19. Kembali Kalah

105 17 41
                                    

Pertandingan adu kecerdasan dimulai.
Safa dan Nala sudah naik panggung lebih dulu sebagai wakil dari Harapan dan SMU N 20. Barulah wakil dari dari Nirwana masuk ruangan.
Dan terlihat seorang pria berjalan menyapa keduanya dengan senyuman.

Safa tersenyum tipis, lagi-lagi Excel yang maju ke pertandingan. Sungguh dari hati yang terdalam, ia ingin bertanding dengan Clara. Murid terpintar di Nirwana, mungkin berat melawan gadis itu, tetapi Safa ingin mencoba. Namun sayang, Excel mengantikannya lagi.
Hingga kini Safa tidak mengerti, apa alasan Excel mengantikan Clara?
Mungkin itu yang disebut pengorbanan cinta?
Safa geleng kepala, mengenyahkan pikirannya yang mulai ngelantur.

Excel terlihat percaya diri, meski hati kecilnya ragu, karena akhir-akhir ini ia lebih fokus ke basket daripada buku.

Saat pertandingan berlangsung, Excel sesekali berfikir dulu saat menjawab, sehingga beberapa kali terjawab lebih dulu oleh Safa. Poin yang awalnya seimbang pelan-pelan diungguli Safa. Semakin naik, karena Safa begitu tangkas menjawab, seolah semua pertanyaan begitu mudah.

Excel menyergit sekilas, melihat Safa yang begitu semangat. Nala juga berusaha mengejar poin Safa tapi ternyata tak bisa.
Seluruh siswa Harapan yang melihat pun bersorak, melihat poin Safa paling tinggi dan Safa lah yang menjadi pemenang.

Gumuruh suara siswa menandakan kebanggaan mereka untuk pertama kali Harapan mengalahkan SMA unggulan yaitu Nirwana.

Excel mematung, masih tak percaya jika dirinya kalah.
Meskipun ia memang merasa kurang belajar, tapi tetap terkejut. Ada nyeri di kepalanya, Ia benar-benar tak menyangka Safa mengalahkannya.

Terdengar kasak-kusuk dari Nirwana masih tak percaya, tetapi Clara berdiri lebih dulu dan memulai tepuk tangan di ikuti Jack dan Ana lalu seluruh siswa Nirwana.

Piala di serahkan Safa, dan ketiganya berfoto. Kemenangan itu mengukir sejarah baru untuk Segitiga Pintar.
"Safa selamat, kau hebat." Nala memeluk erat  sang sahabat.
"Maafkan aku Nala." tutur Safa sungkan.

Nala menggeleng cepat.
"Kenapa minta maaf? Aku senang akhirnya kau menang." lanjut Nala tulus tak ada rasa kecewa dalam hatinya.

***

Siswa- siswi hilir pergi, Safa masih di salah satu bangku di aula, tersenyum memandangi piala. Ia masih tak percaya, dirinya bisa mengalahkan Excel.

"Apa ini? Apa selama ini kamu hanya mengalah saja?" tegur Excel berjalan mendekat, rupanya ia belum kembali ke Nirwana, ia masih terpukul dengan kekalahannya.

"Selain ikut bimbel, aku juga belajar dengan Oreon, jadi mengulang pelajaran berkali-kali." tutur Safa ceria, terpancar aura bahagia dari wajahnya.

"Apa kamu kecewa?" imbuh Safa melihat wajah Excel yang datar.

"Bohong, kalau aku bilang tidak." ucap Excel berhenti tepat di hadapan Safa.
"Selama hidupku, aku belum pernah kalah." lanjutnya, menghela nafas.

"Untuk pertama kalinya dan dikalahkan wanita. Apa aku perlu menghiburmu?" sahut Safa merasakan kekecewaan Excel.

Mendengar itu Excel tersenyum tipis lalu mengulurkan tangan.
"Baiklah, aku akui kamu hebat. Selamat!"

"Terima kasih, selamat juga atas kemenangan basketmu." sahut Safa menjabat tangan Excel.

"Kamu mengejekku ya?" Excel memanyunkan bibirnya, sambil mengayunkan tangan mereka yang masih terkait.
"Kamu pasti tahu, sebenarnya aku kalah hari itu." lanjut Excel melirik Safa yang masih tersenyum.

"Meskipun Nirwana menang, tapi sebenarnya kamu merasa kalah, karena Reon tidak mau melawanmu?" tebak Safa melirik sambil tersenyum jail.
Excel menganggukkan kepala membenarkan.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang