Nomor 19

5.4K 723 24
                                    

"Cakep, tajir, nah sekarang tinggal poin terakhir sih biar combo dan Billy beneran kalah telak, Bel."

- Ananda Raeshaka, 29 tahun, Corporate Lawyer

------

Bella bergumam tidak jelas, dan jelas terganggu dengan suara yang berisik ini. Suara ponselnya, dia tahu. Tapi suara itu membuat kepalanya terasa makin pusing, dan dia juga belum berniat membuka matanya.

Siapa sih yang sibuk banget nelponin?

Mendadak suasana kembali hening, dan Bella bahkan bisa menarik napas lega. Meskipun, sekarang dia sepertinya tidak bisa melanjutkan tidur. Jadi, pelan-pelan dia membuka matanya, dan mencoba membiasakan dengan keadaan sekitar. Walaupun kepalanya masih terasa sakit.

Bella mengerjap-ngerjapkan matanya, dan mulai memandangi langit di atasnya. Tapi...

Kayak bukan kamar gue.

Bella memicingkan mata, sebelum kemudian menoleh ke kiri dan ke kanannya. Di kirinya ada semacam gantungan lukisan – yang jelas tidak ada di kamarnya – dan kanannya, adalah jendela besar yang langsung menerjang mata Bella dengan sinar terangnya – membuat Bella otomatis kembali menyipit.

Tapi, otaknya mulai bekerja.

Gue dimana?

Bella menggunakan tangannya untuk sedikit berlindung dari sinar matahari, dan kemudian duduk. Tapi sepertinya dia duduk terlalu cepat. Atau memang kepalanya yang terlalu pusing. Bella bahkan hampir kembali ambruk, sebelum buru-buru menahan tubuh dengan menekan kasur menggunakan kedua tangannya. Lalu pelan-pelan menggeser badan ke pinggir, dan menurunkan kaki.

Fix ini bukan kamar gue.

Karena membelakangi jendela, Bella bisa membuka matanya dengan tenang tanpa takut 'dihantam' sinar matahari. Dan, ketika masih mencoba mengingat-ingat tadi malam dan kenapa dia bisa berakhir disini, Bella kembali dikejutkan oleh suara ponselnya. Tubuhnya saja sampai terlonjak sedikit.

Hape gue dimana? Plus ini siapa sik yang nelponin kek debt collector jam segini?

Bella juga bahkan gatau ini udah jam berapa.

Memandangi isi kamar, Bella akhirnya melihat tas nya ada di meja di bawah TV, yang memang menempel di dinding. Yakin dia sudah kuat berdiri – walaupun masih sedikit terhuyung – Bella akhirnya berjalan ke tasnya, dan mengambil ponselnya.

Nanda?

Baru juga dia mau menekan ponselnya untuk menjawab telpon, panggilan itu malah mati. Mungkin Nanda keburu gak sabar karena kelamaan menunggu.

Tapi, baru juga Bella membalikkan badannya dan berencana menelpon balik – gila, ini udah jam 10! – ponselnya kembali berbunyi.

Nanda lagi.

"Halo."

"ASTAGANAGA BELLA! Lo darimana aja sih, buset dah!"

Bella kaget juga karena nada suara Nanda yang sedikit ketinggian.

"Pelan Nan. Pelanan suaranya. Pala gue pusing."

"Gilak! Seratus kali ada kayaknya gue nelponin lo, kagak diangkat juga. Mabok parah apa begimana?"

"Bacot ah." Kata Bella, kembali duduk di pinggir kasur. Dia melihat selembar kertas semacam flyer, dan akhirnya tahu dia ada di hotel mana dan alamatnya. Masih belum jauh dari tempat Nanda ninggalin dia kemaren.

Tapi kenapa dia bisa sampe sini?

"Dimana dah?"

"Di kamar." Kata Bella. Bodo amat dikira boong juga. Tapi ya, ga boong juga sih. Kata ini emang bener di kamar.

One KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang