5. Rencana

3.7K 169 3
                                    

Sudah hampir sejam yang lalu Vania izin pergi ke toilet, namun sampai sekarang belum kembali juga. Padahal tadi Sisca menawari untuk menemaninya, namun Vania menolaknya dengan alasan dia hanya sebentar. Itu membuat ketiganya sedikit khawatir dengan Vania. Salsa niatnya ingin menyusul ke toilet, namun saat melihat temannya memasuki kelas dengan penampilan yang agak berantakan membuat mereka bertanya-tanya.

"Van, lo beneran abis dari kamar mandi kan?" Tanya Salsa saat Vania baru saja duduk di kursinya.

"Iya."

"Tapi lo gapapa, kan? Berantakan gitu coba." Ucap Sisca terlihat khawatir.

Vania hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ia tak mau teman-temannya tahu kejadian apa yang barusan ia alami. Terlihat jelas di wajah mereka kalau mereka khawatir kepadanya, dengan ia menceritakan kasus bully itu justru akan membuat mereka semakin khawatir. Takut-takut jika mereka nekat melabrak Clara, terutama Sisca yang keberanian berada di tingkat teratas.

"Serius?" Dhea memastikan.

"Hm."

Tadi sebelum Vania balik ke kelasnya, ia terlebih dahulu menuju lokernya untuk mengambil baju seragamnya yang sengaja ia simpan, jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Lalu ia mengganti bajunya yang basah, agar orang-orang tidak curiga. Seragamnya yang basah ia masukkan ke dalam tote bag, Vania akan mencucinya di rumah.

Selain karena tak ingin membuat mereka khawatir, hal itu tidak terlalu penting untuk diceritakan. Jika mereka diberitahu, maka ia akan dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat malas untuk ia jawab. Maka dari itu, ia memilih untuk diam dan melupakan masalah ini.

2 jam berlalu, bel tanda istirahat kedua telah berbunyi. Kini Vano dkk sedang berkumpul di rooftop sekolah, tempat yang biasa mereka gunakan untuk melampiaskan kebosanan. Ya, sekolah mereka memiliki rooftop. Itu karena Vano yang meminta kepada ayahnya untuk membuatkan rooftop. Tetapi keberadaan tempat ini tidak ada yang tahu, kecuali Vano dkk. Tempatnya yang sejuk sangat pas untuk dijadikan tempat berkumpul bersama teman dekat.

"Heh, kutil. Bengong aja, lo! Mikirin apa, sih? Sampe senyum-senyum sendiri. Awas kesambet." Kata Aldy sambil menyenggol Vano.

"Kaget, anying! Gue lagi mikirin jodoh gue, nih. Lagi ngapain ya dia?" Ucap Vano sambil melihat langit seolah-olah sedang berpikir.

"Kayak ada yang mau sama lo aja!" celetuk Randy.

"Songong amat. Kalo sampe tuh cewek mau sama gue gimana?" Ucap Vano percaya diri.

"Emang siapa, sih? Secakep apa emang?" nimbrung Kenzo.

"Bukan cakep lagi, Bro! Mantul banget. Tapi, sayang-" Ucap Vano gantung.

"Sayang kenapa?" Tanya Aldy penasaran.

"Gapapa, kok, sayang." Ucap Vano sambil senyum menjijikkan.

"NAJIS!" Sembur Kenzo, Aldy dan Randy berbarengan.

"Serius, eh, kenapa?" Kali ini Kenzo yang penasaran.

"Sayangnya dia jutek. Tapi entah kenapa gue suka. Menurut gue cewek kayak gitu nggak gampang terpengaruh sama rayuan cowok, terus juga nggak suka genit sama lawan jenis. Kayak gini yang jadi tantangan tersendiri bagi gue buat naklukin hatinya." Cerocos Vano panjang lebar.

The Real of Ice Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang