Suasana lapangan yang semula sepi perlahan-lahan menjadi ramai dipadati oleh semua murid dari kelas sepuluh maupun kelas dua belas untuk menyaksikan pertandingan futsal antara kelas jurusan IPA dengan kelas jurusan IPS.
Beberapa murid sudah membentuk kelompok di pinggir lapangan untuk mendukung kelasnya masing-masing. Ada yang mendukung dengan cara menyanyikan yel-yel, membuat banner lalu mengangkatnya tinggi-tinggi, atau hanya dengan berdoa dalam hati berharap supaya kelasnya menang.
Begitupun dengan kelas X IPA 2. Setelah melakukan sesi doa bersama, para pemain dan supporter membentuk sebuah lingkaran dan menumpukkan tangan mereka di tengah-tengah. Lalu dengan aba-aba yang diucapkan sang ketua kelas, mereka semua mengangkat tangan masing-masing ke udara secara bersamaan. Itu sebagai tanda bahwa kelas mereka kompak dan siap dalam melaksanakan pertandingan ini.
Disaat semuanya sibuk menonton dan mendukung jagoannya, Vano terus saja celingukan seperti mencari seseorang. Saking banyaknya penonton, ia harus berjinjit untuk mengetahui dimana orang yang saat ini tengah dicarinya.
"Lo nyari siapa, sih, Van?" Tanya Aldy yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku Vano.
"Doi gue, lah! Siapa lagi."
"Ya elah, mentang-mentang sekarang udah deket, maunya nempel terus kayak amplop sama perangko." Celetuk Randy sambil menyedot minumannya.
Sekedar informasi, apa yang dikatakan Randy barusan memang benar. Vano dan Vania—most wanted SMA Megantara—dikabarkan tengah dekat selama sebulan belakangan ini.
Berawal dari keduanya yang pergi bersama ke salah satu tempat bermain yang terkenal di kalangan masyarakat, sampai akhirnya tertangkap basah oleh salah satu murid yang bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka.
Tak sampai 24 jam, rumor bahwa mereka telah berpacaran langsung tersebar ke antero sekolah. Banyak pengagum atau penggemar Vano maupun Vania merasa kecewa dan galau dengan kabar ini. Maka tak heran beberapa orang berdoa supaya mereka putus. Tetapi banyak pula yang mendukung dan berharap supaya hubungan keduanya langgeng. Hmm.. padahal benar atau tidaknya rumor itupun mereka tak tahu. Itulah manusia.
Hingga akhirnya Vano mengkonfirmasi bahwa berita itu hanya hoax belaka. Vano juga meminta restu dan doa kepada warga sekolah—termasuk semua guru dan satpam—agar ia diterima oleh sang gadis pujaan. Ada-ada saja manusia satu ini.
"Sirik tanda tak mampu."
"Dih, ngapain juga gue sirik sama lo. Udah, gih, sana. Doi lo lagi digodain cowok lain, tuh." Ucap Randy dengan maksud bercanda.
Tanpa diduga, Vano langsung berlari sekuat tenaga menuju kelas Vania yang tengah berkumpul di pinggir lapangan. Tak bisa membedakan mana yang serius dan mana yang hanya bercanda. Dasar bucin.
***
Perhatian beberapa orang kini terfokuskan pada Vano yang tengah membungkuk dengan tangan yang bertumpu pada kedua lututnya sambil mengatur napasnya yang tak beraturan. Keringat bercucuran di pelipisnya yang membuat kesan cool di mata kaum hawa.
Setelah napasnya stabil, ia kembali berdiri seperti semula. Matanya langsung menangkap sosok Vania yang berdiri di depannya yang juga tengah menatap heran ke arahnya. Napas lega keluar dari mulut Vano setelah melihat gadisnya berdiri di sekumpulan perempuan tanpa ada seorang lelaki yang menemaninya.
Dalam hati ia mengutuk Randy yang telah mengerjainya hingga ia rela berlari mengelilingi lapangan yang luasnya melebihi Gelora Bung Karno.
"Kenapa?" Tanya Vania heran melihat Vano yang asyik senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real of Ice Queen
FanfictionVania Calistha Dirgantara, gadis cantik berwajah jutek yang memiliki sifat cuek nan dingin. Membuat siapa pun terpana akan kecantikannya hanya dengan sekali melihat wajahnya. Di balik semua itu, ia memiliki masa lalu yang kelam. Alasan itulah yang m...