30. Fakta Baru

125 18 20
                                    

"Perlu request lagu Excel? Untuk menambah suasana romantis?" bisik Jack yang membuat Excel melirik ke arahnya, mengembalikan pria tampan itu ke dunia nyata.

"Tak usah narsis Jack, suaramu belum tentu sebagus dulu!" cibir Excel meremehkan.

"Kau belum tahu saja, siapa yang menemaniku latihan." lanjut Jack dengan senyum misterius.

Excel berdecak "Putri kan?" tebaknya enteng.

"Kau salah." jawab Jack cepat.

"Memang siapa?" Excel mulai malas menebak-nebak.

"Safa." jawaban singkat yang mampu merubah wajah malas Excel menjadi terkejut, detik berikutnya kembali mencibir.

"Bercandamu tidak lucu Jack!"
Jack menggelengkan kepala.

"Rupanya kau memang tidak mengenal Safa." ledek Jack, dengan senyum remeh.
Belum sempat Excel menjawab, Jack sudah menepuk bahunya.
"Aku tak punya waktu berdebat denganmu, aku harus latihan dengan murid Reon. Mencari lagu romantis, agar Safa ingat masa-masa itu."

Excel berusaha menulikan telinga, saat mendengar Jack tertawa, meskipun pria itu berjalan semakin menjauh, tetap saja terdengar olehnya.

"Apa yang dikatakan Jack, benar?" lirih Excel, berharap didengar Oreon.

"Ya, begitulah." jawab Oreon singkat, yang membuat rasa penasaran Excel semakin meningkat.

Ketiga pria yang duduk di ujung meja panjang itu kembali hening tanpa percakapan setelah Jack ke arah panggung, berdiskusi dengan anak band dadakan itu.

Oreon melirik Odi yang sedang menikmati makanannya suap demi suap, seolah makanan paling lezat. Sedang Excel termenung dengan tatapan kosong.

"Sudah dengar, kabar pernikahan Odi?" Oreon menyikut lengan Excel.

"Ha? Ya? Ow, itu gosip kan?" sahut Excel cepat, menoleh Oreon lalu bergantian dengan Odi.

"Itu fakta!" jawab Odi meringis.

"Jadi benar? Kenapa aku tak diundang?" protes Excel menatap Odi tajam.

"Jangankan diundang, diberi tahu saja tidak." timpal Oreon mengompori, sudah lama mereka tak berinteraksi, membuat Oreon merindukan moment berdebat mereka.

"Apa maksudmu Odi? Kau keterlaluan?" Excel sudah tersulut api sekarang.

"Orang sombong sepertimu? Memangnya akan datang?" tantang Odi, setelah menelan daging yang begitu nikmat.

"Setidaknya akan ku usahakan." Excel tak mau kalah.

"Kenapa kau marah? Memangnya kau mau memberi hadiah?" Odi melirik sinis, meskipun itu hanya sebuah akting, tapi berhasil.

Sedangkan Oreon bertompang dagu, menikmati perdebatan itu.

Excel menghela nafas.
"Karena mood-ku sedang baik, kau bisa meminta apa saja." tutur Excel tenang, dan membuat mata Odi berbinar.

"Katakanlah!" imbuh Excel dan Odi nyengir kuda seketika.

"Yes!" ucapnya bertepuk tangan.
"Bulan depan, kau harus datang ke resepsiku, jangan lupa bawa hadiah." lanjut Odi, senyum tak lepas dari bibirnya, karena rencana dadakan itu berhasil.

"Memangnya kau ingin apa?" Excel melipat kedua tangannya, sambil bersandar kursi.

Odi mengetuk-ngetuk pelipisnya, seolah memikirkan beban berat dalam hidup.
Oreon mengerutkan kening, melihat tingkah Odi. Sedangkan Excel menanti dengan sabar.

Setelah lama berfikir, Odi malah berdiri.

"Kau mau kemana?" celetuk Oreon.

"Ambil kertas dan bolpoin, buat nulis daftar, sebelum Excel berubah pikiran." ucap Odi tanpa jeda, lalu pergi meninggalkan Excel yang melongo serta Oreon yang tertawa terbahak-bahak.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang