16. Patah Hati

98 16 15
                                    

SMU N 20.
Lonceng berbunyi, pertanda jam istirahat di mulai. Nala bergegas ke perpustakan, waktu dimana ia bisa belajar untuk pertandingan akhir. Namun semua yang ia baca, tak mampu dicerna oleh otaknya. Ia tak fokus, pikirannya bercabang. Apa yang ia lihat kemarin sore, masih terngiang dalam ingatan.

Flashback

Usai latihan seni, Nala bergegas pulang, sesampainya di rumah. Ia ingat tentang titip buku ke Safa.
Ia sungkan, jika sampai Safa mengantar ke rumah. Jadi ia bergegas lebih dulu ke rumah Safa.
Meski perjalanan lumayan jauh, ia bersemangat, melangkah dengan ceria.
Namun kakinya terhenti ketika melihat motor bercorak biru dan hitam, terparkir di depan rumah Safa. Saat orang tersebut membuka helm, Nala terkejut.
Ia tak percaya, pria itu adalah Excel dan yang tidur bersandar punggung dan melingkarkan tangan di pinggangnya, tak lain adalah sahabatnya, Safa.

Mata Nala memerah, tangannya memegang dada, yang terasa perih.
Kemudian menepikan tubuh, bersembunyi di balik tanaman hias tetangga, agar ia tak terlihat.
Tatapan Nala terfokus pada tangan Excel yang tanpa canggung memegang tangan Safa dan keduanya bertatapan mesra.
Nala menunduk pilu, tanpa terasa air menetes dari sudut matanya.

"Mereka sedekat itu? Apa hubungan mereka? Apa mungkin mereka sudah berpacaran?" gumam Nala penuh tanya.

Ia mengusap air matanya perlahan, menatap kembali ke arah dua insan itu.
Terlihat Excel menyalakan motornya, senyum terhias dibibirnya, teramat manis saat melewatinya.
Nala bergegas membalikan badan, menghindari Excel agar tak mengenalinya.

Nala menatap Safa, di sela- sela dedaunan, di balik tanaman hias, tempat ia bersembunyi.
Ia ingin melanjutkan niatnya mengambil buku, namun kakinya begitu berat untuk melangkah. Hatinya masih terasa perih dan hanya mampu menatap nanar sahabatnya dari kejauhan.

Flashback end

"Nala!" tegur Putri membangunkan lamunan sahabatnya.
"Kenapa kanu masih disini? Ayo masuk kelas!" ajak Putri karena lonceng tanda masuk telah terdengar, tetapi Nala bergeming dan larut dalam lamunan.

"Kamu ada masalah?" imbuh Putri melihat Nala masih diam.

Gadis berambut keriting itu menggeleng lesu.
"Aku tidak apa-apa." gumamnya lemah di ikuti senyum tipis, lalu menggandeng Putri menuju kelas.

***

Nala berjalan ke arah gerbang SMU N 20, dan matanya menemukan Safa bersandar pagar sambil membawa buku tebal.
Nala menarik nafas dalam-dalam, sebelum melanjutkan langkah menemui sahabatnya.

"Dapat bukunya?" tegur Nala, berusaha bersikap biasa.

Senyum Safa mengembang saat melihat Nala mendekat. Safa mengangguk cepat, sambil mengangkat buku titipan Nala.

"Iya, ini." Safa menyodorkan buku yang dimaksud.
"Kemarin aku juga beli buku Sejarah Segitiga Pintar." lanjut Safa ceria.

"O ya?" melihat keceriaan Safa, Nala ikut mengimbangi tersenyum.

Safa mengangguk cepat.
"Tapi aku tak bisa lama-lama, aku ada janji." pamit Safa, namun sebelum kakinya melangkah, Nala menyentuh lengannya.

"Jadi kemarin, kamu pergi sendiri?" tanya Nala hati-hati bahkan terkesan kaku dan canggung.
Nala berdebar-debar menunggu jawaban Safa.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang