10. Bioskop

3.2K 139 0
                                    

Vania yang baru saja selesai mandi kini tengah bersantai di atas kasurnya. Sejak ia bangun tidur entah kenapa tubuhnya sangat susah diajak kompromi untuk bangun dari tempat tidurnya, padahal Rafa sudah berkali-kali memasuki kamarnya dan menyeret adiknya itu untuk mandi dan turun ke bawah. Namun, tetap saja tak mempan sampai akhirnya Rafa menyerah. Saat Vania sedang membuka laptopnya untuk menonton film, tiba-tiba terdengar notifikasi pesan masuk. Vania pun langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Line!

Revanoym
P for punten

Read.

Revanoym
Gercep amat


Vaniasth
?

Revanoym
Buset dah, singkat bener
Besok kan tanggal merah
Nonton yuk?

Vaniasth
G.

Revanoym
Kenapa?

Vaniasth
Mls.

Revanoym
Ah, ayolah...

Read.

Revanoym
Ih, lo mah gitu :(
Ayo dong

Vaniasth
G.

Revanoym
Gue nggak terima penolakan
Pokoknya lo harus mau
Gue bakal ke rumah lo besok

Vania tidak peduli, ia pikir Vano hanya mengancamnya saja supaya Vania mau ikut dengannya. Lagi pula kenapa juga Vano harus mengajaknya? Kenapa tidak mengajak ketiga temannya saja? Kalau pun nantinya lelaki benar-benar datang ke rumahnya, Vania akan menyuruh orang rumah untuk mengatakan bahwa dirinya sedang tak ada di rumah.

Vania baru menyadari satu hal. Kemarin setelah acara makan-makan selesai, Vano langsung mengantarkannya pulang menuju rumahnya. Padahal di perjalanan Vano sama sekali tak menanyakan alamat rumahnya, begitu pun Vania yang tak memberi tahu dimana rumahnya karena memang saat itu Vania sedang tidak fokus pada hal tersebut. Vania mengambil kesimpulan bahwa yang menelepon ke nomor rumahnya dan berbicara dengan bundanya saat itu adalah Vano, antara ketiga sahabatnya yang memberi tahu alamat rumahnya diam-diam atau Vano yang mengikutinya saat pulang sekolah. Namun, ia pikir sahabatnya tidak mungkin melakukan hal tersebut, jadi opsi kedua adalah jawaban yang tepat.

***

Keesokan harinya, Vano benar-benar datang ke kediaman Vania. Ia tidak main-main dengan ucapannya. Katakan saja kalau Vano terlalu memaksakan Vania, Vano pun juga sadar kalau dirinya mungkin terkesan jahat karena memaksa gadis itu dan nekat datang ke rumahnya padahal jelas-jelas Vania sudah menolaknya. Namun, yang namanya Vano tidak kenal dengan kata menyerah. Ia sangat tahu seperti apa Vania itu, perempuan itu pasti akan terus-terusan menolak setiap ajakannya. Sehingga jika Vano hanya pasrah dan mengikuti apa respon yang diberi Vania, mau sampai kapan tahap pendekatannya ini berhasil?

Vano menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan. Ia melangkah penuh keyakinan untuk memencet bel rumah Vania setelah tadi dibukakan pintu gerbang dan diberi masuk oleh penjaga keamanan. Vano mengucap salam terlebih dahulu dengan tangan yang menyentuh tombol kecil di samping pintu. Jantungnya semakin berdebar kencang saat melihat wanita paruh baya yang membukakannya pintu. Ia sudah dapat menebak kalau wanita ini adalah bunda dari Vania. Seketika otak Vano menjadi blank saat itu juga, sekarang ia tak dapat berpikir jernih dan bingung akan berkata apa nantinya.

The Real of Ice Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang