Part 15

8.3K 426 33
                                        

Aku tak menyangka sebentar lagi statusku bukan lagi sebagai perempuan lajang, Aku akan menyandang status sebagi istri Fauzan Al Ma'ruf. Ya benar, di usiaku yang belum genap 18 tahun, Aku akan menikah dengan Kakak angkatku sendiri atas wasiat dari kedua orang tuaku tepatnya 2 minggu setelah kepergian Ibu. Mungkin sebagian orang akan memilih menolak atau menerima dengan terpaksa tapi tidak bagiku, Aku menerima pernikahan ini dengan ikhlas bukan hanya sekedar menjalankan wasiat dari Ayah dan Ibu tetapi juga sebagai penyempurna agamaku. Aku juga yakin lelaki yang telah dipilihkan orangtuaku akan menjadi imam yang baik, bersama Kami mencari ridho-Nya Allah. Lelaki yang akan menuntunku menuju pintu syurga.

"Subhanallah cantiknya" Seru Mita sambil menjorokkan kepala dari balik pintu kamarku.

"Mas Al pasti ndak bisa berkedip nih liat bidadari syurganya secantik ini" sambungnya ketika sudah berada di sampingku.

"Apaan sih Ta, bikin salting aja nih"

"Eciee yang bentar lagi dihalalin" Godanya lagi

"udah dong jangan ledekin terus" rengekku ke sepupu sekaligus sahabat terbaikku yang super jahil tapi juga sangat penyayang.

"Baiklah Nyonya Fauzan Al Ma'... Adaawww.."

"Hahahaha,," Aku tak mampu menahan tawa melihat Mita meringis kesakitan setelah kakinya Aku injak dengan wedges yang terpasang di kakiku.

Sejak kemarin Mita selalu saja meledekku yang sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang, awalnya Aku masih santai saja, tapi kelamaan membuat Aku kesal juga.

"Maaf, sakit ya" Aku merasa bersalah juga melihat Mita mengelus Kakinya yang memerah.

"Ya sakitlah Sa, untung aja bentar lagi nikah kalu ndak udah Aku bales pake High heelsku nih"
waduh bisa bolong kaki, ujungnya runcing gitu.

"Sorry Ta, habis kamu nyebelin sih" cicitku

"Its Okay, no proplem beb. Gugup ndak Sa?" Baru aja maaf-maafan, Dia udah meledekku lagi dengan menaik turunkan alisnya.

"Gugup banget Ta, dari tadi jantungku berdetak cepat banget." Sejak pagi jantungku berdetak sangat kencang sampai dadaku terasa sakit. Apalagi setelah Aku mendengar dari Mbak yang merias kalau keluarga mempelai pria telah tiba, gemuruh di dadaku semakin kencang.

"Wis kamu tenangkan diri Kamu, banyak-banyak istighfar dan berdoa semoga Mas Al ndak salah jawab ijabnya."

"Aamiin ya Robb" Aku berharap Mas Fauzan bisa menjawab kalimat ijab dengan lancar dihadapan Pakdhe Sumadi selaku Wali nasabku, para saksi, keluarga, dan warga kampung yang datang.  walaupun pernikahan ini belum resmi di mata hukum negara akan tetapi seluruh keluargaku dan keluarga Mas Fauzan berkumpul menyaksikan prosesi pernikahan Kami.

Memang pernikahan ini terkesan sederhana karena hanya prosesi ijab qabul saja, resepsi pernikahan akan di gelar setelah Kami mendaftarkan pernikahan secara resmi di KUA. Hal lain yang juga menjadi alasan ditundanya resepsi pernikahan Kami yaitu, menunggu Adik Mas Fauzan yang baru masuk kuliah di Jerman, Dia tidak bisa pulang ke Indonesia sebelum lulus.

"Oh ya Fauzi udah bisa di hubungi belum?"

"Nomornya masih ndak Aktif." sejak Aku mengirim kabar tentang pernikahanku 3 hari lalu Fauzi menghilang, tak ada kabar satu pun darinya. Berulang kali baik Aku maupun Mita mencoba menghubunginya namun, hasilnya tetap nihil. Pesan-pesan yang dikirim lewat sosmed pun tak ada yang dibalas, dibacanya pun tidak. Padahal sejak Dia pindah ke Jerman tak terlewat satu haripun pesan dan telpon datang darinya. Bahkan ketika Ibu tutup usia Dia selalu memberikan suport agar Aku tetap tegar dan ikhlas menerima takdir.

"Mungkin Dia lagi sibuk Sa, jadi ndak sempat membalas pesan Kita. Positive thinking aja lah."

"hemm" gumamku

"Eeh, acaranya udah di mulai, duh kok Aku ikut deg deg 'kan nih." Mita mengelus dadanya yang tertutupi kebaya warna baby pink dipadukan dengan kain batik yang dililitkan di pingangnya.

"apalagi Aku Ta, jantungku rasanya mau copot" gemuruh di dadaku semakin cepat tatkala Aku mendengar Kutbah nikah yang di kumandangkan dari ruang tamu rumahku.

"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur naqdan"

"SAH" tiga huruf yang diucapkan saksi diikuti para tamu undangan membuatku menitikkan air mata.

Sah sudah kini Aku menyandang status sebagai Istrinya Fauzan Al Ma'ruf. Dia lah imamku, kepadanya ku serahkan seluruh hidup dan pengabdianku, hingga maut memisahkan Kami. Bersamanya Aku akan belajar tentang tanggung jawab dan perjuangan membangun rumah tangga yang sakinnah mawadah dan warahmah.

"Alhamdulillah" ucap syukurku dan Mita, matanya tampak berkaca-kaca, Dia langsung memelukku. Kami menangis bahagia.

Tak lama pintu diketuk dan disertai salam, Tante Maryam masuk dan menghampiriku

"Selamat datang di keluarga Al Ma'ruf Allisa sayang. Mama bahagia sekali akhirnya Kamu menjadi menantu Mama." Ujarnya sambil mengengam erat tanganku

"Makasih tante" jawabku mash sedikit terisak

"Mama sayang, Kamu sekarang kan udah jadi anak Mama" koreksinya

"Iya Ma"

"Gitu dong, sekarang Kita keluar yuk temuin suami Kamu."

Aku diapit Mita dan Mama Maryam menuju ruang tamu  tempat ijap qabul dilaksanakan.

punggung kokoh dibalut Jas hitam dengan sorban putih dililitkan di kepalanya duduk di hadapan Pakde Sumadi.

Aku didudukan di sebelah kirinya dengan rasa campur aduk.

"cium punggung tangan suamimu nduk" titah Pakdhe Sumardi

Aku menyamput tangan yang telah diulurkan di depan wajahku dengan sedikit gemetar dan ku arahkan punggung tangannya ke hidungku. Satu tangannya lagi menyentuh puncak kepalaku dan Ia membacakan doa di atas ubun-ubunku.

"Sekarang sematkan cincin kawin di jari manis masing-masing"

Mas Fauzan mengambil cincin berwarna silver berhias berlian dan disematkan di jari manis tangan kananku dan mengecup keningku singkat.  Aku pun melakukan hal yang sama menyematkan cincin berwarna silver polos di jari manis tangan kanannya. Hanya itu yah ndak pakai adegan cium kening.

"Barokallahu laka, wa baroka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khoir. Sekarang prosesi sungkeman kepada kedua orang tua" ujar Mc membimbing prosesi pernikahan.

Seluruh prosesi baru selesai menjelang dzuhur, sebagian besar tamu undangan sudah pulang menyisakan anggota keluarga saja yang ada di rumah,  saat azan berkumandang semua laki-laki segara ke masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Para Ibu-ibu masih banyak yang sibuk mencuci piring di dapur, ada juga sebagian yang bercengkrama sambil menikmat makan siang ataupun beraneka kue basah. Aku memilih melaksanakan sholat di kamar.

Terdengar suara pintu di ketuk di sertai salam saat Aku sedang melipat mukenah, Aku menyambar jilbab instan yang berada di tepi kasur dan mengenakannya sebelum membuka pintu.

"Waalaikum salam" tampak Mas Fauzan berdiri di depan pintu dengan menunjukan senyum manis yang membentuk lesung pipi di kedua pipinya.

"Udah sholat?"

"Baru aja selesai Mas" jawabku menundukkan kepala.

"Mama nyariin Kamu, temuin dulu gih." ujarnya sambil membalikkan tubuh dan berjalan menuju ruang tengah, Aku mengikutinya dari belakang.

********

Assalamualaikum. Apa kabar readers? Semoga sehat selalu di musim hujan sekarang ini.

Makasih untuk vote dan commentnya readers ♡♡♡

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang