Aku menyeka pipiku yang basah.
Sepulang dari rumah Titan tadi, sampai tengah malam seperti ini, aku tidak hentinya menangis.
Aku mengabaikan pesan via line dari Titan dan berpuluh-puluh missed call darinya.
Sejujurnya aku tidak pernah sekalipun mengabaikannya seperti ini.
Hatiku pun sakit saat memperlakukannya demikian.
Tapi hatiku jauh lebih sakit lagi saat mengingat bahwa..
aku hanya pelampiasannya.
Bukannya semuanya sudah jelas?
Mama sedari tadi sudah bulak-balik menasihatiku. Menawarkanku untuk makan.
Tapi aku sama sekali tidak ingin makan.
Aku hanya mau meratapi nasibku. Memikirkan bagaimana kisah cintaku selanjutnya.
Membayangkan bagaimana hidupku tanpa dirinya.
Oh, Tuhan.. membayangkannya saja, aku tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
struggle for nothing
RomanceAku mulai menggoreskan tinta hitam diatas kertas yang putih. Sesekali menyeka air mata dipipiku. Berfikir. Mencoba menuliskan cerita tentang kita. Tapi, pena hitamku tiba-tiba berhenti seiring berhentinya pergerakan tanganku. Bingung. Apa yang aka...