Malam ini Vano sedang berada di dalam kamarnya sambil memainkan ponselnya. Barusan ia memberitahu teman-temannya bahwa rencananya hari ini berhasil ia jalankan. Mereka tak menyangka dan menyuruh Vano untuk kembali menjalankan rencananya. Selebihnya akan dibantu doa oleh ketiga curut itu.
"Gabut banget gue. Ngapain ya enaknya?" Tanya Vano pada diri sendiri.
Cowok itu berpikir keras tentang kegiatan apa yang mampu menghilangkan rasa bosannya. Berjalan kesana-kemari seperti setrikaan. Berkali-kali duduk dan berdiri karena tak kunjung menemukan ide yang bagus. Sampai satu hal muncul di dalam pikiran Vano membuatnya menjentikkan jarinya.
"Kenapa gue nggak coba chat Vania aja, ya? Eh tapi kan yang dikasih nomor rumahnya. Yaudah lah, gue coba telepon. Kali aja yang angkat camer gitu." Monolog Vano, lalu ia mencari nomor rumah Vania dikontak handphonenya.
"Akhirnya ketemu!" Pekik Vano girang. "Langsung telepon, ah!" Lanjutnya yang kemudian memencet tombol telepon.
Disisi lain Vania sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Ia sedang memasak hidangan makan malam untuk keluarganya. Padahal bundanya sudah melarangnya dan menyuruhnya duduk bergabung dengan kakak dan ayahnya di ruang keluarga, tetapi Vania tetap kekeuh dengan pendiriannya. Bundanya pun mengalah dan memilih ikut bergabung dengan suami dan anak lelakinya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
Kring! Kring! Kring!
"Eh, ada yang telepon! Siapa ya kira-kira?" Gumam Shella sambil berjalan menuju telepon rumah. Tangannya mulai memegang gagang telepon dan didekatkan pada telinganya.
"Halo?" ucap Shella.
"Halo. Bener ini rumah Vania?"
"Iya, bener. Saya Bundanya. Kenapa, ya?"
"Lah, beneran camer yang angkat. Wah, kesempatan, nih!" Batin Vano sambil tersenyum miring.
"Eh—assalamualaikum, Tante." Ucap Vano sok imut.
"Waalaikumsalam. Ini siapa, ya?" tanya Shella.
"Saya Vano, Tante. Saya cari Vania, ada apa nggak ya?" Tanya Vano sesopan mungkin.
"Oh ada, kok. Tapi anaknya lagi masak di dapur," jujur Shella.
"Wow! Calon istri idaman." Batinnya lagi.
"Kalo boleh tau, kamu siapanya Vania?"
"Saya calon imamnya Vania di masa depan, Tante, hehehe." Jawabnya asal sembari cengengesan.
"Hah? Bisa aja kamu. Jadi, intinya kamu pacarnya Vania?" Tanya Shella memastikan.
"Bisa dibilang gitu, Tante."
"Bohong dikit gapapa, lah, ya." Batinnya sambil cekikikan.
"Oh gitu. Tapi, kok, Vania gak pernah cerita sama Tante, ya?" Ucap Shella sedikit heran.
"Kalo itu saya kurang tau, Tante."
"Yaudah. Mau Tante panggilin Vanianya?"
"Hm... nggak usah, Tante. Saya mau minta nomer hape Vania, boleh nggak?" Tanya Vano hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real of Ice Queen
FanfictionVania Calistha Dirgantara, gadis cantik berwajah jutek yang memiliki sifat cuek nan dingin. Membuat siapa pun terpana akan kecantikannya hanya dengan sekali melihat wajahnya. Di balik semua itu, ia memiliki masa lalu yang kelam. Alasan itulah yang m...