25. Untuk Sahabat.

130 23 24
                                    

Dari kejauhan Oreon tersenyum manis,melihat Safa dan Dara keluar dari kerumunan.
"Jiwa persahabatan mereka masih kuat, meski sering kali mereka tak mengakui." gumam Oreon, lalu mengedarkan pandangan.
Ia bahagia menyadari ternyata banyak yang menghadiri reuni.

"Ada apa? Kenapa pada ngumpul disini?" tanya Nala menghampiri.

"Tadi Dara salah kostum, dia jadi bahan tertawaan dan gunjingan, tapi dia tidak sadar. Aku berniat menegur, tapi sepertinya caraku salah."

"Lalu?"

"Ku rasa bu desainer lebih tahu, busana yang tepat untuk Dara." lanjut Oreon menoleh gadis disampingnya.

Nala tersenyum kaku, malu pada dirinya sendiri, sempat berfikir buruk pada Oreon serta Safa.

"Iya, kamu benar." Nala tersenyum lega.

***

Safa dan Dara melangkah cepat keluar aula, berpapasan dengan Jack dan Excel yang masih asyik berbincang.

"Mau kemana? Acara kan mau dimulai?" tegur Excel melihat langkah Safa terburu-buru.

"Ke butik sebentar." sahut Safa cepat, sembari berjalan diikuti Dara yang baju depannya tampak kotor penuh noda.

"Pakai mobilku!" teriak Jack.
Safa berhenti lalu menoleh, Jack melempar kunci mobilnya yang segera ditangkap oleh Safa.

"Thanks Jack!" seru Safa melambaikan kunci, lalu bergegas masuk mobil Jack, Dara setia mengekorinya.

Semua yang dilakukan Safa, tak lepas dari mata elang Excel, senyum terlukis dibibir pria tampan itu.

"Kau masih menyukai kerikil-mu itu?" tutur Jack mengikuti arah pandang Excel, menyadari sahabatnya tak berkedip melihat Safa.

"Iya." jawab Excel pelan, diiringi anggukan kepala.
Namun baru beberapa detik, Excel tersadar.

"Kerikil? Kau, kau tahu sebutan itu?" Excel melotot lebar.
"Darimana kau tahu?" lanjutnya panik, seolah kebohongan besarnya terungkap.

Melihat reaksi Excel, Jack hanya tertawa renyah.

"Tentu saja aku tahu." ujar Pengacara muda itu santai.
"Kau menulis kata 'kerikil' pada halaman terakhir, di setiap bukumu." jelas Jack seperti seorang detektif yang telah menemukan petunjuk.

"Dan matamu selalu tertuju pada gadis itu, akuilah bahwa aku juga sahabatmu." lanjut Jack membusungkan dada.

"Astaga! Apa aku seceroboh itu?" Excel menutupi mata dan sebagian wajahnya dengan telapak tangan kirinya. Menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, malu dengan sikapnya waktu dulu.

"Masuk yuk, sebelum semua orang mendengar nama panggilan sayangmu itu." goda Jack merangkul bahu Excel, sang sahabat pun hanya menurut, tak berani membantah seolah takut Jack membongkar semua rahasianya.

***

"Bagaimana Odi, semua sudah siap?" tanya Oreon menghampiri Odi yang sedang membaca daftar hadir.

"Sepertinya sudah, aku tak menyangka yang datang cukup banyak, hampir semua undangan." tutur Odi serius, manatap tak percaya pada buku yang dipegangnya.

"Ini berkat kau, dan ide undanganmu itu. Tapi memang kau pintar sekali memilih kata-kata." puji Oreon mengingat kalimat dibaris terakhir undangan reuni.

'Ketika kita masih muda, persahabatan itu seperti rantai baja. Tapi apakah masih sama, saat kita sudah dewasa?'

Odi mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sebenarnya itu kata-kata Excel." tutur Odi kemudian mengigit bibir bawahnya, menatap Oreon dengan wajah memelas.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang