Part 2

14.2K 441 0
                                        

"Allisa kantin yuk laper nih"

"Bentar aku beresin meja dulu" aku masukkan semua buku dan alat tulis ke dalam tas sebelum ke kantin mengisi stok tenaga untuk melanjutkan pelajaran hingga sore nanti. Sekolahku menerapkan sistem pelajaran fullday  jadi proses pembelajaran sampai jam lima sore.

     Aku dan Mita melewati lorong-lorong kelas menuju kantin yang ada di gedung sebelah kanan sekolah  sedangkan kelasku berasa di gedung sebelah kiri.

"Sa mau pesen apa?"

"Bakso sama jus mangga aja deh Ta"

"Oke, aku pesen dulu ya" Mita berjalan menuju kedai untuk memesan makanan

Sambil menunggu pesanan datang aku memainkan handphone  sekedar mengusir rasa bosan dan mengupdate berita-berita terbaru yang terjadi.

"Mbak yang namanya Allisa ya?" Seorang murid  datang ke mejaku

"Iya bener" aku tidak terlalu banyak mengenal murid di sekolahku yang berjumlah ribuan orang. Mungkin dia adik kelas, Audy nama yang tertera di nametag nya

"Mbak jahat tau ndak, kami udah latihan 2 bulan ini untuk lomba cerdas cermat tapi tim mbak lagi yang mewakili sekolah. Kalian udah persiapan UN dan udah sering menang lomba bahkan hingga tingkat nasional. Kami juga ingin ikut berpartisipasi."

"Mbak harusnya memberikan kesempatan dong untuk adik kelas mbak, jangan serakah mbak jadi orang." Satu murid lagi datang memojokkanku

"Iya bener nih, mbak dan tim kan udah kelas XII semua harusnya ndak dilibatkan lagi dalam kegiatan pengembangan akademik. Kalian udah fokus ke UN"

"Iya nih, beasiswa mbak juga ndak akan dicabut kok kan mbak udah banyak koleksi penghargaan."

Astagfirullah, ya Allah kok jadi gini. Banyak murid yang mengerubungi meja ku dan memberondong steatment mereka tentang lomba yang akan aku ikuti. Aku akui mereka ada benarnya tetapi aku juga tidak tahu kenapa kami masih dilibatkan padahalkan kami udah kelas XII yang 2 bulan lagi akan mengikuti Ujian Nasional. Bu Winny mungkin ada alasan tersendiri yang tidak aku ketahui. Aku hanya tertunduk lesu situasi seperti ini sukses membuat down.

"STOP, ini ada apa sih" suara Fauzi melerai suara suara siswa yang memberondongku. Ia berdiri di sampingku tangan kirinya menyentuh pundakku menyalurkan kekuatannya perlahan aku angkat wajahku dan aku menoleh ke Fauzi manik matanya menatapku dan aku bisa melihat isyaratnya 'tenang, semua akan baik-baik saja'

"Kak, kita ndak terima kalian yang mewakili sekolah dalam lomba cerdas cermat. Ini tidak adil bagi kami yang udah latihan 2 bulan, kami kecewa kak" Audy kembali menyerukan pendapat

"Kalau kalian mau protes silahkan menghadap bu Winny dong, jangan menghakimi Allisa. Kami hanya menjalankan perintah aja."

"Kan kalian bisa menolak kak, dengan alasan persiapan UN"

"Iya kak, kalian kan udah sering ikut lomba apa salahnya jika sekarang kalian menolak dan memberi kesempatan untuk adik kelas."

"Oke , kalau kalian maunya begitu. Kami akan menghadap bu Winny tapi jika bu Winny menolak pengunduran kami kalian ndak boleh protes DEAL ?"

"DEAL"  jawab mereka serentak dan langsung membubarkan diri.

"Sa mukamu kok tegang banget ada apa?" Mita datang dengan wajah polosnya entah Dia dari mana

"Kamu dari mana Ta, aku dah hampir pingsan diserbu anak kelas XI"

"EH KOK BISA, aku tadi dari toilet"

"Mereka protes Kita mewakili sekolah lomba cerdas cermat untuk kesekian kalinya. Mereka merasa ndak diberi kesempatan pihak sekolah untuk berpartisipasi"

"Calm down Sa, sekarang kita makan habis itu ke ruangan bu Winny" Fauzi mengurai ketegangan yang masih tersisa.

  Sesuai rencana kami bertiga menemui Bu Winny untuk mencari solusi masalah yang terjadi. Berbeda dengan pagi tadi Bu Winny menunjukkan wajah bersahabatnya dan berdiskusi dengan kami. Namun hasilnya tetap kami yang maju dalam lomba cerdas cermat karena nama kami telah didaftarkan pihak sekolah dan pemilihan perwakilan lomba telah melalui rapat internal kepala sekolah dan guru bidang studi sehingga kami tidak dapat merubah keputusan yang ada. Hasil diskusi kami dengan bu Winny juga kami sampaikan dengan Audy sebagai perwakilan murid yang merasa dirugikan dan Alhamdulillah mereka bisa menerima dengan syarat kami harus bersedia membantu mereka agar bisa lolos seleksi perlobaan berikutnya.

Hari ini hari terakhir Aku, Mita dan Fauzi di bimbing oleh pak Eko berlatih soal-soal cerdas cermat. Besok seluruh peserta akan dikarantina oleh panitia lomba di salah satu hotel bintang 4  sebelah selatan kota.

"Besok berangkat bareng aja, aku jemput di kosan ya" Fauzi menawari Aku dan Mita berangkat bareng

"Ndak  Zi kami naek bus kota aja, ngepotin Kamu entar" tolakku

"Ndak ada penolakan sopir yang akan nganterin kita. Mana boleh Aku bawa mobil sendiri bisa kena ceramah 5 hari 5 malem oleh nyonya Maryam Al-Ma'ruf "

"Hahahaha, dasar anak mama" ledek Mita

"Aku bukan anak mama tapi anak yang berbakti kepada kedua orang tua"

"Iya tuan muda, hahaha"

"Untung kamu cewek Ta, kalau cowok udah abis kamu" emosi Fauzi

"Udah stop kalau berantem terus berarti kalian jodoh"

"Nauzubillah min zalik  Sa, ndak  mau aku jodoh sama dia, walaupun semua cowok di dunia udah  sold out "

"Yang mau berjodoh sama kamu itu siapa MITA, dalam mimpi pun Aku ogah. Kalau berjodoh sama Kamu Sa Aku ndak nolak"

"Modus terus" goda Mita

--------------------------------

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang