Bel pulang sekolah nyaring terdengar.
Aku cepat-cepat merapikan bukuku dan memasukannya kedalam tas.
Saat keluar dari kelas, aku mendapati seseorang mencengkram lenganku.
Aku menoleh.
"kenapa, tan?" ucapku kaget.
Ia nyengir lebar. Menarikku dari kerumunan murid yang ingin keluar dari kelas.
"mau ke rumah gue nggak?"
"mauu" Aku mengangguk antusias.
"Tapi gue belom izin nyokap" Aku mengeluarkan handphone ku dari saku rok sebelah kanan.
Titan menahan gerakan tanganku.
"Gue udah minta izin sama nyokaplu. Katanya boleh" Aku tersenyum lebar.
lucu banget. Pikirku.
Sesampainya kami dirumahnya, aku langsung menyalimi mama Titan.
"selamat sore, tante" Aku tersenyum manis.
"sore Naya. Jangan panggil tante ah, panggil mama aja kayak Titan" Ucapnya seraya mencubit singkat pipi kananku.
"eh?"
"nggakpapa.. Kamu udah tante anggep kayak anak sendiri. Titan udah cerita banyak tentang kamu"
Aku tersenyum lebar. Senang bukan main.
"iya, tan--"
"--eh, ma"
Aku menutup mulutku. Cengengesan.
Titan turun dengan kaos hitam dan celana pendek. Menjemputku yang masih duduk diruang tamu.
"ayo naik keatas" Ucapnya.
"mau kemana?"
"tempat paling spesial dirumah ini" Aku tersenyum. Mengangguk. Penuh antusias.
Dibukanya pintu bertuliskan "memories room" itu.
Aku terkejut melihat isinya.
Ruangan itu hanyalah ruangan biasa. Kosong tidak berisi.
Namun di dindingnya penuh dengan foto-foto dicetak polaroid yang disusun rapi.
Perhatianku terpusat pada dinding dengan gambar love besar. Hanya diisi dengan tiga foto.
"yang didalem love, fotonya orang-orang special" Aku terkekeh. Geleng-geleng kepala.
Aku berjalan mendekat ke arah foto-foto itu.
Dan aku terkejut bukan main saat mendapati ada foto kami disana.
ya, kami. Aku dan Titan.
KAMU SEDANG MEMBACA
struggle for nothing
Roman d'amourAku mulai menggoreskan tinta hitam diatas kertas yang putih. Sesekali menyeka air mata dipipiku. Berfikir. Mencoba menuliskan cerita tentang kita. Tapi, pena hitamku tiba-tiba berhenti seiring berhentinya pergerakan tanganku. Bingung. Apa yang aka...