29. Seperti Remaja

123 17 19
                                    

Lampu taman mulai menyala, begitupun deretan lampu di sekitar lorong. Detik berganti menit, Excel dan Safa masih saling memeluk, sambil memejamkan mata. Bagi mereka seakan waktu telah terhenti, memberi ruang pada merinduan yang sempat tertahan.

Tak jauh dari keduanya, seorang pria bersandar dinding. Sesekali mengerakkan tangan, menyibakkan jas dipergelangan tangan, sekedar melihat jam tangan perak miliknya.
Sesekali pula, meregangkan otot, lalu meletakkan telapak tangan dibelakang kepala. Menunggu sahabat dan pasangannya itu tersadar akan kehadirannya.

Ponsel disakunya bergetar dan kini dirasa cukup. Meski hati kecilnya tak tega merusak moment indah itu tapi apa daya, harus ia lakukan demi kepentingan umum.

"Hm!" deheman itu terdengar oleh Excel dan Safa, yang seketika membuka mata.

"Aku tahu, kalian CLBK." celetuk Jack.
"Tapi perutku sudah keroncongan, Oreon dan Odi tak mau memulai acara, sebelum peserta lengkap." lanjut Jack memegangi perutnya, seolah begitu perih karena maag akut.

Excel dan Safa saling melepaskan pelukan, keduanya tak peduli dengan tingkah pura-pura sakitnya Jack. Dua insan itu tampak canggung, seperti tertangkap basah berselingkuh.

Setelah saling lirik satu sama lain, keduanya pun menanggapi, meski dengan cara yang berbeda.

"Aku duluan." pamit Safa dengan wajah merona, berjalan menunduk melewati Jack.

"Sejak kapan kau disitu?" wajah Excel tak tergambarkan, bahkan Jack tak bisa membaca dengan jelas, apakah sahabatnya itu marah, kesal, atau sedang galau. Tapi sudut matanya, masih melirik ke arah kepergian Safa.

"10 menit yang lalu." ujar Jack santai.

"Apa kau juga menguping?" Excel mengangkat satu alisnya.

"Tidak! Saat sampai disini, kalian sudah berpelukan dan sama sekali tak menyadari kebaradaanku, baru kali ini aku jadi obat nyamuk." tutur Jack awalnya serius, tetapi diakhiri dengan tawa.

Excel yang mendengar pun hanya mematung, hingga Jack merangkul bahunya, mengajaknya berjalan mengikuti Safa.

"Jadi kalian sudah jadian?" tanya Jack saat menuruni tangga.
Safa yang melangkah pada anak tangga terakhir, menghentikan langkahnya saat mendengar pertanyaan itu. Ia menunggu, penasaran dengan jawaban Excel. Namun sekian detik ia menunggu, tak ada jawaban yang keluar dari mulut Excel.

Penasaran Safa tak terbendung, hingga ia menoleh kebelakang dan mendongak ke atas. Tepat saat itu, ia bertemu mata dengan Excel yang memandangnya dengan satu alis terangkat. Sedangkan Jack sedang mengangkat dua jempolnya, menatap lurus kedepan.

Merasa diperhatikan, Jack beralih menatap Safa, dengan mulut terbuka, seolah bertanya "Kenapa?"
Safa pun mengubah pandangannya, menatap lurus, arah yang ditatap Jack sebelumnya, dan menemukan Oreon sedang mengangkat kedua jempolnya, sambil berucap "Ok." dan bergegas ke podium, untuk memulai acara.

Wajah Safa memanas, kembali merona.
Ia salah tingkah, pasti dua pria tampan itu menyadari Safa menguping pembicaraan mereka, apalagi bicara tentang hubungannya dengan Excel. Safa segera berjalan cepat, sambil menundukkan kepala.

"Melihat dari malu-malunya Safa, sepertinya kalian benar-benar jadian." ujar Jack lagi, setelah tadi memberi kode pada Oreon, jika peserta sudah komplit.

"Apasih Jack, kau pikir kami ABG!" elek Excel, geli mendengar kata 'jadian' yang terdengar aneh di telinganya.

Jack hanya tertawa mendengar sangkalan Excel.
"Tapi aku setuju, Safa gadis yang hebat." puji Jack, matanya melihat Safa sudah bergabung dengan Nala.

"Maksudku, dia gadis yang kuat." ralat Jack saat melihat ekpresi Excel yang seolah tak suka dengan pujiannya.

"Tak usah sok kenal Jack!" cibir Excel berjalan lagi, setelah sempat berhenti sejenak.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang