7. Tak Percaya

170 19 19
                                    

Sahabat itu indah, damai, kuat.
Sekuat rantai baja!
Tapi tidak akan dimengerti, jika tidak menjalani.

~ Safa ~

Lonceng pertanda pulang menggema seluruh area SMA Nirwana.
Setelah guru keluar, anak-anak berbaris untuk ikut keluar dari kelas. Tak ada saling berebut, menunggu dengan sabar, berjalan rapi seperti itik yang keluar kandang.

Di teras kelas, ketua kelas memimpin doa, lalu membubarkan barisan.

Jack menyalakan ponselnya sembari berjalan, dan terkejut dengan apa yang ia lihat pada layar.

Wajah ketua OSIS itu merah padam, lalu berjalan cepat.

"Clara! Clara!" Panggil Jack saat melihat kekasihnya.
Sedangkan Clara justru berjalan semakin cepat.
"Clara aku ingin bicara!"

"Untuk apa?" Jawab Clara dingin.

"Kenapa kamu menghindariku!"

"Harusnya kamu sadar kesalahanmu!"

"Salahku? Salahku apa!"
Clara yang jengkel tetap berjalan.
"Clara! Jelaskan foto-foto ini!" Masih mengikuti langkah cepat Clara, Jack meraih bahu Clara namun dengan cepat ditepis gadis itu.
"Apa maksudnya ini?" Ulang Jack mencoba sabar.

Jack menyodorkan ponselnya yang berisi foto Clara dan Excel berpelukan. Tidak hanya satu foto, beberapa foto lain terlihat Excel merangkul Clara dengan tatapan lembut, Clara pun menyandarkan kepalanya di bahu Excel. Terlihat dari latarnya, foto mesra itu diambil dibeberapa tempat berbeda.

Clara berhenti melangkah, memandang ponsel Jack dengan mata melebar.

"Apa yang kalian lakukan di belakangku!"

Clara menatap Jack dengan mata berkaca-kaca. Namun bibirnya beku tak mampu bicara.

"Kamu, kamu selingkuh dengan Excel?" Tanya Jack memperjelas, karena Clara tetap bungkam.
"Jawab Clara!"

"Ya!" Jawab Clara tegas.
"Dan sebaiknya kita putus." Sebelum air matanya menetes ia segera berlari meninggalkan Jack. Ia sakit hati, Jack yang selingkuh tapi malah menuduhnya. Sungguh sakit rasanya.
Setelah masuk dalam mobil, air mata Clara yang sejak tadi ia tahan, akhirnya tumpah.
Air mata terus mengalir, meski tangisannya tak mengeluarkan suara. Ia sudah lama tak menangis, ia sudah merasa menjadi gadis tegar dan kuat. Tapi rupanya ia tetap salah, ia tetaplah lemah meski yang melihat kelemahan itu, hanya dirinya sendiri.

***

Cukup lama Jack bergeming, mengabaikan lalu lalang siswa-siswi Nirwana, yang ia biarkan menonton drama cintanya. Perasaan Jack tak tergambarkan saat ini, dikhianati kekasih dan sahabat yang sangat ia percaya, rasanya begitu sakit.

Jack mengambil tasnya yang sempat terjatuh saat berdebat dengan Clara. Lalu matanya menemukan Excel sedang berjalan kearah motornya.
Sahabatnya itu tak terlihat merasa bersalah saat pandangan mereka bertemu. Bahkan dengan santai, ia menunjuk keluar gerbang, pertanda pamit pulang.

"EXCEL!" teriakan Jack mengema, seolah tak lagi memikirkan reputasinya sebagai ketua OSIS, Jack melangkah cepat kearah Excel, lalu menyeretnya keluar gerbang. Setidaknya ia masih waras, untuk tidak berbuat onar didalam sekolah.

"Kenapa sih Jack!" Excel protes karena mendadak Jack menyeret tangannya kasar. Dan diluar pagar Nirwana, barulah Jack melepaskan. Excel yang terkejut pun tak sempat melawan.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang