2. Undangan

331 25 8
                                    

Jakarta, 20 Desember 2017

Di sebuah ruangan berdinding kaca, terlihat beberapa gaun indah tertata rapi. Didominasi warna putih nun anggun, serta warna-warna pastel disudut lain.

Tampak seorang wanita duduk dibelakang meja dengan rambut diikat ke belakang menyisakan beberapa helai yang menghiasi pelipisnya.

Gadis berparas ayu itu sedang mengambar sketsa, tampak hati- hati dan teliti. Suasana tenang diiringi lagu yang terdengar perlahan.

Suara ketukan pintu membuat aktifitasnya berhenti, menyempatkan diri mendongak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan pintu membuat aktifitasnya berhenti, menyempatkan diri mendongak.
"Masuk!" ucapnya kemudian meletakkan pensil.

"Bu Safa, ada paket."

"Hm, terima kasih ya." Safa menerima paket tipis itu meletakkan di meja, samping sketsa. Lalu kembali fokus pada gambarnya yang belum selesai.

Tak berapa lama, ponselnya berdering, tertera Oreon.

"Halo."

"Sudah terima paketku?" tanya Oreon tanpa basa-basi.

"Paket?" Safa menyerngit. Ia mengapit ponselnya dengan bahu lalu tangannya membuka paket yang teryata berisi undangan itu.

"Undangan pernikahan?" batin Safa, keningnya mengerut menatap ragu undangan indah dengan warna cerah itu.
"Sudah."

"Kau bisa datang kan?"

Safa membuka undangan dan terkejut, rupanya undangan indah dengan sampul gambar segitiga warna-warni itu undangan reuni.
Mengabaikan sampulnya, Safa langsung melihat tanggal yang tertera. Tanpa mau repot-repot, membaca kalimat dalam undangan itu.

"Mungkin tidak bisa." jawab Safa enteng.

"Tidak mau datang lagi?" nada bicara Oreon mulai meninggi.

"Bukan tidak mau, tapi tidak bisa. Kau tahukan, akhir tahun selalu ada fashion show yang tak mungkin kutinggalkan." terang Safa tenang.

Disebrang sana Oreon mencibir, menirukan kalimat Safa meski tanpa suara.

"O iya, kamu sangat sibuk ya?" sindir Oreon "Tapi ini ketiga kalinya kamu tidak datang!" lanjutnya.

"Aku ingin datang, tapi kenapa selalu akhir tahun?" keluh Safa memelas.

"Karna akhir tahun ada cuti bersama." Oreon menghela nafas.
"Aku sangat berharap, alumni sukses sepertimu bisa menyemangati murid." tutur Oreon berubah lembut.

"Maafkan aku Reon." lirih Safa, merasa bersalah.

Oreon menghela nafas lagi, tak mudah membujuk Safa. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja.

"Jadi kamu tetap tidak akan datang, meskipun aku mengundang Excel?" Ujar Oreon dengan gaya santai.

Seketika Safa mengerutkan kening.
"Excel?"

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang