Part 8

9.2K 370 8
                                    

"Permisi Suster, pasien atas nama Siti Aminah di ruang mana?" Tanyaku  pada perawat jaga meja informasi di klinik Persada

"Anda keluarga pasien?"

"Saya anaknya"

"Mari saya antarkan ke ruangan dokter Renaldy Beliau sudah  menunggu"

Aku, Mita dan  kedua orang tuanya mengikuti Suster menuju ruangan  kerja dokter yang merawat Ibu yang berada di sebelah ruang IGD klinik.

"Permisi dokter keluarga Ibu Siti Aminah sudah datang" ujar perawat

"Oh iya mari masuk silahkan duduk" ucap dokter ramah

Aku ditemani Bunda Maya duduk di depan meja kerja dokter

"Perkenalkan saya  dokter Renaldy" sapa dokter setelah Aku duduk di kursi hadapannya. "Kondisi pasien saat ini masih belum sadarkan diri Saya sarankan untuk di rujuk ke rumah sakit agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut" terang dokter

******


Sampai di rumah sakit Ibu masih tak sadarkan diri. Perawat segera memindahkan ibu ke ruang ICU bersama seorang dokter laki-laki yang kemudian masuk ke dalam ruang rawat Ibu. Aku, Mita, Bunda Maya dan Ayah Taufik menunggu di kursi panjang depan ruang ICU. Satu jam kemudian dokter keluar dari ruang rawat ibu dan menghampiri Kami.

"Keluarga pasien Siti Aminah?" tanya dokter

"Saya anaknya dok"

"Baik, ikut keruangan Saya ada hal penting yang akan Saya sampaikan " ujar dokter. Aku segera mengikuti dokter dan perawat menuju ruang kerjanya

"Kondisi Ibu  siti Aminah saat ini kritis, terdapat sel kanker atau endometrium yang menyerang sel- sel pembentuk dinding rahim"

"A...apa kanker dok?" Ya Robbi bagaimana bisa Ibu punya penyakit mematikan itu. Selama ini kondisinya baik-baik saja.

"Iya Mbak berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terdapat sel kanker yang tumbuh di dinding rahim Ibu Siti hal ini di sebabkan oleh mioma yang menempel pada dinding rahim pasien. Moima   sebenarnya merupakan  tumor jinak yang tidak berbahaya namun jika di biarkan dengan pola hidup tidak sehat akan berkembang menjadi sel kanker. Tindakan pengangkatan rahim menjadi salah satu langkah untuk menghentikan penyebaran sel kanker tersebut. Apakah Mbak setuju?"

"Lakukan yang terbaik dok buat Ibu Saya. "

"Insha Allah Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien. Teruslah berdoa dan memohon pertolangan Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha"

"Mbak ikut saya untuk melengkapi dokumen prosedur operasi" ujar perawat. Aku pun segera mengikuti perawat agar Ibu segera mendapatkan perawatan.

"Ini mbak dokumen yang perlu mbak tanda tangani. Apakah ada kartu  asuransi kesehatan seperti KIS atau BPJS ?" Aku hanya mampu mengelengkan kepala sebagai jawaban

"Kalau begitu mbak bisa deposito minimal 1/3 dari biaya yang dibebankan agar operasi bisa segera dilaksanakan" Perawat menyerahkan rincian biaya yang harus dibayarkan agar operasi bisa segera dilakukan.

Biaya operasi Ibu sangat mahal  mencapai 35 jutaan Aku harus mencari uang kemana sementara tabunganku hanya ada 3 jutaan. Ya Tuhan tolonglah hamba 

"Loh Allisa ngapain kamu disini" sapa dokter Misha

"Eh dokter Misha, ibu saya di rawat di sini dok"

"Sakit apa? Panggil Mbak aja Lisa"

"Kanker rahim dok, eeh maaf Mbak"

"Ya Allah terus sekarang gimana kondisi Ibu Kamu?"

"Ibu harus segera di operasi karena kondisinya terus menurun"

"Kamu yang sabar ya Lisa, yakinlah Allah tak akan memberikan cobaan melebihi kemamapuan hamba-Nya" dokter Misha merangkul pundakku "Suster Atika tolong segera hubungi dokter Aditya untuk segera melakukan tindak operasi ibunya Allisa, Saya yang bertanggung jawab"

"Eh..."

"Ssstt... tolong jangan tolak bantuan Mbak Lisa. Kamu udah Mbak anggap seperti adik sendiri , jadi kalau Kamu tolak Mbak ndak mau kenal sama Kamu lagi" ancam dokter Misha

"Mbak tapi..."

"Allisa Kamu masih anggap Mbak ini orang asing ya? Mbak kecewa kalau Kamu masih berfikrian seperti itu"

"Baiklah Mbak makasih banyak atas bantuannya Aku janji akan mengembalikan uang Mbak secepatnya"

"Eh ndak usah di ganti Mbak ikhlas nolongin Kamu"

Ya Allah terimakasih atas pertolongan-Mu dengan mengirimkan orang yang sayang dan selalu berada di sisiku di saat senang maupun susah.

******

Proses operasi berlangsung selama 3 jam kini Ibu telah dipindahkan ke ruang perawatan. Mita dan Ayah Taufik pulang ke hotel untuk mengambil baju ganti untuk Aku dan bunda Maya.

"Maafin bunda ya Lisa harusnya kejadian ini ndak terjadi kalau Bunda ndak menuruti permintaan Ibumu"

"Maksud Bunda apa?"

"Bunda udah tahu tentang penyakit Ibumu dari 2 tahun lalu. Waktu itu Mbak Siti pingsan di warung, Dokter  puskesmas menyarankan periksa ke rumah sakit untuk membuktikan diagnosanya. Hasil pemeriksaan di rumah sakit menyatakan  mioma yang sudah ada sejak sebelum Kamu lahir berkembang menjadi sel kanker. Saat itu dokter sudah menyarankan operasi namun Ibumu menolak dan memilih pengobatan alternatif. Mbak Siti juga meminta Bunda sama Ayah merahasiakannya dari Kamu, maafin Bunda ya Lisa" jelas Bunda Maya

"Ibu punya mioma  selama Itu Bun? Aku sebagai anaknya ndak tahu apa-apa". Pengakuan Bunda Maya membuat Aku merasa tak berguna sebagai anak. Aku gagal menjaga Ibu orang tuaku satu-satunya. Dengan teganya Aku meninggalkan Ibu sendirian.  Ya Allah ampuni dosaku dan dosa -dosa kedua orang tuaku

"Mioma yang tumbuh di rahim ibumu baru ketahuan setelah setahun menikah dengan ayahmu yang membuat Ibumu susah hamil walaupun sudah rutin berobat kedokter maupun pengobatan alternatif. Kabar kehamilan di tahun ketujuh pernikahan membuat ibumu sangat bahagia dan perjuangan mereka berbuah manis"

"Setelah Kamu lahir dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan rahim karena ukuran mioma yang sudah cukup besar, namun Mbak Siti menolak dengan alasan ingin mengandung lagi. Sampai Mas Ahmad  akhirnya meninggal Mbak Siti tak kunjung hamil lagi."

"Kenapa Ibu ndak pernah cerita ke Aku bun? Aku gagal menepati janji dengan Ayah untuk selalu menjaga Ibu" sesalku

"Ibumu ndak mau Kamu sedih Lisa. Melihat Kamu menangis itu penderitaan terbesar Ibumu. Kamu ingat dulu saat Ayahmu meninggal Kamu ndak mau makan kerjaannya nangis terus. Ibumu begitu terpukul bahkan hampir depresi karena merasa udah membuatmu sedih"

Aku mendekati branker Ibu. Tubuhnya lebih kurus  dari terakhir Aku melihatnya 3 bulan lalu, keriput di wajahnya sudah tampak jelas dengan surainya yang mulai memutih. Aku genggam tangannya yang bebas jarum infus dan ku kecup seluruh wajah Ibu.

"Bu segeralah bangun Aku kangen suara omelan Ibu. Aku juga kangen masakan Ibu.  Bangun Bu maafin Allisa yang jarang nengok Ibu. Maafin Lisa yang budah lalai menjaga Ibu." Tangis tak dapat lagi ku tahan saat ku dekap tubuh senjanya.

***********
Assalamualaikum, apa kabar temen -temen semua?
Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan untuk Kita semua.

Terimakasih banyak untuk yang udah ngasih support vote and comment di ceritaku ini. Maaf ya untuk keterlambatan update nya karena kondisi Ibuku yang kemarin sempat down dan harus di rawat di RS

Salam hangat dariku makmoelz

Jangan lupa vote and comment ^-^

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang