8. Hancur

168 18 27
                                    

Sorak sorai kemenangan mengema dari murid-murid SMA Harapan, tim Oreon memenangkan pertandingan basket melawan Nirwana.

Jack menyalami Oreon, memberi selamat, tersenyum sportif.
"Kau hebat!" puji Jack tulus. "Tahun depan aku akan mengalahkanmu."

"Terima kasih. Ku tunggu hari itu." Oreon balas menjabat tangan senyum tak luntur dari bibirnya.

***

"Aku minta maaf."

"Apaan sih Reon!" Safa terkejut saat Oreon bersimpuh dihadapannya. Masih ada beberapa murid yang belum meninggalkan lapangan. Dan kini mereka menjadi pusat perhatian.

"Aku minta maaf, jangan marah lagi ya. Kemenangan ini untukmu." ucap Oreon memelas. Beberapa hari lalu, saat Safa memberikan puisi untuk Dara. Safa baru tahu ternyata yang memukul Excel tempo hari adalah Oreon.
Tentu Safa marah pada sahabatnya itu, karena lebih percaya rumor daripada sahabatnya sendiri.

Padahal Excel tidak tahu apa-apa, ia hanya mengembalikan buku yang dipinjamkan Safa pada Ana. Tapi terkena imbasnya.
Dan sejak saat itu, Safa mendiamkan Oreon. Oreon tentu kebingungan dengan diamnya Safa. Beberapa kali meminta maaf pun tak diacuhkan gadis itu.

"Ayolah, maafin ya."

"Berdiri Reon!"

"Aku tidak akan berdiri kalau kamu tidak maafkan."

Safa menghela nafas. "Ya sudah." Safa menarik tangan Oreon. Ini memalukan.

Oreon berdiri dengan senyum mengembang. "Terima kasih."

"Tapi baru 30%." lanjut Safa.

"Kok dicicil?"

"Iya, sisanya pakai syarat."

"Apa syaratnya?"

"Aku pikir-pikir dulu." Safa pergi meninggalkan tempat itu.

"Hai hai, kok perhitungan sih."
Oreon menjajari langkah Safa, lalu merangkul gadis itu.

"Harus dong."

"Mentang-mentang pintar menghitung!" Oreon memencet hidung Safa.

Safa mengibaskan tangan Oreon, mengomel kesal. Oreon kembali meminta maaf sambil mengusap-usap hidung Safa. Keduanya asyik bercanda, sesekali Safa tergelak dan tertawa riang, begitu juga Oreon.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang menatap mereka dari kejauhan. Nala menatap pilu, biasanya yang berada diposisi Oreon adalah dirinya. Yang membuat tawa Safa selepas itu hanyalah dirinya.

Di sudut lain, ada pula sepasang mata yang mengikuti gerak langkah mereka. Excel dengan diamnya, mengenang masalalu.

"Kita dulu juga seperti itu."

Excel menoleh terkejut, mendapat Odi tiba-tiba ada disampingnya. Atau memang sejak tadi?

Odi menepuk bahu Excel.
"Sempat terlintas ide, mengurung kalian berdua di dalam gudang." lanjut Odi dengan senyum menunjukkan lesung pipinya.

"Tapi tidak jadi, takut saat keluar, badan kalian penuh lebam hahaha." Odi tertawa sendirian. Excel tidak, ia kembali menatap langkah Oreon yang menjauh.
Odi ikut melihat Oreon, yang tiba-tiba menoleh kearah mereka.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu."

"Aku juga."

****

"Tanganmu dingin banget?" Safa mengengam tangan Nala. Keduanya bercengkrama setelah sekian lama tak bertemu.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang