Part 13

8.3K 348 11
                                        

Dokter dan perawat masuk ke ruang rawat Ibu dan segera melakukan pemeriksaan seperti mengecek kinerja organ vital dan respon syaraf atas ransangan pada persendian.

"Alhamdulillah pasien mengalami peningkatan. Terus ajak berbicara untuk meningkatkan rangsangan motoriknya"

"Ibu bisa kembali normal kan Dok?"

"Insha Allah, akan tetapi semuanya butuh proses Mbak ndak bisa kilat  beberapa syaraf membutuhkan waktu untuk mengembalikan kemampuannya seperti semula."

"Bagaimana dengan perkembangan sel kankernya Bang" tanya Mas Fauzan

"Nanti akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah kondisi pasien stabil. Abang akan segera buat jadwal kemoterapi untuk menghambat perkembangan sel kankernya."

"makasih banyak atas bantuannya Bang"

"Biasa aja Al, ini udah tugas Aku sebagai dokter. Udah pagi ndak pulang Kamu Al?"
pertanyaan dokter Aditya sontak membuat Mas Fauzan melihat jam dipergelangan tangannya

"Astaghfirullah"

"kenapa mas?"

" Aku ninggalin paklek sendirian di parkiran"

"Kamu butuh Aqua Al?" ledek dokter Aditya

"ndak Bang tapi butuh tidur. Aku pamit pulang, Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

"Kami juga pamit undur diri. Jika terjadi sesuatu dengan pasien segera tekan tombol darurat di atas tempat tidur"

"Baik dok terimakasih"
dokter dan perawat keluar ruang rawat Ibu, kembali melaksanakan tugasnya.

****

Kesehatan Ibu menunjukkan kemajuan setiap harinya. Hari ini untuk pertamakalinya Ibu akan menjalankan Kemoterapi setelah pengecekan rutin selama satu minggu.

"Ibu kenapa?" Ibu tampak murung

"Ndak papa nduk, mas-mu kok belum datang"

"Masih di jalan mungkin Bu" jawabku menenangkan Ibu.

Tak lama berselang pintu diketuk disertai salam

"Waalaikum salam" jawabku seraya membuka pintu. Tampak Mas Fauzan dan keluarganya berdiri tegak di depan pintu. "Silahkan masuk Om, Tante "
lirihku sambil mencium punggung tangan mereka

"Apa kabar Mbak ?"

"Alhamdulillah udah baikan Mas, hanya sedikit gugup aja "

"Perbanyak dzikir Mbak agar hati lebih tenang, Kami selalu mendokan kesembuhan Mbak."

"Makasih Maryam, Kamu dan keluarga sudah banyak membantu. Aku ndak bisa membalas kebaikan kalian." air mata menggenang di pelupuk mata Ibu

"Hust.. Mbak ndak boleh ngomong gitu. Almarhum Mas Hamid udah Aku anggap  sebagai kakak kandung, jadi kelurganya juga keluargaku Mbak. Sebelum meninggal, beliau menitipkan Mbak sama Allisa dalam pengawasanku. Jadi kalian udah jadi tanggung jawabku."

Dua orang perawat masuk, salah satunya membawa troli instrumen dengan berbagai peralatan medis.

"Selamat pagi, gimana kabarnya Bu?" tanya perawat ramah

"Alhamdulillah udah baikan Sus"

"Sudah siap untuk kemotrapinya Bu"

"Insha Allah siap Sus"

perawat meminta pihak keluarga menunggu diluar. Aku dan keluarga Mas Fauzan mengikuti intruksi perawat, di depan pintu ada dokter Aditya bersama Dokter spesialis radiologi yang memakai pakaian steril.

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang