Part 18

7.2K 304 8
                                        

Bulan telah berganti, masih dalam suasana bulan puasa. Aku menjalankan aktivitas di dapur walaupun sudah ada pembantu namun Aku tak ingin berdiam diri, sebisa mungkin Aku meringankan beban Mereka.

“Mas, makanannya udah siap, ntar keburu imsyak” seruku ketika Mas Fauzan masih kyusuk membaca Al-Quran di saat udah lewat 30 menit dari jam tiga.

“ Hemms. Yuk turun.”  Ucapnya setelah meletakkan muhsaf di atas nakas.

Di meja makan Papa dan Mama menunggu kehadiran Kami. Wajah Mereka masih terlihat lelah sekali. Papa dan Mama sangat sibuk dengan bisnis, acapkali pulang larut malam dan terkadang keluar kota untuk mengurus proyek.  Wajar saja hubungan keluarga ini dingin, mereka jarang memiliki waktu untuk berkumpul bersama.

“Sa, Kamu belum libur?”

“ Belum Ma, masih kuliah sampai dua hari sebelum hari raya”

“Berapa lama liburnya?”

“ Hanya 1 minggu Pa”

“ Papa punya rencana, libur lebaran kali ini Kita semua ke Jerman, bagaimana Zan?”

“Aku sama Icha lebaran di sini aja, banyak kerjaan kantor yang belum selesai Pa. ”

“Oke. lebaran di Jerman batal ya.”

“tapi Mama kangen Fauzi Pa. Mama suruh Dia pulang aja kalau gitu ya.” Mama sudah mengambil HPnya 

“No, Fauzi pulangnya nanti kalau  Dia udah lulus”

“Ya ampum PAPA kok tega banget sih sama anak sendiri.”

Papa tidak menanggapai Mama, setelah selesai meminum kopi Beliau berlalu menuju kamarnya.  Mama menyusul tak lama kemudian.

“Pergi kuliah jam berapa?”

“Habis Dzuhur kayaknya. ”

“Loh yang kelas pagi ndak masuk?”

“Dosennya udah libur, Cuma Pak Al aja tuh yang masih rajin masuk walau udah deket lebaran. Mana tugasnya banyak banget pula.” Puasa terhitung tinggal 5 hari lagi tetapi kegiatan perkuliahan belum diliburkan.

“Bagus tuh, berarti Dia bertanggung jawab sama pekerjaannya.”

“Kasian mahasiswa yang dari luar kota, Mereka juga ingin mudik Mas.”

“Coba cek di kalender akademik, masa perkuliahan sampai tanggal berapa?”

“ Iyain aja, Mas kan dosennya.” Tawa Mas Fauzan membahana seentereo ruang makan.

Kontrol emosiku hilang kalau udah membahas masalah kuliah dengan Mas Fauzan. Dia ndak pernah mengerti tersiksanya Aku dan mahasiswa yang mengambil kelasnya. Di semester awal perkuliahan ini Aku mengambil 24 SKS, 6 SKS diantaranya diajar Pak Fauzan Al Ma’ruf  dosen sekaligus suamiku.

*****

“Serius banget sih, Mas ngucap salam ndak dijawab” protes Mas Fauzan sepulang dari masjid

“Waalaikumsalam. Lagi ngerjain tugas dari pak Al nih” jawabku masih fokus ke laptop yang ada dipangkuanku

“kok baru dikerjain”

“tugasnya banyak Mas, harus sesuai format dan ndak boleh ada thypo satu huruf pun .”

“Setuju Mas dengan dosenmu Dek” tingkah tengil nya kambuh nih. “Masih banyak tugasnya?”

“tinggal ngecek aja, takutnya ada yang thypo

“Lanjutin gih, Mas  mau siap- siap ke kantor dulu .”

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang