"Maaf lama, abis diinterogasi dulu sama Kak Rafa." Ucap Vania yang baru saja menutup pintu gerbang rumahnya.
"Iya, nggak apa-apa. Gak terlalu lama, kok." Vano memasang helm di kepalanya. "Ayo, naik. Nanti keburu telat."
Vania pun segera naik ke atas motor Vano, lalu setelahnya Vano mengendarai motornya menelusuri ramainya jalanan perkotaan di pagi hari.
Sesekali Vano bergurau sembari menunggu lampu merah kembali menjadi hijau. Entah menggosipkan guru fisika yang celananya robek saat sedang mengajar atau membicarakan kakak kelas yang tercebur got saat di kantin. Hingga tak terasa kalau keduanya telah sampai di sekolah.
Memang pada dasarnya mereka berdua adalah king and queen di SMA Megantara, jadi tak heran jika banyak pasang mata yang langsung melirik mereka ketika memasuki area sekolah. Apalagi ditambah fakta kalau keduanya telah berpacaran, makin banyak juga warga sekolah yang mendukung hubungan keduanya. Walaupun beberapa murid—yang merupakan penggemar Vania maupun Vano—ada yang galau saat tau bahwa orang yang dikagumi diam-diam telah dimiliki oleh orang lain.
"Kamu udah sarapan?" tanya Vania.
Vano yang sedang menaruh helmnya langsung menengok ke arah Vania. "Belum. Lagian biasanya aku juga nggak sarapan."
"Jangan dibiasain kayak gitu." Vania membuka tas ranselnya, lalu mengambil sebuah kotak makan yang langsung disodorkan pada Vano. "Nih."
"Apa, nih?" Tanya Vano menerima kotak makan itu.
"Nasi goreng buatan Bunda. Jangan lupa dimakan." Jawab Vania membenarkan gendongan tas ranselnya.
Vano tersenyum miring menatap Vania. "Oh... Jadi udah mulai perhatian nih ceritanya?"
"Nggak juga, sih." Ucap Vania menghindari tatapan Vano.
Vano terkekeh geli melihat reaksi Vania yang seperti itu. "Yaudah, yuk, masuk!" Ucap Vano merangkul pundak Vania.
"Jangan begitu, nggak enak dilihatin." Ujar Vania menurunkan tangan Vano dari pundaknya.
"Iya, deh." Jawab Vano pasrah.
Mereka pun keluar dari area parkir dan berjalan beriringan di koridor sekolah. Dari arah manapun banyak yang menatap mereka iri, begitupun dengan Pak Tomang—petugas kebersihan sekolah—yang tengah memeluk kemoceng di ujung koridor.
Vano dan Vania yang tengah mengobrol singkat sembari berjalan seketika berhenti ketika Clara menghampiri mereka dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.
"Eh, ada pasangan baru, nih." ucapnya menatap Vano dan Vania secara bergantian.
"Mau ngapain lagi sih lo? Mau gangguin hubungan kita?" Tanya Vano dengan nada tak suka.
"Lo kenapa, sih? Nggak suka banget gue ada disini. Lagian gue kesini karena mau ngomong sesuatu sama Vania." Ujar Clara sembari berjalan ke arah Vania.
Vano dengan cepat berdiri di depan Vania guna menghalangi langkah Clara. "Bentar, bentar. Ada perlu apa lo sama dia?" Tanya Vano memicing curiga.
Clara mendecak lalu kembali berjalan membuat Vano memundurkan tubuhnya. Vano menatap setiap pergerakan Clara was-was, takut-takut jika perempuan itu melakukan sesuatu kepada Vania.
"Gue mau minta maaf sama lo." Ucap Clara ketika sudah berdiri tepat di hadapan Vania.
Vania mengernyitkan kening heran dengan tingkah laku Clara yang menurutnya sangat aneh. Karena penasaran, Vano melangkah menyusul Clara dan berdiri di samping Vania.
"Gue minta maaf kalo gue ada salah sama lo. Gue—"
"Kesambet apaan lo tiba-tiba minta maaf?" sela Vano. "Setelah lo ngelabrak dan fitnah dia yang enggak-enggak, dengan gampangnya lo minta maaf?" Tanya Vano sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real of Ice Queen
FanfictionVania Calistha Dirgantara, gadis cantik berwajah jutek yang memiliki sifat cuek nan dingin. Membuat siapa pun terpana akan kecantikannya hanya dengan sekali melihat wajahnya. Di balik semua itu, ia memiliki masa lalu yang kelam. Alasan itulah yang m...