benci sama gue lagi ya, gue kangen senyuman manis lo."
Vento menarik nafas panjang. "I love you my last love, Vasilla Agatha.."
*THE END****
Akhirnya kita bertemu dengan akhir dari Sixth Sense. Ini ga menggantung kok, suer deh:')
Doain authornya biar semangat buat ngetik cerita lainnya ya. Dan semoga semakin berhasil dicerita lain, semoga bisa bikin cerita yang lebih seru dan menarik dari yang ini:')
Maafin aku yang mungkin udah bikin kalian nangis diseason sebelumnya, ga niat sumpah:')Tapi makasih banyak udah suka dan ngikutin cerita ini sampai sejauh ini. Aku bener-bener ga nyangka, cerita pasaran kayak gini bisa bikin kalian suka, author terharu (alay mode on).
Sampai jumpa dicerita lainnya ya~
Tunggu cerita lainnya yang lebih seru dan menarik~
Thankyou~Last Love from Vasilla Agatha, Vento Parcival Archer, Vexo Parcival Archer, dan Gatha Samuel<3
![](https://img.wattpad.com/cover/160568895-288-k409846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense 2
Horror#3 in Horor [COMPLETED] Kelanjutan dari Sixth Sense sebelumnya. Yang belum baca season 1 nya, bisa dibaca dulu jika berkenan:) Kemunculan seorang gadis manis yang memiliki wajah mirip sekali dengan mendiang Vasilla, namun sifat'nya berbeda 180 dera...