1. Pandangan Pertama

4.8K 233 3
                                    

Saat ini semua orang tengah berkumpul di lapangan basket, lebih tepatnya para siswi SMA Megantara sedang melihat permainan bola basket yang dimainkan oleh Vano dan kawan-kawan. Sudah menjadi pemandangan biasa jika tim basket sedang bertanding, pasti hampir semua siswinya rela meninggalkan kelas demi melihat para manusia tampan yang tengah bermain dengan si bola oranye.

"Astaga! Kak Vano keren banget sumpah!" Pekik seorang siswi sembari jingkrak-jingkrak di tempat.

"Nggak dapet Kak Vano, dapet Kak Kenzo aja gapapa kok!" Sahut siswi yang lainnya.

"Mereka kenapa suka banget bikin anak orang jejeritan, sih?!" Tukas siswi berkacamata sambil menggigit bibir bawahnya.

Seperti itulah pekikkan-pekikkan yang terdengar dari mulut siswi-siswi yang sedang berada disana. Tubuh atletis, wajah rupawan, dan otak yang cerdas membuat mereka semua dikagumi oleh kaum hawa. Rasanya telinga mereka sudah kebal mendengar teriakan seperti itu.

"Stop! Istirahat dulu, bro!" Perintah Vano kepada teman-temannya.

"Kuy, lah!"

Akhirnya mereka semua pergi meninggalkan lapangan bola basket dan langsung menuju kantin. Tidak lupa dengan segerombolan siswi yang mengikuti mereka dari belakang.

"Kak Vano! Kak Vano!" Panggil seorang siswi.

"Eh, ada fans. Kenapa fans?" Ucap Vano songong.

"Ini buat Kakak!" Kata siswi tersebut sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Vano.

"Air putih beneran apa air keran, nih? Atau air kolam?" Tanya Vano bercanda.

"Air putih beneran lah, Kak! Ya kali air keran." Jawab siswi itu jujur.

"Gue kira air keran. Yaudah, sini! Ikhlas, kan?"

"Ikhlas, dong!" Ujar siswi itu dengan penuh semangat.

"Oke! Thanks, ya!" Kata Vano sembari mengedipkan sebelah matanya.

Suara pekikkan kembali terdengar akibat tingkah laku Vano barusan. Siswi yang diberi kedipan tersebut langsung meninggalkan Vano dengan wajah yang memerah.

"WOY! GUE DITINGGAL, ANJIR!" Sadar karena ditinggal teman-temannya, Vano memutuskan untuk segera menyusul mereka.

Bruk!

Akibat berlari terburu-buru dan tidak memperhatikan sekitarnya, Vano menabrak seseorang yang entahlah, Vano pun tak mengenalinya.

"Eh-sorry sorry sorry. Gue nggak sengaja. Lo gapapa, kan?" Tanya Vano merasa bersalah, tetapi tidak ada respon dari orang tersebut.

"Cakep-cakep bolot, njir!" Ujar Vano dalam hati.

"Kok diem? Lo marah? Gue kan nggak sengaja. Sini gue bantu berdiri." Ucap Vano seraya mengulurkan tangannya.

Orang itu hanya menatap sebentar uluran tangan Vano, dan selanjutnya ia berdiri sendiri lalu meninggalkan Vano tanpa mengucapkan satu dua patah kata.

"Ya ampun, tangan gua dikacangin. Sabar, ya." Ucap Vano mendramatisir. "Jutek banget, sih. Tapi cantik, gimana dong? Ah, bodoamat!" Karena perutnya sudah keroncongan, ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin.

***

"Lo darimana, sih? Kok lama banget?" Tanya Sisca.

"Kantin." Jawab Vania singkat, jelas, dan padat.

"Ngapain?" Tanya Sisca, lagi.

"Makan."

"Tapi kok lama banget?" Sisca mulai kepo.

The Real of Ice Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang