Allisa diam terpaku mendengar pernyataan Jo, kating yang humble dan berkarisma menurutnya. Terlintas dibenaknya 'Ini pasti jebakan, Kak Jo lagi buat prank nih macam yang di vlog gitu' lantas Dia tertawa.
"Hahahha.. Kak Jo lagi ngeprank ya?"
Kini giliran Jo yang tampak bingung dengan jawaban Allisa. Dengan susah payah Ia mengumpulkan keberanian mengungkapkan isi hatinya namun tak dianggap oleh si pujaan hati. Tenggorokannya tercekat saat meneguk air liurnya sendiri.
"Kak Jo serius. Jika Allisa bersedia Kak Jo akan segera membawa orang tua Kak Jo menemui orang tuamu." Ungkap Jo dengan jantung yang berdebar hebat. Dalam hati Ia berdoa semoga kali ini Allisa menanggapi serius ucapannya.
"Stop Kak Jo. Bercandaannya ndak lucu ah."
"Siapa yang bercanda Allisa. Coba Kamu lihat wajah Kak Jo."
Allisa melihat keseriusan yang Jo tampakkan. Otaknya mencoba merangkai kata penolakan yang sopan dan tidak menyakiti hati Jo.
"Sorry we are just friends. Do not expert more, please . Maaf Kak Aku hanya bisa menawarkan pertemanan. Kak Jo pantas dan berhak mendapatkan yang lebih baik dariku. Sekali lagi maaf ya Kak. Allisa pamit, Assalamualaikum." Allisa melanjutkan jalannya menuju perpustakaan.
"Sa, Kak Jo akan tetap berjuang mendapatkan hatimu. Dan bersedia menunggu sampai Kamu menerima Kakak. Waalaikumsalam".
*****
"Udah siap Cha? Udah setengah 7 nih. Entar telat" Fauzan telah rapi dengan pakaian formalnya menghampiri Allisa yang sedang bersiap. Fauzan menghadiri Acara inagurasi bukan hanya sebagai Dosen tetapi juga sebagai anggota IKAJ .
"Udah Mas. Yuk berangkat." Senyum manis terukir diwajahnya
"Kalau ada masalah, Kamu bisa cerita sama Mas. Jangan sungkan untuk berbagi keluh kesahmu ya" Fauzan menggenggam erat tangan Allisa. Ia merasa istrinya sedang dirundung gelisah.
Allisa hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Ayo. Entar telat Icha kan panitia"
"Siap tuan putri" tawa menghiasi wajah mereka.
Fauzan melajukan mobilnya menuju gedung diadakannya acara inagurasi, sengaja 30 menit lebih awal agar tak terlihat mahasiswa lain jika Ia bersama Allisa.
Fauzan ingin sekali menunjukkan kepada publik hubungannya dengan Allisa. Namun jabatan sebagai Sekretaris Jurusan dan beberapa penelitian dibidang pendidikan masih menjadi tanggung jawabnya. Rencana mengakhiri pekerjaan sebagai dosen telah disusun dengan menggembangkan sayap bisnis untuk menunjang kebutuhan finansial setelah menanggalkan pekerjaannya sebagai dosen.
Sampai di lokasi, suasana masih cukup sepi hanya ada beberapa panitia yang mulai sibuk menyiapkan acara.
"Allisa turun ya Kak, mau bantu temen-temen yang lain dulu." Tangannya terulur untuk menyium takzim punggung tangan Fauzan dan sebuah kecupan di dahi sebagai balasan dari Fauzan yang sukses memberikan semburat merah di kedua pipi Allisa.
"Kamu sakit ya Dek? Wajahmu merah ini. Pulang aja yuk" Goda Fauzan ketika melihat wajah istrinya yang memerah walaupun di pencahayaan yang minim.
"Maasss. .."
"Maaf.. iya deh besok-besok cium pipi aja ya atau mau yang lain.. " Fauzan menaik turunkan alisnya.
"Apaan sih Mas.. jail banget sih"
"Udah halal kok dek". Tangan Fauzan mengelus lembut kepala Allisa yang terbalut kain kerudung.
"Tapi kan malu Mas. Kalau ada yang liat gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSENKU SUAMIKU
Ficción GeneralSejak ayahnya meninggal ketika Ia masih berumur 8 tahun Allisa tumbuh menjadi gadis yang mandiri, cerdas, tangguh, dan bertanggung jawab. Demi mewujudkan cita-citanya Allisa menerima tawaran beasiswa pendidikan di Kota sehingga ia harus rela...