Part 22

6.4K 309 38
                                    

Satu kata untuk hari ini 'lelah' baik fisik maupun psikis. Padatnya agenda dari pagi hari hingga menjelang tengah malam  sukses membuat tubuhku hampir remuk redam, stamina terkuras habis akibat asupan makanan yang acapkali terabaikan.

Jam sudah lewat dari pukul 10 malam saat Aku dan Azizah menikmati makan malam. Duduk di meja pojok ruangan agar bisa sedikit beristirahat. Rangkaian acara yang berjalan lancar dan mendapatkan sambutan baik dari berbagai pihak membuat senyum seluruh panitia berkembang, hadiah dari seluruh kerja keras dan rasa lelah.

"Alhamdulillah ya Zah, acara Kita sukses." Seruku

"He'em.. sukses besar Kita. Eh lihat tuh Kak Jo naik ke atas panggung." Azizah menunjuk arah panggung.

Aku menolehkan kepala ke arah panggung. Kak Jo duduk sambil memangku gitar. Sebuah lagu yang sedang booming saat ini dinyanyikan olehnya.

"Kak Jo so sweet banget" puji Azizah

"Ndak usah lebay Zah. Suaranya juga standar-standar aja." Ini berdasarkan penilaianku ya, suara Fauzi jauh lebih baik. Sahabat yang sekarang menjadi adik iparku itu suaranya lumayan bagus. Dulu Fauzi sering tampil di pensi sekolah.

"Iih Allisa suaranya itu bagus tau. Siapa yang berhasil memikat hati Kak Jo ya."

"Ndak tahu." Azizah belum Aku ceritakan tentang kejadian sore tadi. Rencana Aku mau cerita ke Mas Fauzan dulu, supaya Dia tidak kecewa denganku.

"Eehh jangan- jangan Kamu, Kak Jo sering banget tuh deketin Kamu."

"Perasaan Kamu aja kali"

"Kamu itu ndak peka. Pasti lagu ini buat Kamu nih."

"Hussttt.. jangan buat gosip deh". Aku ndak  ingin kedekatanku dengan Kak Jo menjadi bahan gosip, apalagi sampai terdengar Mas Fauzan suamiku. Aku tak ingin mengecewakannya dan membuatnya berfikir Aku selingkuh. Selama ini Aku sudah berusaha menjaga jarak dengan lawan jenis mengingat statusku yang bukan lagi wanita lajang.

"Uppss.. sorry" Azizah mengacungkan dua jarinya membentuk huruf  V.

Aku dan Azizah menikmati kembali hidangan di atas meja. Tak ingin terpengaruh dengan teriakan riuh teman- teman lainnya  menyaksikan penampilan Kak Jo. Hingga Aku dikejutkan dengan setangkai mawar putih yang disodorkan kehadapanku.

"Setangkai mawar sebagai awal dimulainya perjuangan mendapatkan hatimu. Mawar ini akan bertambah jumlah setiap hari sampai Kamu berkata 'Ya'." Kak Jo segera berlalu setelah meletakkan bunga di meja.

Jangan tanyakan bagaimana reaksiku. Marah, kesal, sedih, kecewa dan malu campur aduk menjadi satu. Marah dan kesal atas sikap Kak Jo yang tak mengindahkan perkataanku sore tadi. Sedih dan kecewa terhadap diriku sendiri yang tidak bisa tegas menolak dengan masih bersikap baik dengan Kak Jo yang sejak acara dimulai selalu menempeli Aku. Harusnya Aku menghindarinya. Sekarang semua orang melihat ke arahku, menatapku penuh selidik, sorak sorai masih riuh terdengar. Aku ingin segera pergi dari sini, tetapi seakan kakiku mati rasa.

"Oh my god. Benar kan tebakan  Aku. Wow romantisnya."

Aku tak menanggapi reaksi berlebihan Azizah. Otakku buntu, bingung harus bersikap bagaimana. Hingga suara ponsel menyadarkanku.

Mas Fauzan
Pulang, Mas tunggu di mobil.

Pesan dari Mas Fauzan membuat kegelisahanku makin menggila.

"Hei, kok Kamu kelihatan gelisah banget, kenapa?"

"Aku harus pulang Zah."

"Acaranya belum kelar Sa. Inget tanggung jawabmu."

DOSENKU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang