"Not everything about you!"
- Bella, 29 tahun, Sekretaris
-----
Dua atau tiga minggu setelah pembicaraan dengan Billy – yang jelas kurang dari sebulan –Bella menerima telpon dari sebuah florist. Katanya sih, mau konfirmasi soal rencana pengiriman bunga selama seminggu penuh, ke kantor Ibu Sarah.Bella ngerasa nyesel banget nanya "Untuk keperluan apa ya, Mbak?" ketika wanita di ujung telpon menyebut dirinya dan darimana dia menelpon. Harusnya dia langsung aja bilang Billy gak di kantor.
Well, waktu itu Billy memang lagi gak di kantor, dan Nanda juga gatau dia kemana. Waktu Bella ke ruangan mereka, malah Nanda jadi curiga yang enggak-enggak. Setelah dia sempat bilang "kenapa gak whatsapp aja sih?" yang juga membuat Bella baru sadar, dan membantin dalam hati.
Iya, kenapa gak di whatsapp aja?
Anyway, seminggu setelah tukang bunga, giliran toko perhiasan yang menelpon. Disitu Bella mulai mengira-ngira kenapa juga mereka nelpon ke kantor dan bukan ke nomor Billy langsung. Apa Billy ga ngasih nomor ponselnya? Kenapa?
Atau dia sengaja kasi nomor kantor? Biar orang lain yang angkat?
Biar sekretaris yang angkat.
Biar Bella yang angkat?
Dan Bella mulai menerka-nerka, menebak-nebak, menyambung-nyambungkan, dan entah apa lagi. Tapi yang jelas, tidak bertanya pada Billy. Tidak juga menyampaikan pesan itu. Baik dari toko bunga, maupun dari toko perhiasan.
Dan bahkan rasanya, memang tidak pernah membicarakan hal itu sama sekali ke Billy.
Sampai kemudian, justru Billy yang mengangkat tentang itu. Ketika, di suatu sore Billy datang ke ruangannya, setelah seharian tidak ada di kantor sama sekali. Kalau tidak salah, meeting marathon – pagi sampai lunch dengan Bang Jere, dan sorenya dengan Bang Derry.
"Lo mau cabut?"
Bella cukup kaget langsung ditanyain begitu. Dia sedang menyelesaian proof reading memori kasasi yang diberikan oleh Zahra, si junior litigation yang masuk bulan lalu.
"Kata siapa?" Tanya Bella, balik bertanya. Iya sih dia memang tinggal dua minggu lagi bekerja di GDP. Dia sudah menyerahkan suratnya minggu lalu. Dan yang tahu baru Em, itu pun karena dia menelpon Em hari Sabtu kemarin. Dan ini masih hari Selasa.
Dia berencana memberitahukan Nanda ataupun Bang Jere sekitar hari Kamis atau Jumat nanti. Besok akan ada interview sekretaris, jadi kemungkinan besok beberapa orang mulai curiga.
Itu pun kalau ada orang di kantor besok.
"Kata Nanda." Jawab Billy.
"Nanda bangke emang!" kata Bella, sambil menarik ponselnya, siap mengirimkan pesan bernada kekesalan via whatsapp ke Nanda.
"Dan lo ga berencana ngomong ke gue?"
Billy sudah duduk di kursi di depan meja Bella. Sekarang memang ada dua kursi tambahan di ruangan ini, selain kursi sekretaris. Untuk tamu yang masuk dan perlu tinggal, karena kadang yang punya keperluan di ruang sekretaris gak langsung cabut, tapi duduk menunggu.
Kayak Billy sekarang. Menunggu.
"Eeeeng, ya rencana sih pasti ada lah Bil, ya kali!" kata Bella, sambil nyengir. Mencoba bersikap biasa aja.
"Kapan rencananya?"
"Eeeeng, ya di minggu-minggu ini sih niatnya."
"Pas lo udah cabut?"

KAMU SEDANG MEMBACA
One Kiss
أدب نسائيSumpah, belum kepikiran bagian descriptionnya apaan. Pokoknya cinta segitiga, ceritanya Bella. You know, that one from Ginting Danuadji and Partners. Yep, that one! Remember her? Inget dia dari Dark Times? Inget dia curhat mau resign ke Em di As You...