Semangat pagi, hari ini menuju sekolah tempatku menimba ilmu di Kota yang selalu ramai dengan hilir mudik kendaraan bermotor. Kemacetan seakan telah menjadi 'sarapan pagi' bagi mereka pengguna jalan raya. Dengan santai Aku menyusuri trotoar sepanjang jalan dari kost an menuju sekolah yang hanya berjarak 100 meter.
"Assalamualikum pak Amir"
"Waalaikum salam mbak Lisa, semangat sekolahnya" balas satpam penjaga pintu gerbang sekolah
"Semangat juga pak kerjanya, Lisa masuk dulu pak"
"Iya mbak monggo"
Aku melanjutkan perjalanan ke kelas melewati lorong- lorong ruang kelas.
"ALLISA tungguin aku"
"Alay deh Ta ndak usah teriak juga bisa kan?" Sahabatku satu ini emang suka teriak seperti dihutan
"Iya maaf Sa Aku ndak sengaja hehe"
"Ya udah, ke kelas yok"
Aku dan Mita telah bersahabat sejak kecil bahkan kami selalu satu sekolah dari sekolah dasar. Kesamaan nasib sebagai anak kampung menjadikan Kami harus selalu menguatkan di kota orang.
"Pengumuman , bagi siswa dan siswi yang dipanggil harap segera menuju ruang Kepala Sekolah Aidan Mahardika, Doni Saputra, Fauzi Al-Ma'ruf , Allisa Putri Hamid, Asmita Kemala dan Syafilla Ahmad terimakasih" suara pengumuman terdengar keseluruh sekolah memalalui speaker yang terpasang disetiap lorong
"Ada apa y Sa, kok kita di panggil?"
"Mana Aku tau Ta, ayok kita buruan entar Bu Winny ngomel kalau kita lelet"
Aku dan Mita bergegas menaiki tangga ke ruang Kepala sekolah yang ada di Lantai 3. Nafasku ngos-ngosan setibanya di depan ruang Kepsek, energiku terkuras habis karena belum sarapan 'nasib anak kost'.
*********************
"Kalian semua sengaja Ibu kumpulkan disini untuk mewakili sekolah kita dalam perlombaan cerdas cermat tingkat SMA yang akan diadakan bulan depan. Persiapkan diri kalian sebaik mungkin dan bawa pulang kemenangan seperti sebelumnya. Dan Ibu harap Kalian semua tidak mengecewakan pihak sekolah. KALIAN MENGERTI?"
"SIAP MENGERTI BU"
"Silahkan kembali ke kelas"
Kami berenam meninggalkan ruang Kepsek dengan ekspresi kesal terpatri jelas di wajah kami. Ibu Kepsek tercinta kami tidak memberikan kata pembuka sedikitpun dan beliau hanya mengeluarkan kalimat perintah yang harus ditaati.
"Mengumpat boleh ndak?"
"Jangan Zi, istighfar" Saran Mita
"Astagfirullahulazim, Ibu kepsek sukses bikin Aku kesel seenaknya ngasih perintah"
"Udah lah Zi kita ambil hikmahnya aja, berarti besok kita semua mulai belajar bareng nih buat persiapannya" usulku
"Kalian aja, Aku sama Doni sibuk latihan untuk Porseni minggu depan" tolak Syafilla
"Ndak bisa gitu dong Sya, kita semuanya juga banyak kegitan bukan Kalian doang" emosi Fauzi
"Sorry bro, kalian semuakan tahu Aku ketua OSIS jadi fokusku untuk Porseni dulu. Cerdas cermatnya juga masih lama Bulan depan kan?" Doni menjelaskan alasannya
"Yaudah kalau gitu, Kita belajar pisah aja buat yang cerdas Cermat mulai besok belajar bareng di Perpustakaan kalau yang Debat bahasa inggris terserah kalian mau kapan silahkan dikoordinasikan dengan masing-masing anggota" kebetulan aku Mita dan Fauzi mewakili cerdas cermat sedangkan Aidan, Doni, dan syafilla mewakili debat bahasa inggris.
*******
"Nih sarapan dulu biar ndak lemes" Fauzi menyodorkan air mineral dan kotak bekal ke tanganku
"Wiih tau aja aku belum makan. Thanks "
"Kamu kan anak kost mana sempet buat sarapan dulu"
"Allisa doang nih yang di kasih Aku ndak?"
"Kamu walaupun ndak makan seminggu juga ndak mati,0 cadangan lemakmu kan banyak hahahaha" Fauzi langsung lari menghindari amukan dari Mita
"FAUZI AWAS YA KAMU "
"Woles Ta telingaku sakit nih" perutku sampai sakit menahan ketawa
Aku bersyukur memiliki sahabat yang baik seperti Mita dan Fauzi. Mereka selalu ada di sampingku dengan segala tingkah aneh mereka. Entah apa jadinya aku tanpa mereka. Mita yang merelakan berjauhan dengan orang tuanya demi menemaniku sekolah di Kota ini dan Fauzi murid pindahan yang memilih berteman dengan Kami padahal Ia bisa mendapatkan teman yang sesuai dengan kasta 'borjois' . Fauzi anak pengusaha kaya di kota ini dan orang tuanya juga donatur yayasan. Namun sejak awal pindah Ia selalu mengikuti kemana pun Aku dan Mita pergi hingga membuat kami korban bully para siswi yang katanya menyukai Fauzi. Wajah tampan Fauzi memang tak diragukan lagi dengan kulit putih mulus, tinggi semampai dan tubuh proposionalnya mampu menarik perhatian kaum hawa di sekolah. Tetapi itu tidak berlaku bagiku dan Mita awalnya kami merasa ilfiel karena selalu di ikutin namun lama-lama Kami menjadi teman akrab hampir 1 tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSENKU SUAMIKU
General FictionSejak ayahnya meninggal ketika Ia masih berumur 8 tahun Allisa tumbuh menjadi gadis yang mandiri, cerdas, tangguh, dan bertanggung jawab. Demi mewujudkan cita-citanya Allisa menerima tawaran beasiswa pendidikan di Kota sehingga ia harus rela...