Gadis cantik berlesung pipi itu sangat menarik perhatian Vano. Wajahnya yang jutek dan sifatnya yang cuek terhadap lawan jenis membuat Vano merasa ada tantangan tersendiri untuk mendekatinya. Sudah bosan melihat cewek-cewek yang selalu cari perhatian, atau istilah gaulnya caper, kepada Vano. Sebut saja jika Vano terlalu percaya diri, tetapi kenyataannya memang begitu. Menurutnya, dalam kehidupan percintaan, dimana-dimana cewek yang mengejar cowok, bukan malah sebaliknya. Ya, seperti itulah kira-kira.
"Lo jutek, tapi gue suka. Gimana, dong?" Ucap seorang lelaki kepada gadis yang kini sedang berjalan di sisi kanannya.
"Oh." Balas gadis itu cuek.
"Oh doang? Lo gak ada niatan buat balas perasaan gue, gitu?" Tanya cowok itu dengan wajah yang tidak santai.
"Gak." Jawabnya masih dengan jawaban yang singkat.
"Kenapa?"
"Lo gak perlu tau." Ucap sang gadis sambil melirik sinis ke arah lawan jenisnya itu.
"Buset, dah. Santai, dong, matanya." Celetuk cowok itu. Sepertinya ia sedikit takut ketika mendapatkan lirikan seperti itu.
Cewek itu pun kembali berjalan meninggalkan makhluk tampan ini sendirian. Ia terlalu malas untuk meladeni pertanyaan tak berfaedah dari cowok itu.
"Gue yakin, suatu hari lo bakal suka sama gue. Gue bakal melakukan berbagai cara supaya lo bisa luluh sama gue." Ucapnya dengan suara yang lantang. Untungnya keadaan lorong saat ini sedang sepi.
Ucapan Vano barusan mampu membuat langkah Vania terhenti saat itu juga. Ia tak yakin jika ia bisa membuka hatinya untuk Vano, dikarenakan ia masih trauma dengan kejadian beberapa tahun lalu. Ia tak ingin jika kejadian itu kembali terulang.
Vania pun sudah berusaha melupakan kejadian itu, tetapi rasanya sangat sulit untuk dilupakan, sudah terlanjur melekat di dalam memori Vania. Jadi, biarlah masalah ini berlalu begitu saja seiring berjalannya waktu.
***
Keempat remaja itu tengah duduk melingkar di atas karpet berbulu kamar Vania. Sudah lebih dari dua jam mereka membicarakan hal yang tidak penting. Namun pertanyaan yang keluar dari mulut Salsa membuat keadaan menjadi hening seketika.
"Lo udah tau kan kalau Kak Vano suka sama lo?"
Vania mengangguk. Memang Vano tidak to the point menyatakan perasaannya kepada Vania, namun tindakan dia selama ini menunjukkan bahwa Vano menyukai dirinya.
"Lo.. nggak ada niatan untuk ngebuka hati lo?" Tanya Salsa pelan-pelan takut jika ia salah berbicara.
Vania menghela napas pelan. Jika ditanya seperti ini ia tidak tahu. Tidak tahu akankah ke depannya ia akan membuka hatinya kembali dan membalas perasaan Vano atau malah sebaliknya. Ia merasa apa yang sudah ditakdirkan untuknya adalah hal yang harus ia jalankan, mau tidak mau atapun suka tidak suka.
"Gue.. nggak tau." Jawab Vania dengan kepala tertunduk.
"Kenapa?" Kini Dhea yang bertanya.
"Lo takut kejadian masa lalu terulang kembali di masa sekarang ya?" tebak Sisca.
Vania mengangguk, "Iya."
Sisca memajukan tubuhnya agar bisa duduk lebih dekat dengan Vania. Tangannya mulai menyentuh pundak sahabatnya itu.
"Van, kita nggak bakal tau ke depannya seperti apa. Tapi nggak ada salahnya kalau lo mencoba hal yang baru. Kita cuma nggak mau lo terus-terusan terjebak sama masa lalu. Bahkan ini udah lewat beberapa tahun. Gue tau masa lalu lo emang sulit dilupakan, tapi gue rasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk lo memulai lembaran baru. Dia juga pasti bakal sedih ngeliat lo terpuruk disini. Kalau lo takut, tenang aja ya. Kita semua ada disini untuk lo." Jelas Sisca sepelan mungkin agar suasana tetap netral.
"Iya, makasih ya. Lo semua selalu ada buat gue. Gue bakal pikirin saran yang lo kasih. Thanks udah buka pikiran gue."
Keempatnya berpelukan dan menyemangati Vania. Meyakinkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di hidup kita ini adalah garis takdir yang diberikan oleh Tuhan. Ia akan terus berdoa kepada Tuhan agar hal-hal buruk tidak datang kepadanya.
°°°°°
Hello! It's my first story.
I hope you like it 💗Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real of Ice Queen
Fiksi PenggemarVania Calistha Dirgantara, gadis cantik berwajah jutek yang memiliki sifat cuek nan dingin. Membuat siapa pun terpana akan kecantikannya hanya dengan sekali melihat wajahnya. Di balik semua itu, ia memiliki masa lalu yang kelam. Alasan itulah yang m...