22. Bertemu

139 19 34
                                    

Safa berjalan begitu fokus ke depan, melewati bangku-bangku taman dan ranting bunga-bunga yang menjulang tinggi.
Bahkan ia tak sadar melewati seseorang yang duduk disalah satu bangku, sedang mengamati sebuah foto.
Foto yang diambilnya saat perkemahan secara diam-diam, saat seorang gadis berjalan di depannya, dengan handuk di kepala.

Foto itu tak menunjukkan wajah gadis itu, tapi siluet tubuhnya selalu Excel ingat. Dan mungkin dimana pun ia bertemu nanti, pasti Excel akan mengenali.

Excel mengangkat wajah, saat menyadari seseorang melewatinya. Mata Excel menyipit, memastikan penglihatannya tak salah.
Seseorang yang berjalan membelakanginya, itu adalah sosok yang sedang ia pikirkan.

Excel mengangkat foto buram itu, menjajarkan pada siluet sosok yang berdiri tak jauh darinya.
Jantung Excel berdetak lebih cepat.
Gadis dalam foto dan gadis dihadapannya adalah orang sama, dia Safa.

****

"Apa kabar?" Safa memecah keheningan.

Sekian waktu dua insan itu berdiri kaku, dengan jarak lima meter saling berhadapan.
Seolah tak percaya dengan sosok yang berdiri di depan mata.
tertahan membiarkan angin menyerbu kulit dan rambutnya bergerak bebas.
Membiarkan menit berlalu, tanpa suara tanpa menyapa.
Hanya berbicara lewat tatapan mata.

Safa tak pernah menyangka akan bertemu pria itu, berharap pun tidak.
Mengingat prinsipnya yang tak tergoyahkan. Juga sudut pandang persahabatan yang berbanding terbalik dengannya.

Sembilan tahun tak bertemu, perubahan keduanya begitu ketara.

Excel yang dulu selalu identik dengan rambut acak-acakan, kini rambutnya disisir rapi.
Dengan setelan kemeja warna biru dan celana hitam, dia tampak seperti pengusaha muda.

Sedangkan Safa sewaktu remaja, wajahnya sedikit kusam karena tidak bisa berdandan dan membuatnya tak percaya diri.
Tetapi kini wajah gadis tampak bersih, dengan kulit kuning langsat.
Rambut panjang Safa dibiarkan tergerai, yang sangat jarang dilakukan waktu remaja dulu.

Safa tampak begitu cantik, hingga Excel betah berlama-lama memandangnya.

****

Excel masih bergeming, meski sudah menyiapkan diri, tapi tetap saja ia tak berkutik saat bertemu gadis itu. Seribu tanya dalam benaknya mulai berseru, namun bibirnya terasa beku.

Dulu ia menanti hari ini tiba, dimana ia keluar dari dunia yang mengurungnya. Dunia beku yang selalu membuatnya kaku.

Excel berjalan satu langkah, matanya tetap menatap lurus, tak sedikitpun ia berpaling. Gadis di hadapannya benar-benar Safa. Gadis yang dulu culun dengan poni menutupi dahi, kini bertambah tinggi, dewasa dan anggun.

"Lebih dari yang kamu lihat."  senyum merekah di bibir Excel. Kemudian menatap langit, awan putih dan mentari yang menyinari. Langit yang cerah, di taman yang indah, sesuai harapannya.
Senyumnya semakin manis saat kembali menatap Safa, dalam hati ia bertanya.
"Tapi, apakah kamu sudah menikah?"

***

Putri turun dari taksi, mengenakan atasan warna putih lengan pendek dipadu dengan rok warna biru sepanjang tumit.
Ia merapikan rambutnya yang ia ikat kebelang. Ia membuka dompet mengambil undangan dan membaca "dress kode" yang tertera dalam undangan.

SMA Harapn : Hitam Putih.
SMA Nirwana : Hitam Biru.
SMA N 20 : Biru Putih.

Putri menarik nafas dalam, ia lega tidak salah kostum lalu melangkah pasti sambil menenteng tas besar warna abu-abu. Langkah terhenti seketika saat melihat Ana melangkah dengan penampilan glamor dan berkelas. Kepercayaan dirinya lenyap.
Merasa minder dengan penampilannya, Putri berjalan mundur.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang