Nomor 2

9.6K 948 34
                                    

    "Orang ya, kerja di kantor itu, naik gaji, naik jabatan, yangbagus-bagus gitu. Aku, kalo gak tensiku yang naik, ya naik daraaaah aja kerjakudi kantor ini."    

- Seorang mbak-mbak, 32 tahun, Karyawan swasta

-----


Jadi, di sinilah Bella sekarang. Sebuah gedung perkantoran besar di Jakarta Barat, yang bersebelahan dengan mall. Bella can live like this. Kalau di GDP, dia mesti jalan dulu kalau mau ke mall – paling dekat ya Pasific Place, atau bisa ke FX yang jauhan dikit – dan itu males karena yaaah, jauh, panas, atau mesti naik taksi segala. Sementara disini, bener-bener sebelahan, dan bahkan ada jalan langsung ke mall-nya. Satu plus point.

Bella sudah menukar KTP nya dengan kartu akses, yang kemudian dipakai untuk men-tap sebelum masuk ke area lift. Kantornya berada di lantai 14 – yang kalau dikurangi angka 4 dan 13, yang keduanya memang tidak ada dan di-skip, sebenarnya ada di lantai 12 – dan itu juga salah satu plus point, karena tidak terlalu tinggi. Bukannya Bella takut ketinggian atau apa, tapi, lantai tinggi kayak GDP yang ada di lantai 42, bikin kemana-mana mager. Di lift aja udah makan waktu, belum kalau banyak yang nekan tombol untuk turun. Mau naik, juga sama, bakal jadi yang akhir-akhir. Walaupun area liftdipisah jadi high sama low floor, tetep aja, di gedung kantornya GDP, kayaknya high floor itu banyak banget karyawannya, lebih banyak dari area low floor.

Orang-orang doyan amat ngambil lokasi kantor tinggi-tinggi. Bella suka heran kadang. Padahal mah, gak ada yang mau diliat juga dari lantai atas. Trus kalo ada latihan simulasi kebakaran, udah jelas paling ribet.

Bella menekan angka 1 dan 4, kemudian menunggu mesin memunculkan lift mana yang harus dia masuki. Huruf F kemudian muncul di layar.

Bella berjalan ke lift dengan tulisan huruf F besar, dan melihat dua orang perempuan yang sudah berdiri di dekat situ. Ini jam 10 kurang 15, dan jadwal interview Bella memang jam 10. Dia tadi ijin ke Mbak Rani mau keluar, dan sudah ke kantor dulu, baru kesini.

Yang penting udah absen. Nanti abis inteview, bisa balik ke kantor setelah jam makan siang.

Bella gak bilang siapa-siapa kalau dia mau interview. Mau resign ini juga, baru Bang Josh yang tau. Ya, sama Em sih. Itu pun, Bella baru mengutarakan keinginannya sekitar beberapa minggu yang lalu, ketika Em main ke kantor.

Tapi, orang kantor belum ada yang tau. Bella gak enak juga. Lagipula, belum tentu diterima.

Pintu lift berdenting dan kemudian membuka. Mungkin orang-orang sudah banyak yang masuk kantor, atau memang lift nya membagi rata untuk lantai-lantai yang lain, tapi yang jelas, Bella masuk bersama dua wanita tadi, dan hanya mereka bertiga yang ada di dalam lift. Dan, sepertinya mereka juga akan di lantai yang sama dengan Bella.

Apa jangan-jangan, juga sekantor?

Bella mencoba melihat name tag yang digunakan oleh wanita yang kelihatannya lebih muda. Lanyard-nya kebetulan hitam polos, meskipun tadi Bella melihat ada tulisan kecil di bagian bawah lanyard, yang dekat dengan bagian cantelan kartu. Tapi, agak sulit, karena memang Bella berdiri agak di belakang mereka berdua.

"Kayak dikerjain ya kita." Kata perempuan yang lebih tua, kemungkinan besar sih, seumuran dengan Bella, yang baru akan 30 tahun di akhir tahun ini. Sementara wanita yang lebih muda, sepertinya baru berumur 25. Atau bahkan lebih muda dari itu.

"Yaudah lah Kak, mau gimana lagi?" kata yang lebih muda, yang mengenakan midi skirt berwarna hitam, dan atasan kemeja pink pucat.

"Kau enak, jarang dimarahin. Aku?" Si mbak kelihatan tidak terima. Dari nada suaranya, Bella bisa menebak dia orang Medan. Mungkin orang Batak.

One KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang