Nomor 25

8.5K 667 29
                                    

"Hi Mas Agra, apa kabar?"

- Farina, (waktu itu) 25 tahun, Sekretaris

---

"Kenapa ga ngajak Mas Agra juga?"

"Yaelah Fa, Mas Agra lo ajak ke tempat kayak gitu!? Lagian, kayaknya dia juga ga bakal mau sih, walau gak ke club tapi di atas jam 10."

Agra bisa mendengar Mario, middle associate yang sudah empat tahun bekerja di law firm ini, ketika dia sedang berjalan kembali ke ruangannya. Agra sendiri sudah berstatus senior associate karena sudah bekerja lebih dari enam tahun disana – dia sih baru enam tahunnya bulan depan, tapi sudah diangkat jadi senior associate sekitar tiga bulan lalu.

Dan tanpa melihat pun, Agra tahu, Mario sedang bicara dengan Farina, sang sekretaris yang bahkan belum setahun bekerja di lawfirm ini.

Udah bukan rahasia sih, Agra itu gak terlalu dekat dengan orang-orang di kantor. Enam tahun bekerja disini, Agra benar-benar kurang bergaul di after working hour. Well, mau gimana? Working hour Agra aja ga jelas. Lebih tepatnya, ga ada jam kerja yang jelas untuk Agra.

Selain jarang ikutan main ke bar atau ke club sama anak-anak lain, Agra juga model yang sangat serius, kalau kata orang-orang. Mungkin karena dia jarang bersosialisasi itu, jadi ya dikira tidak punya selera humor. Padahal kan, dia manusia biasa. Have sense of humor just like anybody else. Walaupun ya mungkin selera humornya agak berbeda.

Agra tetap melangkah seperti biasa, melewati ruang sekretaris yang memang pintunya sedikit terbuka – penyebab dia bisa mendengar pembicaraan tadi. Setau dia, meja sekretaris itu menghadap ke pintu, jadi kemungkinan Farina melihat dia lewat.

Well, dinding yang setengahnya kaca juga pasti penyebabnya.

Dan, entah hanya karena melihat, atau mereka berpikir kalau Agra tadi mendengar pembicaraan mereka dan merasa tidak enak; tiba-tiba Agra mendengar suara Farina di belakangnya. Membuat dia berhenti melangkah, padahal tadinya dia mau berjalan ke ruangannya.

"Mas Agra!"

Agra tidak hanya menoleh, tapi bahkan memutar tubuhnya juga. Walaupun, dia tidak bersuara atau bertanya.

"Hi Mas, apa kabar?"

Agra memang tidak terlalu sering juga berinteksi dengan Farina. Sudah dibilang, dia benar-benar minim sosialisasi di lawfirm ini. Dia juga tidak punya 'teman akrab' di kantor. Semua ya sebatas kolega saja, rekan kerja. Tapi bos-nya baik dan cukup royal juga soal bonus dan fee, jadi dia betah-betah aja. Lagi juga, dia memang bukan orang yang harus selalu bergaul selama ini. Kalaupun ada keperluan sehubungan dengan sekretaris, biasanya dia akan menyuruh associate lain.

"Baik. Kenapa ya?"

"Mas Agra Sabtu ini ada acara, ga?"

Agra menaikkan alisnya sedikit, sementara dia bisa melihat Mario yang sudah keluar dari ruang sekretaris, dan bersandar di daun pintu, melihat ke arah mereka. Menunggu.

"Jumat besok aku ulang tahun, tapi rencananya mau ngerayain sama yang lain hari Sabtunya." Kata Farina, sebelum dia kemudian menyebutkan nama café yang lebih mengarah ke bar; yang punya live music tapi juga terkenal sebagai tempat nongkrong di seputaran Senopati. Tidak terlalu jauh dari kantor mereka yang berada di Kuningan ini.

"Sebenernya sih ngumpulnya sekitar jam 9 atau 10, tapi kalau Mas Agra bisa dateng diatas jam segitu juga gapapa kok." Wanita itu melanjutkan, sambil memberikan senyum terbaiknya. Agra hanya memandangnya dan belum bersuara.

One KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang